Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Berapa Lama Efek Keracunan Makanan Berlangsung pada Anak?

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Selasa, 30 Sep 2025 09:10 WIB

Anak keracunan makanan
Anak keracunan makanan/ Foto: Getty Images/KSChong
Daftar Isi

Belakangan ini, kasus keracunan makanan pada anak semakin sering terjadi di berbagai daerah. Keracunan makanan diduga terjadi usai mengonsumsi menu MBG di sekolah.

Keracunan dapat terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri, virus, parasit, atau zat beracun. Ciri-ciri keracunan makanan yang umum antara lain mual, muntah, diare, hingga demam. Siapapun bisa mengalaminya, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Meski umumnya dapat sembuh sendiri, penting bagi Bunda untuk mengetahui pertolongan pertama keracunan makanan agar gejala tidak semakin parah dan tubuh cepat pulih.

Lalu, berapa lama efek keracunan makanan berlangsung hingga tubuh dapat kembali pulih sepenuhnya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Apa itu keracunan makanan?

Melansir dari laman Healthline, keracunan makanan atau foodborne illness adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi, basi, atau mengandung suatu zat yang beracun. Gejala yang paling sering muncul yaitu mual, muntah, dan diare. 

Meski terasa sangat mengganggu, keracunan makanan merupakan kondisi yang sering dialami. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa setiap tahun ada sekitar 48 juta kasus keracunan makanan di Amerika Serikat. Dari angka tersebut, sekitar 128 ribu orang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Penyebab keracunan makanan

Keracunan makanan bisa dipicu oleh beberapa hal, Bunda. Mengutip laman Yale Medecine, sebagian besar kasus keracunan makanan disebabkan oleh bakteri, parasit, virus, atau racun yang mencemari makanan maupun minuman. 

Kontaminasi ini bisa terjadi sejak proses penanaman, pengolahan, hingga penyajian. Berikut ini beberapa penyebab utamanya:

1. Bakteri

Bakteri menjadi penyebab paling umum dari keracunan makanan. Jenis yang sering ditemui antara lain Salmonell, E. coli, Listeria monocytogenes, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.

2. Parasit

Meski kasusnya lebih jarang terjadi dibandingkan bakteri, parasit tetap berbahaya. Beberapa yang sering ditemukan antara lain Toxoplasma gondii, cacing pita dari daging sapi atau babi, serta Giardia.

3. Virus

Beberapa jenis virus juga bisa menyebabkan keracunan makanan, seperti norovirus, rotavirus, astrovirus, sapovirus, hingga hepatitis A. Norovirus bahkan menjadi penyebab lebih dari separuh kasus penyakit akibat makanan di Amerika Serikat, dengan gejala utama muntah dan diare.

4. Kontaminasi saat proses pengolahan dan penyajian

Makanan bisa terkontaminasi sejak di kebun atau ladang akibat kotoran hewan, kemudian berlanjut pada proses panen, distribusi, hingga persiapan di dapur. Misalnya, buah melon yang sudah dipotong dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri seperti Listeria jika tidak segera dikonsumsi dalam waktu singkat.

Tidak hanya itu, keracunan makanan juga bisa berasa dari racun atau bahan kimia. Dikutip dari Cleveland Clinic, Dr. Lee menjelaskan bahwa keracunan bisa muncul meski makanan tampak segar atau tidak busuk.

Penyebabnya bisa karena penanganan yang tidak higienis atau proses memasak yang kurang tepat, sehingga makanan yang seharusnya aman berubah menjadi berbahaya.

6 Gejala keracunan makanan

Gejala dari keracunan makanan biasanya muncul secara tiba-tiba dan dapat mengganggu sampai tubuh berhasil mengeluarkan kuman penyebabnya. Gejala yang muncul bisa berbeda pada tiap orang, namun umumnya meliputi:

  1. Diare
  2. Mual dan muntah
  3. Sakit Perut dan kram
  4. Demam
  5. Sakit kepala
  6. Lemas atau tidak bertenaga

Berapa lama keracunan makanan berlangsung?

Pada kebanyakan orang yang sehat, gejala keracunan makanan biasanya mereda dalam 12 hingga 48 jam. Dalam rentang waktu tersebut, tubuh umumnya mampu membersihkan infeksi yang masuk lewat makanan atau minuman.

Namun, lamanya sakit bisa berbeda pada setiap orang. Dr. Lee mengatakan, "Tergantung jenis patogen dan bagaimana tubuh meresponsnya, ada orang yang bisa sakit keracunan makanan hingga 10 hari bahkan lebih. Bakteri seperti campylobacter dapat menimbulkan gejala selama beberapa minggu."

Apa yang harus dilakukan jika alami keracunan makanan?

Dr. Lee menjelaskan bahwa sebagian besar kasus keracunan makanan memang membuat tubuh terasa tidak nyaman, tapi biasanya akan pulih tanpa perawatan medis khusus, terutama pada orang dengan sistem imun yang sehat.

"Bagi kebanyakan orang dengan daya tahan tubuh yang baik, keracunan makanan biasanya bisa sembuh sendiri. Selama masih bisa menelan makanan atau minuman, cukup perbanyak cairan di rumah dan biarkan tubuh memulihkan diri," ujar Dr. Lee.

Namun, ada beberapa langka yang harus dilakukan jika mengalami keracunan makan, seperti:

1. Perbanyak minum cairan

Hal yang paling saat keracunan makanan adalah mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare. Minumlah banyak cairan, bukan hanya air putih tetapi juga minuman dengan kandungan garam, gula, atau elektrolit.

Dr. Lee menambahkan, "Saat sakit dan kehilangan banyak cairan, cairan dengan elektrolit lebih baik diserap tubuh dibanding air biasa."

2. Minum secara perlahan

Hindari minum dalam jumlah banyak sekaligus. Lebih baik minum dengan tegukan sedikit agar tidak membuat perut menjadi mual dan terasa penuh.

3. Konsumsi makanan ringan

Jika sudah mulai merasa membaik, coba konsumsi makanan ringan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi, roti, sup, bubur, kentang rebus, atau biskuit. Hindari makanan berminyak, pedas, atau terlalu berat.

Apakah keracunan makanan bisa menyebabkan kematian?

Keracunan makanan umumnya bisa pulih dalam waktu singkat, tapi dalam kasus tertentu bisa berakibat serius. Risiko ini biasanya lebih tinggi pada bayi, lansia, ibu hamil, atau orang dengan penyakit kronis seperti gangguan jantung dan ginjal.

Dokter UGD di Univesity of Utah Health, dr. Troy Madsen, menjelaskan bahwa sebagian orang akan sembuh. Namun, jika mengalami dehidrasi yang parah akan menjadi berbahaya.

"Jika tubuh sudah kehilangan banyak cairan karena muntah atau diare, dan pasien punya penyakit lain, keracunan makanan bisa menjadi lebih berbahaya," ujar Dr. Troy.

Apakah keracunan makanan bisa sembuh sendiri?

Sebagian besar kasus keracunan makanan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan medis khusus. Dr. Madsen menjelaskan bahwa, pada orang dengan kondisi tubuh yang sehat, gejalanya biasanya berlangsung 6 sampai 12 jam, lalu berangsur membaik.

Cara mencegah keracunan makanan

Terdapat empat cara untuk mencegah keracunan makanan, yaitu:

  • Bersihkan tangan secara rutin sebelum dan sesudah mengolah makanan
  • Pisahkan bahan mentah seperti daging, unggas, seafood, dan telur dari makanan matang, termasuk saat belanja dan menyimpannya di kulkas.
  • Masak dengan suhu yang tepat, misalnya 63°C untuk ikan, 71°C untuk daging giling, dan 74°C untuk unggas dan sisa makanan.
  • Dinginkan makanan segera, simpan di kulkas maksimal dua jam setelah dimasak (atau satu jam jika berada di suhu panas)

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan memperhatikan cara pengolahan, penyimpanan, dan pemilihan makanan. Pilih tempat makan yang higienis dan hindari konsumsi makanan mentah.

Cara mengatasi keracunan makanan

Sebagian besar kasus keracunan makanan dapat ditangani sendiri di rumah tanpa perawatan khusus. Berikut beberapa cara untuk mengatasi keracunan makanan yang telah dikutip dari laman NHS:

  • Istirahat yang cukup di rumah agar tubuh bisa pulih dengan optimal.
  • Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi. Jika merasa mual, minum dalam jumlah sedikit tetapi lebih sering.
  • Tetap berikan ASI atau susu formula pada bayi. Jika bayi muntah, berikan dalam jumlah yang lebih sedikit.
  • Untuk bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat, beri air putih di antara waktu makan.
  • Makan saat merasa mampu, dan sebaiknya hindari makanan berlemak atau terlalu berbumbu selama masa pemulihan.
  • Minum parasetamol jika merasa tidak nyaman, namun harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Selain cara mengatasi keracunan makanan, ada juga beberapa hal yang sebaiknya dihindari, antara lain:

  • Hindari mengonsumsi jus buah dan minuman bersoda karena dapat memperparah diare.
  • Jangan mencampur susu formula dengan air lebih banyak dari takaran normal. Gunakan sesuai petunjuk biasa.
  • Jangan memberikan obat anti diare kepada anak di bawah 12 tahun.
  • Jangan memberikan aspirin kepada anak di bawah 16 tahun.

Dengan perawatan mandiri yang tepat, sebagian orang dapat pulih dari keracunan makanan tanpa komplikasi serius. Namun, jika gejala tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda