Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kematian Anak Diprediksi Naik Tahun Ini, Kok Bisa? Ini Penjelasannya

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Selasa, 09 Dec 2025 15:00 WIB

Kematian Anak Diprediksi Naik Tahun Ini, Kok Bisa? Ini Penjelasannya
Ilustrasi Kematian Anak Diprediksi Naik Tahun Ini, Kok Bisa? Ini Penjelasannya/Foto: Getty Images/Smith Assavarujikul
Daftar Isi
Jakarta -

Di tengah munculnya berbagai kemajuan dunia, kabar soal meningkatnya angka kematian anak membuat banyak pihak terkejut, Bunda. Kejadian ini terasa janggal karena sebelumnya data selalu menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

Perjalanan panjang dari tahun ke tahun sebenarnya sudah membawa banyak harapan bagi kesehatan anak-anak. Namun sekarang, situasinya berubah lagi dan memperlihatkan perubahan yang cukup mengejutkan.

Menilik dari laman CNN World, laporan internasional memperkirakan angka kematian anak bisa mencapai sekitar 4,8 juta pada tahun 2025. Kenaikan sekitar 200 ribu kasus ini tentu membuat banyak orang tua bertanya-tanya, termasuk para Bunda.

Selain itu, para ahli kesehatan global kemudian mulai menyoroti grafik ini yang kembali menanjak setelah sekian lama sudah turun signifikan. Beberapa di antaranya menyebut bahwa kejadian ini muncul lebih cepat dari yang diperkirakan. Lantas, apa yang menjadi pendorong kemajuan ini?

Bantuan pembangunan internasional memicu lonjakan angka kematian anak

Perkembangan kesehatan global sebenarnya sudah membawa banyak kemajuan, Bunda. Namun, sejumlah laporan menunjukkan bahwa penurunan angka kematian anak mulai melambat sejak masa pandemi.

Dikutip dari laman National Public Radio (NPR), perkiraan terbaru memprediksi bahwa tahun 2025 bisa menjadi tahun pertama angka kematian anak justru meningkat. Pada tahun 2024 saja, tercatat sekitar 4,6 juta anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun.

Beberapa pakar menilai penyebab utamanya datang dari pemotongan bantuan pembangunan internasional, Bunda. Bantuan pembangunan internasional ini sendiri ialah dukungan dari negara yang kaya berupa dana vaksin dan sumber daya lainnya.

"Ada banyak penyebabnya, tetapi jelas salah satu penyebab utamanya adalah pemotongan bantuan pembangunan internasional yang signifikan dari sejumlah negara berpenghasilan tinggi," ujar CEO Gates Foundation, Mark Suzman dikutip dari CNN World.

"Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan beberapa negara lainnya telah melakukan pemotongan yang signifikan," lanjutnya.

Prediksi lonjakan kematian anak pada 2025 diwarnai banyak faktor global

Para peneliti sampai saat ini belum memiliki data lengkap dari lembaga kesehatan di seluruh dunia, Bunda. Karena itu, mereka membuat perkiraan angka kematian anak berdasarkan pola yang pernah terjadi di masa lalu.

"Kami belum memiliki pengamatan langsung mengenai angka kematian anak. Sayangnya, hal itu akan memakan waktu beberapa tahun," tutur salah satu peneliti di IHME dan profesor ilmu metrik kesehatan, Steve Lim.

Dilansir dari NPR, penyebab umum kematian anak seperti malaria, diare, hingga komplikasi kelahiran prematur sebenarnya tidak banyak berubah. Namun, fokus penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation ini bukan pada penyakit tertentu, melainkan pada perubahan yang tampak dari data keseluruhan.

Lebih lanjut, Steven Lim menambahkan bahwa banyak negara yang belum punya sistem pelacakan kematian yang baik. Selain keterbatasan data, ia menyebut bahwa negara dengan kematian anak terbesar ialah negara yang sangat bergantung pada bantuan asing.

Jika pemotongan dana kesehatan global terus berlanjut hingga 20 persen, dampaknya bisa sangat besar. Para peneliti bahkan memperkirakan hingga 12 juta anak bisa meninggal pada tahun 2045, apabila kondisi ini tidak berubah.

Upaya layanan kesehatan dasar dinilai bisa mengurangi angka kematian pada anak

Laporan dari Gates Foundation menekankan pentingnya layanan kesehatan dasar dalam menekan angka kematian anak. Layanan ini mencakup fasilitas seperti puskesmas, imunisasi rutin, pemeriksaan Bunda dan anak, dan penanganan penyakit ringan.

Dengan biaya kurang dari sekitar Rp1,6 juta per orang setiap tahun hingga 90 persen kematian anak sebenarnya bisa dicegah lewat layanan kesehatan. Selain itu, imunisasi rutin atau vaksin juga dinilai sebagai investasi paling menguntungkan, Bunda.

"Vaksin tidak hanya menyelamatkan nyawa, vaksin juga mencegah wabah yang membebani rumah sakit, mengganggu pendidikan, dan mengalihkan sumber daya dari prioritas lain," tutur direktur Rumah Sakit Anak Deep di India, dr. Naveen Thacker. 

"Jika kita ingin melihat lebih banyak anak yang sehat, keterjangkauan vaksin adalah kuncinya," tambahnya.

Itulah penjelasan mengenai prediksi kenaikan angka kematian anak tahun ini dan faktor-faktor yang menyebabkannya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda