Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Social Anxiety pada Anak: Penyebab, Tanda & Cara Mengatasinya

Kinan   |   HaiBunda

Minggu, 21 Sep 2025 09:00 WIB

Ilustrasi anak takut
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sasiistock
Daftar Isi
Jakarta -

Social anxiety atau kecemasan sosial pada anak berbeda dari sekadar malu. Anak bisa merasa sangat cemas atau bahkan panik saat berada di sekitar orang lain. Bagaimana mengatasi social anxiety pada anak? 

Hal ini menjadi penting sebab jika tidak dikenali sejak dini, kecemasan sosial bisa mengganggu perkembangan sosial, kemampuan belajar, hingga kepercayaan diri anak. 

Bunda mungkin akan melihat tanda-tanda kecemasan pada anak, seperti gugup dan ketakutan saat berinteraksi sosial di luar rumah. 

Apa itu kecemasan sosial?

"Kecemasan sosial adalah kondisi kesehatan mental di mana interaksi sosial dapat menyebabkan peningkatan rasa gugup dan cemas berlebihan," ungkap praktisi klinis Keita Franklin, PhD, dikutip dari Parents.

Beberapa anak dengan gangguan ini memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai bertemu atau berbicara dengan orang lain. Mereka juga terus-menerus merasa takut dipermalukan, dinilai negatif, atau ditolak.

Dalam kasus lain, anak dengan social anxiety juga mungkin sangat merasa cemas ketika berbicara atau tampil di depan umum.

Kecemasan terhadap penilaian sosial ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan bisa membuat anak tidak mau bermain bersama teman atau pergi keluar rumah bersama keluarga.

Bahkan berangkat sekolah, berbicara dengan teman sebaya, memesan makanan di restoran, atau menggunakan toilet umum bisa menjadi pengalaman yang penuh stres bagi anak. 

Penyebab social anxiety pada anak

Dikutip dari Mom Junction, sebenarnya wajar bagi anak untuk merasa cemas dan malu terutama terhadap orang asing, sejak usia satu tahun.

Hal ini merupakan bagian dari perkembangan sosial dan perilaku normal anak, dan jarang menjadi penyebab kekhawatiran.

Namun jika anak selalu menunjukkan rasa takut yang intens, cemas, dan malu di lingkungan sosial, hal ini dapat dianggap sebagai gangguan kecemasan sosial.

Mengenali dan berkonsultasi dengan profesional sejak dini sangat penting karena memungkinkan anak mendapat dukungan tepat waktu, serta mengurangi dampak buruknya terhadap tumbuh kembang mereka. 

Sebenarnya tidak ada penyebab khusus mengapa anak mengalami gangguan kecemasan sosial. Berikut ada beberapa faktor yang mungkin memengaruhi:

1. Genetika

Penelitian menunjukkan bahwa balita dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan sosial, bisa lebih rentan mengalaminya.

Oleh karena itu, anak mungkin memiliki risiko lebih tinggi jika salah satu atau kedua orang tuanya memiliki atau pernah memiliki gangguan ini. Risiko juga dapat meningkat jika saudara kandungnya memiliki kondisi serupa.

2. Faktor sosial

Beberapa anak dapat mengalami kecemasan terus-menerus setelah mengalami kejadian sosial yang penuh tekanan. Rasa cemas mereka bisa berasal dari situasi sosial yang menyebabkan rasa malu mendalam atau trauma.

Jika teman sebaya, saudara kandung, atau orang tua sering mempermalukan anak di depan orang lain, hal ini juga dapat memicu gangguan kecemasan sosial.

3. Faktor pengasuhan

Anak menjadi lebih rentan terhadap gangguan ini jika orang tua terus-menerus melarang atau tidak mendorong mereka untuk berinteraksi sosial. Dampaknya, anak pun takut berinteraksi dengan orang asing. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa pola asuh yang terlalu protektif dapat meningkatkan risiko social anxiety.

Tanda-tanda social anxiety pada anak

Berikut beberapa tanda umum kecemasan sosial pada anak-anak: 

1. Menghindari kontak mata

Beberapa anak mungkin menunjukkan rasa takut dan ketidaknyamanan yang ekstrem saat diminta bergabung dalam permainan atau aktivitas kelompok.

Jika Si Kecil tampak selalu menunjukkan respons demikian, perhatikan apakah mungkin ini karena ia memiliki social anxiety.

2. Selalu tidak percaya diri

Rasa tidak aman dapat membuat anak jadi kurang percaya diri, terutama saat berada di tengah orang banyak. Misalnya ketika menghadiri acara keluarga, acara sosial, atau di sekolah.

Oleh sebab itu, anak mungkin akan lebih memilih menjauh dari orang lain.

3. Menghindari aktivitas yang melibatkan interaksi

Tanda ini bisa mencakup pada berbagai kegiatan, termasuk saat bermain di tempat umum atau saat berada di acara keluarga. 

4. Sulit menyelesaikan tugas saat kerja kelompok

Ketidakpercayaan diri anak dengan social anxiety juga membuat mereka kesulitan berkonsentrasi pada tugas kelompok. Bukan tidak mungkin, anak juga jadi tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan.

5. Selalu takut dinilai buruk

Tanpa sadar, anak selalu merasa takut akan dipermalukan atau dinilai buruk saat berada di sekitar orang asing atau teman sebaya.

Perhatikan juga gejala fisik yang mungkin sering ditunjukkan anak saat sedang di tempat yang ramai. Termasuk seperti sakit perut, mual, banyak berkeringat, dan rasa gelisah.

Diagnosis dan cara mengatasi social anxiety

Setelah melakukan konsultasi, dokter anak atau psikiater anak akan mendiagnosis kecemasan sosial berdasarkan tanda dan gejala yang diamati.

Kecemasan sosial sebenarnya masih dianggap normal pada anak usia balita, tetapi dokter atau psikolog/psikiater anak dapat memeriksa faktor-faktor berikut untuk menegakkan diagnosis gangguan kecemasan sosial:

  • Balita menunjukkan rasa panik dan cemas yang berlebihan saat berada di situasi sosial
  • Terus-menerus takut diejek atau dipermalukan oleh orang sekitar
  • Balita selalu menghindari setidaknya satu situasi sosial dengan penolakan ekstrem
  • Jika dipaksa, mereka akan menunjukkan ketakutan, stres berat, dan gejala fisik.

Kecemasan sosial ringan tidak memerlukan perawatan khusus. Namun pada kasus tertentu, gangguan kecemasan sosial dapat ditangani dengan berbagai metode bergantung usia anak, faktor pemicu, dan ada tidaknya masalah lain.

Apakah terapi dapat membantu anak dengan kecemasan sosial?

Ilustrasi Anak Takut Main AyunanIlustrasi/Foto: iStock

Beberapa terapi berfokus pada kesehatan mental anak dan dapat memberikan penilaian menyeluruh untuk pemahaman yang lebih baik.

Selain itu, terapis juga mungkin akan banyak melibatkan orang tua dalam rencana terapi. Hal ini sangat bermanfaat sebagai bekal Bunda untuk mengoptimalkan kemajuan Si Kecil.

Terapis juga dapat membantu menemukan penyebab mendasar dari kecemasan sosial pada anak. Oleh sebab itu, penting untuk selalu terbuka dalam menyampaikan informasi dan perkembangan anak di rumah ya, Bunda. 

Tips orang tua menghadapi anak dengan kecemasan sosial

Selain terapi sesuai dengan rekomendasi dokter atau psikolog/psikiater, Bunda juga dapat menerapkan kebiasaan, rutinitas, dan langkah-langkah berikut untuk mengurangi kecemasan anak:

1. Persiapkan anak untuk situasi sosial

Salah satu cara terbaik adalah melatih situasi yang memicu kecemasan sosial sejak awal. Misalnya jika anak sulit ikut serta dalam aktivitas kelompok, Bunda bisa mengajaknya 'pemanasan' terlebih dahulu di rumah. 

Sebelum mengajak mereka bertemu dengan teman-teman, lakukan panggilan video bersama terlebih dahulu.

2. Kenalkan situasi sosial secara bertahap

Pastikan anak belajar untuk menghadapi satu situasi sosial pada satu waktu saja. Meminta mereka menghadapi banyak situasi sekaligus dapat memicu kecemasan yang lebih tinggi.

3. Jangan memaksa

Berikan waktu kepada anak untuk merasa nyaman, jangan langsung dipaksa. Sebagai contoh, anak merasa malu saat bertemu kerabat, maka ajak perlahan untuk berinteraksi tetapi jangan memarahinya. 

Jangan pula memegang atau memaksa secara fisik, serta hindari membujuk dengan suara keras. Hal ini dapat memperburuk kecemasan sosial pada anak.

Wajar jika proses ini tidak langsung berhasil di kali pertama, Bunda. Ingatlah bahwa setiap anak memiliki kematangan kognitif yang berbeda-beda untuk mengatasi kecemasan sosial.

4. Tetap tenang 

Anak dengan gangguan kecemasan sosial mungkin mengalami ledakan emosi yang tak terduga di situasi umum. Perilaku ini bisa membuat orang sekitar merasa tidak nyaman, tetapi usahakan Bunda tetap tenang dan menenangkan anak.

Validasi kecemasan anak, lalu katakan bahwa langkah ini bisa dicoba lagi di lain waktu. Sikap tenang orang tua dapat memberi pengaruh positif pada anak.

5. Hindari terlalu protektif

Memiliki anak dengan kecemasan sosial bukan berarti harus melindungi mereka dari semua situasi sosial. Hindari terlalu protektif, karena ini bisa membuat anak semakin sulit menghadapi pemicu kecemasan.

Sikap protektif berlebihan juga dapat membuat anak merasa wajar untuk terus cemas di hadapan orang lain.

Itulah ulasan tentang social anxiety pada anak. Lakukan konsultasi ke profesional segera untuk bantu memberikan penanganan yang tepat sesuai kebutuhan anak.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda