Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak Enggak Sengaja Dengar Ortu Debat, Ini Dampaknya Menurut Psikolog

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Jumat, 03 Oct 2025 23:40 WIB

Anak Enggak Sengaja Dengar Ortu Debat, Ini Dampaknya Menurut Psikolog
Ilustrasi Anak Mendengar Orang Tua Debat/Foto: Getty Images/iStockphoto/Panupong Piewkleng
Daftar Isi
Jakarta -

Suasana rumah yang biasanya hangat bisa saja berubah seketika. Si kecil yang tengah asyik bermain pun mendengar suara orang tuanya yang saling berselisih.

Bunda mungkin tidak menyadari, bahwa anak ternyata memperhatikan setiap gerak-gerik orang tuanya. Mereka berusaha memahami situasi di sekitarnya meski belum sepenuhnya mengerti.

Suara debat yang keras bisa memecah konsentrasi anak. Terkadang, mereka berhenti dari aktivitasnya hanya untuk menatap orang tuanya dengan penuh rasa ingin tahu.

Psikolog anak dan remaja, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog menjelaskan, bahwa setiap anak merespons situasi seperti ini secara berbeda. Reaksi mereka dipengaruhi usia, karakter, dan pengalaman sebelumnya.

Memahami bahasa tubuh dan ekspresi anak saat itu penting, Bunda. Ini bisa menjadi petunjuk awal untuk menjaga kenyamanan dan keamanan emosional mereka.

Dampak anak tidak sengaja mendengar orang tua debat menurut psikolog

Menurut psikolog anak dan remaja, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, ada beberapa hal yang bisa dialami anak ketika ia mendengar orang tuanya berdebat. Simak selengkapnya, yuk!

1. Anak bisa merasa bingung dan ingin tahu

Anak yang mendengar orang tua berdebat cenderung memperhatikan situasi di sekitarnya. Mereka mencoba memahami apa yang terjadi meski belum sepenuhnya mengerti.

"Kalau di usia SD, ketika kita sudah bisa lebih tenang, kita bisa cek ke anak, seperti "Apa yang kamu dengar waktu tadi malam?" ucap Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, dalam talkshow Bundaversity 2025 dengan tema Tak Cuma Diatur, Gen Alpha juga Butuh Didengar.

Anak terkadang mendengar pertengkaran orang tuanya, tapi tidak selalu sepenuhnya menangkap apa yang sedang terjadi, Bunda.

"Karena bisa jadi dengar, bisa jadi enggak. Atau ada anak yang bilang enggak supaya orang tua tidak merasa susah," katanya.

2. Kesehatan mental anak bisa terganggu

Pertengkaran orang tua yang sering, keras, atau berlangsung lama bisa memengaruhi psikologis anak, Bunda. Mereka bisa merasa cemas, takut, atau terganggu konsentrasinya dalam aktivitasnya sehari-hari.

"Secara psikologis kesehatan mental, sesuatu berdampak ke anak ada tiga halnya, yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi," ujar Anastasia.

Jika pertengkaran terjadi sangat sering, bahkan sehari dua kali dengan intensitas tinggi, kesehatan mental anak bisa sangat terpengaruh, Bunda.

"Kalau frekuensinya sering banget nih, hampir tiap hari atau sehari dua kali, intensitasnya intens banget sampai gedor pintu, sampai benda keras, dan durasinya lama, itu kita sangat mengecek ke anak bagaimana yang dia rasakan," tambah Anastasia.

Mengecek perasaan anak dan menenangkan mereka sangat penting Bunda, agar stres atau cemas pada anak tidak berlarut. Anak yang merasa aman cenderung lebih stabil secara emosionalnya.

3. Anak membutuhkan rasa aman dari orang tua

Saat orang tua berselisih, anak membutuhkan kepastian bahwa mereka tetap dicintai. Dalam situasi ini, Bunda bisa memberikan penjelasan sederhana agar anak merasa lebih aman.

"Sebenarnya yang dibutuhkan adalah rasa aman dari orang tuanya, dan kita bisa bilang sama mereka bahwa papa mama lagi ada masalah, tapi ini masalah orang dewasa, dan kami akan cari cara buat menyelesaikan masalah ini. Tapi kami tetap orang tua kamu, kami tetap sayang sama kamu, peran kami jadi orang tua kamu itu enggak tergantikan," tutur Anastasia.

Anak tetap berharga meski orang tua tidak lagi bersama

Selain dampak yang sudah disebutkan tadi, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog juga menyebutkan, bahwa kalimat tersebut bisa dijadikan contoh bagi Bunda yang sudah berpisah dengan pasangan.

Perpisahan orang tua pun bisa dijelaskan pada anak, supaya mereka tetap merasa dicintai. Bunda juga perlu memberi pengertian, bahwa mereka tetap berharga meski hubungan orang tuanya sudah berubah.

"Ini mirip buat pasangan yang berpisah atau bercerai pun, itu obrolan yang bisa kita bilang, bahwa kami sudah selesai menjadi suami istri, tapi kami tidak pernah selesai jadi orang tua kamu. Perpisahan ini bukan karena kamu, kamu adalah anak berharga dan kami cintai," ujar Anastasia.

Dengan komunikasi yang jelas, anak tetap merasa aman dan dicintai. Mereka belajar bahwa cinta orang tua tidak berubah meski hubungan orang tua berpisah.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda