parenting
9 Tanda Orang Tua Terlalu Keras kepada Anak Menurut Psikolog
HaiBunda
Rabu, 29 Oct 2025 20:50 WIB
Daftar Isi
-
Tanda orang tua terlalu keras kepada anak menurut psikolog
- 1. Nada bicara selalu kasar
- 2. Sering berteriak atau mengancam
- 3. Anak mulai menarik diri dari aktivitas yang disukai
- 4. Kekhawatiran berlebihan terhadap aturan
- 5. Tidak mempertimbangkan perspektif anak
- 6. Terlalu banyak aturan
- 7. Terus-menerus menunjukkan kesalahan anak
- 8. Cinta dan pujian hanya diberikan saat anak berperilaku baik
- 9. Tanda fisik stres pada anak
- Dampak orang tua terlalu keras pada anak
Wajar saja jika Bunda ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berhasil. Namun, tanpa disadari, ada beberapa tanda orang tua terlalu keras kepada anak yang sering muncul dalam keseharian.
Terlalu banyak menuntut kesempurnaan atau terlalu cepat menegur kesalahan anak bisa membuat mereka merasa tertekan. Anak yang selalu dikontrol kadang kehilangan rasa percaya diri dan semangat belajarnya.
Lebih lanjut, gaya pengasuhan yang terlalu keras bisa bikin anak takut untuk mengungkapkan perasaan atau pendapatnya. Mereka cenderung menahan diri agar tidak membuat orang tua marah atau kecewa.
Banyak orang tua yang percaya bahwa bersikap tegas adalah cara paling efektif untuk mengubah perilaku anak. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, ini justru bisa membuat anak merasa tertekan dan perlahan menjauh dari orang tuanya.
Lalu, apa saja tanda orang tua terlalu keras kepada anak? Simak, yuk!
Tanda orang tua terlalu keras kepada anak menurut psikolog
Berikut ini tanda orang tua terlalu keras kepada anak menurut seorang psikolog sekaligus pendiri dari Parenting Pathfinders, Michelle Felder, menilik dari Parents.
1. Nada bicara selalu kasar
Bunda mungkin pernah menggunakan nada bicara yang keras ketika menegur anak. Nada yang kasar ini bisa bikin anak merasa takut dan cemas saat berinteraksi.
Anak bisa mulai menarik diri atau enggan untuk berbicara terbuka dengan Bunda. Hal ini tentunya bisa mengurangi komunikasi dan kedekatan emosional antara anak dan orang tua.
2. Sering berteriak atau mengancam
Bunda kerap mengekspresikan kemarahan dengan berteriak saat anak berperilaku buruk. Ancaman atau teriakan bisa membuat anak merasa tertekan dan merasa tidak aman saat berada di rumah.
Perilaku ini bisa membuat anak menutup diri atau menunjukkan perilaku pemberontakan. Anak bisa sulit mengontrol emosinya sendiri ketika selalu dihadapkan pada kemarahan orang tua.
3. Anak mulai menarik diri dari aktivitas yang disukai
Ketika terlalu ditekan, anak bisa kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati. Mereka mulai menghindari kegiatan yang dulunya membuat mereka senang.
"Anak Anda mulai menarik diri dari aktivitas yang pernah mereka nikmati," kata Michelle.
Hal ini bisa jadi pertanda bahwa anak merasa stres dan kurang nyaman berada dalam lingkungan rumah.
4. Kekhawatiran berlebihan terhadap aturan
Orang tua kerap merasa cemas jika tidak ada aturan yang ketat dan khawatir anak akan kehilangan kontrolnya. Kekhawatiran inilah bisa membuat rumah terasa kaku dan selalu ada tekanan.
"Anda khawatir jika tidak ada aturan tertentu, anak Anda akan meledak emosinya atau tidak menghormati wewenang Anda," ujarnya.
Anak bisa merasa terbebani dan takut mengambil inisiatifnya sendiri. Mereka cenderung mengikuti aturan karena takut, bukan karena memahami alasan di baliknya.
5. Tidak mempertimbangkan perspektif anak
Tak jarang, orang tua terlalu fokus pada kepatuhan tanpa mendengarkan pendapat atau perasaan anak. Karena ini, anak bisa merasa diabaikan dan kurang dihargai.
Saat pendapat mereka tidak dipertimbangkan, anak menjadi kurang percaya diri dalam mengungkapkan dirinya. Dalam hal ini, Bunda bisa mulai belajar mendengarkan anak supaya mereka merasa didengar dan dihargai.
6. Terlalu banyak aturan
Tak sedikit orang tua yang menetapkan banyak aturan untuk hampir semua hal, mulai dari waktu makan hingga waktu mandi. Terlalu banyaknya aturan bisa membuat anak merasa terbebani lho, Bunda.
Mereka tidak punya ruang untuk belajar dengan mandiri. Lama-kelamaan, anak cenderung mengikuti perintah tanpa memahami sebab-akibatnya.
7. Terus-menerus menunjukkan kesalahan anak
Orang tua kerap menekankan kesalahan anak tanpa memberikan apresiasi atas hal yang positif. Anak bisa merasa tidak pernah cukup baik di mata orang tuanya.
Hal ini tentu dapat menurunkan rasa percaya diri anak dan membuat mereka takut untuk mencoba hal-hal baru. Oleh karena itu, Bunda perlu menyeimbangkannya dengan pujian supaya anak tetap termotivasi.
8. Cinta dan pujian hanya diberikan saat anak berperilaku baik
Anak hanya menerima cinta dan perhatian orang tua saat mereka berperilaku baik. Mereka merasa bahwa kasih sayang diberikan hanya karena mereka patuh saja, bukan karena dicintai apa adanya.
Kebiasaan ini bisa membuat anak takut gagal dan selalu berusaha menyenangkan orang tuanya. Lebih lanjut, anak juga akan sulit mengembangkan rasa percaya dirinya, Bunda.
9. Tanda fisik stres pada anak
Anak biasanya menunjukkan stresnya lewat gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau perubahan nafsu makan. Hal ini merupakan cara tubuh mereka memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
"Anak Anda menunjukkan tanda-tanda fisik stres seperti sering sakit kepala, sakit perut, atau perubahan nafsu makan," tutur Michelle.Â
Perubahan fisik seperti ini bisa menandakan bahwa anak merasa terbebani atau cemas. Oleh karena itu, Bunda sebaiknya memperhatikan tanda-tanda ini ya agar bisa memberikan dukungan yang tepat.
Dampak orang tua terlalu keras pada anak
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang terlalu keras atau suka mengontrol berisiko lebih sulit mengatur dirinya sendiri. Mereka cenderung kesulitan dalam mengendalikan emosi dan mengambil keputusannya secara madiri.
"Anak-anak mendapat manfaat dari orang tua yang mengajari mereka strategi yang efektif dan memberi bimbingan untuk belajar membuat keputusan," kata seorang direktur klinis dan neuropsikolog di LifeStance Health, Northborough, Massachusetts, Erica Kalkut, PhD.
"Sebaliknya, anak-anak yang orang tuanya ketat dan menerapkan aturan untuk mengendalikan perilaku mereka gagal membangun pengetahuan tentang mengapa dan bagaimana mereka dapat membuat keputusan yang tepat untuk diri mereka sendiri," tambahnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Parenting
4 Kesalahan Orang Tua yang Membuat Anak Tidak Mandiri Menurut Psikolog
Parenting
15 Kesalahan Terbesar Orang Tua dalam Mendidik Anak Menurut Psikolog
Parenting
Menarik, Ini Alasan Kebanyakan Orang Lebih Suka Gendong Bayi dengan Tangan Kiri
Parenting
7 Cara Mengatasi Mental Breakdown Saat Menjadi Orang Tua
Parenting
5 Gaya Pola Asuh Generasi Milenial, Apakah Bunda Juga Menerapkannya?
7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Psikolog Ungkap 8 Cara Mengajarkan Anak Mengenali Emosi dari Intonasi Suara
5 Kalimat Toksik yang Bikin Anak Ogah Mendengarkan Orang Tua Menurut Psikolog
Jangan Sering Ucap "Bunda Bangga sama Kamu" saat Memuji Anak, Ini Pengganti Terbaiknya Menurut Pakar