Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Fenomena Dad Guilt pada Para Ayah Baru: Rasa Bersalah yang Jarang Dibicarakan

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Selasa, 11 Nov 2025 14:30 WIB

Fenomena Dad Guilt pada Para Ayah Baru: Rasa Bersalah yang Jarang Dibicarakan
Fenomena Dad Guilt pada Para Ayah Baru: Rasa Bersalah yang Jarang Dibicarakan/Foto: Getty Images/xijian
Daftar Isi
Jakarta -

Mungkin kita sudah sering mendengar tentang rasa bersalah yang dirasakan Bunda mengenai perannya sebagai orang tua. Tapi, bagaimana dengan perasaan yang dialami oleh seorang Ayah?

Dikutip dari laman ABC Broadcasting Corporation, sebuah studi mengungkap bahwa Ayah baru juga bisa merasakan rasa bersalah meski jarang sekali dibicarakan. Perasaan ini biasa dikenal dengan istilah dad guilt.

Seorang dosen kesehatan masyarakat di Universitas Deakin, Norma Barret, meneliti bagaimana para Ayah bisa mengatur transisinya saat menjadi orang tua. Ia menemukan bahwa baik Ayah baru maupun Ayah berpengalaman kerap merasa kewalahan saat mengasuh anak.

Beberapa Ayah bahkan merasakan dampak lain seperti pada kesehatan mental mereka, Bunda. Perasaan bersalah ini kerap muncul meski sudah berusaha sebaik mungkin untuk membantu keluarganya.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan fenomena dad guilt yang dirasakan oleh para Ayah baru?

Mengenal fenomena dad guilt pada Ayah baru

Fenomena dad guilt adalah perasaan bersalah yang dirasakan seorang Ayah ketika merasa kurang hadir atau maksimal dalam mendampingi anaknya, Bunda.

Seorang Ayah, Andy Krista, telah menjadi Ayah bagi putrinya, Frances, dari dua tahun lalu. Sejak sebelum menjadi Ayah, ia aktif dalam mengasuh anaknya, seperti halnya menjemput, mengantar, dan menyiapkan bekal untuk sang anak.

Saat kembali bekerja setelah menjadi Ayah, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Andy. Menjadi Ayah sekaligus pekerja menuntutnya untuk menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarganya.

"Saya mengalami masa transisi yang sangat sulit untuk kembali menjadi Ayah, bukan hanya seorang Ayah, tetapi juga seorang Ayah pekerja. Saya harus menyeimbangkan antara kehadiran saya untuk pekerjaan dan juga kehadiran saya untuk keluarga," ujarnya.

Kejadian ini tak hanya dirasakan oleh Andy saja, Bunda, tapi juga Ayah lain seperti Sam Bartley. Ia merasakan hal serupa saat harus kembali bekerja setelah beberapa minggu di rumah bersama putranya, Paddy.

"Saya merasa bersalah menghabiskan seminggu penuh di tempat kerja hanya untuk melakukan hal-hal seperti pergi minum kopi dengan rekan kerja lain atau makan siang di luar, sementara istri saya sedang di rumah mengerjakan pekerjaan yang berat," katanya.

Perubahan prioritas dan tantangan para Ayah baru

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa di tahun-tahun awal pengasuhan, pembagian peran orang tua kerap kali berbeda, Bunda. Hal inilah yang membuat ekspektasi antara Ayah dan Bunda berbeda dalam urusan merawat anak.

Lebih lanjut, dilema menyeimbangkan peran sebagai Ayah sekaligus pekerja sering muncul karena banyak Ayah yang kini kembali bekerja lebih cepat dibandingkan dengan Bunda.

"Saat ini, tentu saja, ada cuti pasangan, tetapi dibandingkan dengan ibu, mereka cenderung mengambil cuti yang jauh lebih sedikit sehingga mereka langsung kembali bekerja dan menghadapi tantangan ini, yaitu mencoba menyeimbangkan prioritas-prioritas ini," tutur seorang dosen di Universitas Deakin, Norma Barret.

Cara sederhana mengatasi dad guilt

Salah satu cara Ayah menghadapi dad guilt adalah dengan berusaha tetap aktif dan produktif dalam perannya di rumah. Hal inilah yang kini diterapkan oleh Ayah dari Frences, Andy Krista.

"Hal-hal seperti menyiapkan cucian berikutnya atau mencuci piring, sementara pasangan saya mencoba menidurkan anak saya, Frances," jelasnya.

Lebih dalam lagi, ia juga mencoba melakukan tugasnya secara bergiliran daripada hanya duduk dan memikirkan hal-hal yang negatif saja. Menurutnya, terlalu berpikiran buruk justru akan memperburuk keadaan.

"Atau coba lakukan hal-hal secara bergiliran daripada hanya duduk di sofa dan memikirkan hal-hal buruk karena menurut saya itu hanya akan memperburuk situasi," katanya.

Karena itu, dosen Norma Barret menyarankan komunikasi antara orang tua dilakukan sebelum bayi lahir. Dengan membahas soal peran masing-masing, Ayah dan Bunda bisa lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

"Bicaralah tentang seperti apa peran menurut Anda dan bagaimana bersedia memberi dan menerima jika preferensi Anda berubah," tutur Norma Barret.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda