Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kenali Epilepsi pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Menghadapinya

dr. Andry Jualiansen, Sp.A   |   HaiBunda

Selasa, 04 Nov 2025 14:40 WIB

Dokter Sisipan
dr. Andry Jualiansen, Sp.A
berpraktik di Siloam Hospitals Lippo Village. Jadwal praktik: Sabtu: 09.00–14.00
Kejang epilepsi dan penanganannya
Kejang epilepsi dan penanganannya/ Foto: Getty Images/KSChong
Daftar Isi
Jakarta -

Kejang pada anak sering kali membuat orang tua cemas, karena orangtua dapat berpikiran bahwa anaknya menderita epilepsi. Tetapi apakah setiap kejang pada anak adalah epilepsi?

Tidak sedikit anak yang mengalami kejang berulang ternyata epilepsi. Jangan diabaikan, kejang yang tidak terkontrol pada anak dengan epilepsi karena keterlambatan diagnosis dapat berdampak pada tumbuh kembang dan kualitas hidup anak di masa depan.

Seorang anak didiagnosis epilepsi oleh dokter anak perlu dipastikan dahulu apakah anak tersebut benar kejang atau tidak. Diagnosis yang tepat dan konsumsi obat anti kejang sesuai dengan bentuk kejangnya akan membantu dalam tatalaksana anak dengan epilepsi.

Bagaimana membedakan kejang atau bukan?

Wilfong A. Seizure in children Update 2022Wilfong A. Seizure in children Update 2022/ Foto: Wilfong A. Seizure in children Update 2022

Deteksi dini dan diagnosis yang tepat menjadi kunci untuk memberikan intervensi medis yang sesuai. Penanganan yang tepat memberikan peluang anak untuk tumbuh sehat dan mempunyai kualitas hidup yang baik.

Apa itu epilepsi?

Epilepsi adalah kondisi kejang yang terjadi tanpa pencetus dan berulang, dengan jeda lebih dari 24 jam. Sebagai contoh seorang anak mengalami kejang tanpa demam (tanpa pencetus) hari ini, lalu seminggu atau sebulan atau setahun kemudian kejang lagi tanpa pencetus, itu dapat disebut epilepsi.

Tetapi perlu dipastikan dahulu apakah gerakan atau kondisi anaknya benar kejang atau hanya menyerupai kejang. Orangtua melakukan perekaman video saat anak diduga kejang dapat membantu seorang dokter anak memastikan kejang atau bukan.

Berbeda dengan kejang demam yang memiliki pencetus, epilepsi tidak memiliki pemicu yang jelas. Kondisi ini dapat muncul tiba-tiba tanpa tanda peringatan pada anak lebih kecil, beberapa tipe epilepsi memiliki aura yang akan timbul sebelum anak kejang.

Penyebab epilepsi yang perlu diwaspadai

Epilepsi bisa dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bisa dilihat dari awal maupun yang tidak tampak secara langsung. Berikut beberapa penyebab yang perlu Bunda perhatikan:

  1. Kelainan struktur otak bawaan: Ada gangguan bentuk atau fungsi otak yang sudah terjadi sejak lahir, atau sejak dalam kandungan. Hal ini bisa menjadi faktor risiko munculnya kejang di kemudian hari.
  2. Faktor genetik atau keturunan: Bila dalam keluarga ada riwayat epilepsi atau kejang, anak bisa mewarisi risiko yang sama. Meski tidak selalu terlihat sejak lahir, faktor ini dapat berperan di kemudian hari.
  3. Kelainan akibat infeksi otak: Infeksi seperti meningitis, ensefalitis, atau abses otak dapat merusak jaringan otak dan menjadi faktor risiko epilepsi, atau gejala sisa akibat infeksi berupa epilespi. Riwayat penyakit ini penting digali atau ditanyakan ke orangtua jika ditemukan anaknya kejang.
  4. Hipoksia saat lahir: Bila bayi kekurangan oksigen saat baru lahir dan tidak menangis spontan atau langsung menangis sesaat setelah lahir, ada risiko otak kekurangan oksigen. Keadaan ini bisa merusak sel otak dan menjadi faktor risiko untuk timbul kelainan di kemudian hari, salah satunya adalah epilepsi.
  5. Penyebab yang tidak diketahui (idiopatik): Terkadang epilepsi muncul tanpa penyebab yang jelas. Walaupun pemeriksaan sudah dilakukan, tidak ditemukan kelainan apa pun sebagai sumber, atau faktor risikonya.

Jenis-Jenis Epilepsi

Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) 2017 :

Ingrid E. Scheffer, Epilepsia 2017.Ingrid E. Scheffer, Epilepsia 2017./ Foto: Ingrid E. Scheffer, Epilepsia 2017.

Tipe kejang

1. Berdasarkan tipe kejang (Seizure types):

  • Epilepsi Fokal: Kejang berasal dari satu area di otak.
  • Epilepsi Generalisata: Kejang memengaruhi kedua sisi otak secara bersamaan.
  • Epilepsi dengan Tipe Tidak Diketahui (Unknown): Tidak diketahui secara pasti apakah kejang bersifat fokal atau generalisata.

2. Berdasarkan tipe epilepsi:

  • Epilepsi Fokal.
  • Epilepsi Generalisata.
  • Epilepsi Kombinasi Fokal dan Generalisata (Combined Generalized and Focal Epilepsy).'
  • Epilepsi Tidak Diketahui (Unknown Epilepsy).

3. Sindrom Epilepsi (Epilepsy Syndromes)

Kelompok kondisi epilepsi yang memiliki ciri yang khas, serta pola usia dan penyebab tertentu.

4. Etiologi Epilepsi

Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi fungsi otak. Berikut ini adalah beberapa kategori penyebab (etiologi) epilepsi yang telah diidentifikasi.

  • Structural: Akibat kelainan struktur otak.'
  • Genetic: Disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan.
  • Infectious: Berkaitan dengan infeksi, seperti meningitis atau ensefalitis.
  • Metabolic: Gangguan metabolik sebagai pemicu kejang.
  • Immune: Berkaitan dengan gangguan sistem imun.
  • Unknown: Penyebab belum diketahui secara pasti.

Kriteria di atas diperbaharui pada Agustus 2024 menjadi :

Sándor Beniczky, Epilepsia 2024Sándor Beniczky, Epilepsia 2024/ Foto: Sándor Beniczky, Epilepsia 2024

Hipoksia dan kaitannya dengan epilepsi

Bayi yang tidak langsung menangis saat lahir atau butuh bantuan oksigen berisiko mengalami hipoksia. Kekurangan oksigen ini menyebabkan kerusakan dari sel-sel otak dan menjadi sumber kejang di kemudian hari.

Hipoksia perinatal merupakan salah satu faktor risiko penting dalam gangguan perkembangan seperti epilepsi, cerebral palsy, atau keterlambatan perkembangan. Dampaknya bisa muncul beberapa bulan setelah bayi lahir.

Pemantauan jangka panjang terutama saat bayi kontrol untuk imunisasi atau saat datang ke dokter untuk periksa karena sakit sangat dianjurkan bagi bayi dengan riwayat ini.

Kenali risiko epilepsi pada bayi, terutama dengan riwayat hipoksia

Epilepsi bisa muncul sejak bayi baru lahir, terutama jika terdapat faktor risiko yang jelas Epilepsi sulit dideteksi sejak dalam kandungan, karena belum tersedia pemeriksaan rutin untuk itu di Indonesia.

Di luar negeri pun pemeriksaan genetik untuk deteksi dini epilepsi masih mahal dan jarang dilakukan. Artinya, sebagian besar kasus baru diketahui setelah muncul gejala. Tetapi dengan adanya faktor risiko dapat membuat orangtua waspada jika dikemudian hari muncul kejang pada anaknya.

Melihat kondisi ini, menjadi penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda seorang anak mengalami kejang. Apalagi jika anak memiliki riwayat kondisi yang meningkatkan risiko kejang.

Cara mendeteksi dan memastikan kejang sebagai gejala epilepsi pada anak

Tanda-tanda awal epilepsi pada anak tidak selalu mudah dikenali, apalagi jika belum pernah mengalami sebelumnya. Karena itu, mengenali ciri kejang sejak awal sangat penting untuk menentukan langkah medis yang tepat.

  • Kejang tanpa pencetus dan berulang lebih dari 24 jam.
  • Harus dipastikan benar-benar kejang, bukan sekadar menggigil atau gerakan refleks lain.
  • Disarankan merekam video saat anak mengalami kejang agar bisa ditinjau apakah benar itu kejang.
  • Video harus memperlihatkan tubuh secara penuh, tidak tertutup selimut atau tubuh orang tua.

Pengobatan epilepsi berdasarkan jenis kejang dan berat badan

Pengobatan epilepsi disesuaikan dengan jenis atau bentuk kejang yang dialami.

Setiap jenis kejang membutuhkan pendekatan berbeda agar terapi yang diberikan bisa bekerja secara efektif.

1. Pengobatan epilepsi disesuaikan dengan jenis kejang yang dialami

Obat diberikan berdasarkan berat badan, bukan umur, dan umumnya diminum setiap 12 jam. Dosis yang sesuai sangat penting untuk menjaga kadar obat tetap stabil di dalam tubuh dan mencegah kejang.

2. Terapi ditujukan untuk mengontrol kejang agar tidak merusak sel otak

Jika kejang tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak pada sel-sel otak dan akan mengganggu fungsi otak jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti pengobatan sesuai anjuran yang telah ditetapkan.

Pengobatan biasanya berlangsung hingga dua tahun bebas kejang. Setelah periode ini, kondisi anak akan dipantau untuk menentukan apakah terapi bisa dihentikan secara bertahap atau tetap dilanjutkan.

Pemberian obat anti kejang selalu dimulai dengan dosis kecil, lalu akan dinaikkan bertahap oleh dokter hingga dosis yang sesuai dan anak tidak kejang. Jika tidak terkontrol dengan dosis maksimal satu obat maka akan ditambahkan obat anti kejang lainnya.

Peran orang tua dalam mengelola epilepsi

Mengelola epilepsi tidak hanya bergantung pada pengobatan medis, tetapi juga dukungan dari orangtua lingkungan terdekat seperti di rumah, sekolah dan tempat anak berkegiatan. Selain memberi obat tepat waktu, orang tua perlu mencegah faktor pemicu seperti:

  • Demam
  • Kurang tidur malam, atau begadang
  • Kelelahan fisik atau psikis
  • Dehidrasi atau kekurangan cairan
  • Perubahan suhu lingkungan yang cukup ekstrem
  • Cemilan yang terlalu manis atau cemilan coklat
  • Cahaya yang berkedip-kedip, seperti kembang api, dan game di gadget.

Setelah mengetahui gejala epilepsi pada anak, Bunda dan Ayah juga harus memahami penanganan kejang di rumah. Jika gejala berlanjut, segera bawa anak untuk mendapat perawatan medis.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda