
parenting
Deretan Dugaan Penyebab Ratusan Siswa Keracunan MBG
HaiBunda
Sabtu, 27 Sep 2025 15:00 WIB

Daftar Isi
Belakangan ini, kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) mencuat dan menyita perhatian publik. Program yang sejatinya dibuat untuk meningkatkan gizi siswa justru menimbulkan keresahan di berbagai daerah.
Di wilayah Bandung Barat, ratusan siswa dari PAUD hingga SMA/SMK harus mendapatkan perawatan medis usai menyantap menu MBG. Suasana belajar pun berubah menjadi kepanikan, Bunda.
Tak hanya di Jawa Barat, kasus serupa juga muncul di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Belasan siswa SD di sana mengalami gejala serupa usai menikmati sajian MBG.
"Awalnya hanya beberapa anak yang sakit perut lalu muntah. Tapi makin lama makin banyak, jadi pihak Puskesmas langsung datang ke sekolah. Karena kondisinya ramai, akhirnya anak-anak dibawa ke Puskesmas, lalu dirujuk ke RSUD dr. Agoesdjam atas arahan pihak medis," jelas Kepala SDN 12 Benua Kayong, Dewi Hardina Febriani, dikutip dari detikcom.
Lalu, sebenarnya apa yang menjadi titik penyebab para siswa keracunan MBG? Apakah berasal dari kualitas bahan makanan atau faktor lain yang belum terungkap?
Deretan dugaan penyebab ratusan siswa keracunan MBG
Untuk menjawab permasalahan tersebut, berikut deretan berbagai dugaan penyebab ratusan siswa keracunan MBG seperti dikutip dari detikcom:
1. Higienitas dapur dan penjamah makanan
Menurut Epidemiolog, Dicky Budiman, faktor pertama yang paling rawan adalah higienitas dapur dan penjamah makanan. Kebersihan ruang produksi hingga kebiasaan pekerja menjadi titik krusial yang sering kali terabaikan.
Dicky menyoroti bahwa ada dapur yang baru beroperasi, langsung ditugaskan untuk menyalurkan makanan ke sekolah-sekolah. Hal ini menimbulkan risiko karena belum ada persiapan standar yang memadai.
Selain itu, pengawas menemukan bahwa konsistensi penjamah dalam menjaga higienitas masih lemah. Pekerja yang tidak disiplin bisa menjadi sumber utama pemicu keracunan.
"Higienitas dari dapur dan penjamah ini yang masih jadi isu dan beberapa pihak sebagai pengawas melaporkan antara lain, misalnya dapur yang baru beroperasi langsung berdiri langsung ditugaskan, menyalurkan dan itu cenderung akhirnya menjadi pemicu keracunan," jelas Dicky, dikutip dari detikcom.
2. Rantai suhu penyimpanan makanan
Penyebab kedua terkait dengan pengelolaan suhu makanan, Bunda. Makanan seharusnya dijaga pada kondisi dingin di bawah 5 derajat atau panas di atas 60 derajat.
Jika makanan disimpan pada rentang 5 hingga 60 derajat, maka risiko bakteri berkembang biak sangat tinggi. Situasi ini akan semakin parah bila waktu simpan terlalu lama.
"Kedua adalah rantai dingin dan panas. Makanan ini harus di bawah 5 derajat harus di atas 60 derajat. Kalau di antara katakanlah 5 sampai 60 disimpan, itu sangat rawan terjadi keracunan. Termasuk waktu simpan," ujar Dicky.
3. Kontaminasi silang
Kontaminasi silang juga masuk daftar penyebab yang diwaspadai. Proses pengolahan yang tidak dipisahkan dengan baik bisa membuat makanan terpapar bakteri.
Penyimpanan bahan mentah dan matang yang berdekatan tanpa pengamanan dapat menambah risiko. Hal ini sering terjadi pada dapur dengan skala besar yang harus melayani banyak sekolah.
4. Kualitas bahan baku dan air
Selain kebersihan, kualitas bahan baku dan air menjadi sorotan, Bunda. Air yang dipakai harus benar-benar bersih agar tidak membawa kuman.
Begitu juga bahan baku, mulai dari sayuran, daging, hingga bumbu, wajib dipastikan segar. Bahan yang tak layak konsumsi bisa menjadi pemicu keracunan massal.
Jika kualitas bahan diabaikan, program MBG yang seharusnya menyehatkan justru bisa menimbulkan masalah kesehatan.
"Kualitas bahan baku dan suplai air yang harus bersih," jelas Dicky.
5. Lemahnya traceability
Sistem pelacakan atau traceability makanan juga menjadi titik lemah. Idealnya, makanan yang diproduksi tidak boleh lebih dari empat jam sebelum dibagikan, Bunda.
Jika lebih dari itu, risiko makanan rusak atau basi akan meningkat. Apalagi, proses distribusi yang menjangkau banyak sekolah sering kali memakan waktu yang cukup lama.
Hal ini membuat pengawasan menjadi sulit dan membuka celah terjadinya keracunan.
"Kurangnya traceability terhadap produknya. Jadi traceability itu bahwa makanan itu sejak dibuat, kemudian akan didistribusikan itu tidak boleh lebih dari 4 jam. Ini yang juga menjadi titik lemah," ungkap Dicky.
6. Tata kelola vendor
Faktor lain yang tak kalah penting adalah tata kelola vendor penyedia MBG. Banyak UMKM penyedia makanan yang belum memenuhi standar operasional dengan baik.
Kurangnya pelatihan dan pengawasan membuat kualitas makanan tidak seragam. Hal ini dapat menimbulkan risiko berbeda di tiap wilayah.
Menurut Dicky Budiman, pembenahan sistem vendor harus menjadi prioritas agar program ini benar-benar aman. Regulasi yang lebih ketat dibutuhkan demi mencegah keracunan berulang.
"Tata kelola vendornya atau UMKM penyedianya yang ini juga menjadi masalah," jelasnya.
7. Pemilihan jenis ikan untuk menu MBG
Untuk kasus di SDN 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, hingga kini penyebab masih dalam tahap investigasi. Namun, dugaan sementara mengarah pada menu yang disediakan.
Jenis menu ikan yang dipilih disebut-sebut tidak biasa dikonsumsi oleh siswa, yaitu ikan hiu. Kondisi ini diduga bisa memicu reaksi tubuh yang tidak diharapkan.
Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi mengatakan faktor pemilihan menu ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Namun, ia tak menutup kemungkinan bahwa inilah penyebab awal keracunan.
"Pemilihan ikan yang jarang dikonsumsi oleh siswa bisa jadi sebagai pemicu kejadian ini," kata Agus Kurniawi.
8. Proses memasak terlalu dini
Sementara itu, untuk kasus keracunan di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, diduga terjadi karena makanan dimasak terlalu dini. Akibatnya, saat sampai ke tangan siswa, kondisi makanan sudah menurun kualitasnya.
Hal ini membuat menu MBG yang seharusnya segar menjadi kurang layak konsumsi, Bunda. Koordinator SPPG Wilayah Bandung Barat, Gani Djundjunan mengungkapkan informasi terakhir mengarah ke dugaan ini.
"Menurut info terakhir, itu karena menunya dimasak terlalu dini, jadi mengakibatkan makanan didistribusikan ke siswa dalam keadaan sudah tidak bagus," kata Gani Djundjunan, menilik dari detikcom.
Itulah hal-hal terkait dugaan penyebab ratusan siswa keracunan MBG. Kasus ini tentu menjadi perhatian penting bagi pihak sekolah dan orang tua untuk lebih waspada ke depannya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Ramai Siswa Keracunan MBG di Ketapang Kalbar, Menu Ikan Hiu Dinilai Bermasalah

Parenting
20 Siswa Keracunan MBG di Ketapang, Lauk Nugget Ikan Hiu Bau & Sayur Berlendir

Parenting
Tanggapan Kepala BGN soal MBG Diminta Disetop karena Banyak Anak Keracunan

Parenting
Singkong hingga Belalang Bisa Jadi Menu Alternatif Makan Bergizi Gratis

Parenting
Kalau Ada yang Pungli Biaya Wadah Makan Bergizi Gratis, Jangan Mau ya Bun

Parenting
Program Makan Bergizi Gratis: Jadwal Berlaku di Sekolah, Sasaran hingga Aturan Pembagian di PAUD-SMA
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda