
parenting
Mengenal Tempramental pada Bayi dan Anak dari Ciri, Penyebab, Beserta Cara Mengatasinya
HaiBunda
Selasa, 26 Aug 2025 19:20 WIB

Daftar Isi
Setiap anak lahir dengan keunikan tersendiri, Bunda, termasuk juga cara mereka merespons dunia di sekitarnya. Ada anak yang mudah tertawa, tapi ada juga yang lebih sering menangis saat menghadapi hal-hal baru.
Bunda mungkin pernah berpikir, mengapa Si Kecil terlihat berbeda dibandingkan teman sebayanya? Perbedaan ini bukan hanya soal sifat saja, melainkan sesuatu yang lebih dalam sejak Si Kecil lahir.
Inilah yang membuat pengalaman mengasuh setiap anak terasa istimewa. Bunda perlu memahami cara anak mengekspresikan perasaan dan interaksinya dengan lingkungannya, dan inilah yang disebut sebagai temperamen.
Dilansir dari laman Verywell Mind, temperamen sendiri merupakan istilah yang menggambarkan gaya perilaku bawaan bayi dan anak. Temperamen mencakup bagaimana anak bereaksi terhadap situasi, mengekspresikan emosinya, hingga mengatur perasaannya.
Penyebab sifat tempramental
Sebelum membahas lebih jauh, penting dipahami, bahwa sifat tempramental pada anak tidak muncul begitu saja Bunda, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut penyebab sifat tempramental seperti dikutip dari laman National Library of Medicine:
1. Genetik
Faktor genetik memiliki peran besar dalam membentuk sifat temperamental pada bayi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa keturunan dapat memengaruhi bagaimana anak mengekspresikan emosi dan mengendalikan diri.
Meski begitu, gen bukanlah faktor utama dalam menentukan perilaku anak. Ada banyak faktor lain yang juga berperan besar dalam membentuk kepribadian Si Kecil.
2. Lingkungan
Lingkungan sekitar, termasuk pola asuh orang tua, sangat memengaruhi temperamen Si Kecil. Situasi yang penuh kasih sayang dan stabil biasanya membuat anak lebih mudah beradaptasi.
Sebaliknya, Bunda mungkin melihat anak jadi lebih sensitif atau mudah marah jika tumbuh di lingkungan yang penuh tekanan. Faktor ini menunjukkan bahwa pengalaman sehari-hari dapat memperkuat atau meredam sifat bawaan anak.
3. Perkembangan individu
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bayi berjalan dengan cara yang unik. Ada anak yang cepat belajar mengatur emosinya, sementara ada yang butuh waktu lebih lama.
Di sinilah Bunda berperan penting untuk mendampingi mereka lewat setiap tahap perkembangannya. Dukungan positif akan membantu mereka belajar mengenali emosi sekaligus menemukan cara yang sehat untuk mengekspresikannya.
Ciri-ciri sifat tempramental
Dilansir dari Verywell Mind, ada empat jenis temperamen utama yang kerap muncul pada bayi hingga tumbuh menjadi pribadi dewasa. Setiap jenisnya memiliki ciri khas yang bisa memengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya:
1. Sanguin
Anak dengan tipe sanguin biasanya ceria, mudah bergaul, dan selalu tampak full energi. Mereka cenderung melihat segala sesuatu dari sisi positifnya, sehingga terasa menyenangkan untuk diajak bermain maupun berinteraksi.
Namun, sifat ini bisa membuat mereka cenderung impulsif dan sulit membuat keputusan. Kadang, mereka lebih senang mengikuti kesenangan sesaat dibandingkan memikirkan konsekuensi jangka panjang.
2. Kolerik
Berbeda dengan sanguin, tipe kolerik dikenal lebih tegas, berani, dan suka memimpin. Anak dengan sifat ini biasanya memiliki tujuan yang jelas dan tidak ragu untuk mengejarnya sampai berhasil, Bunda.
Meski begitu, Bunda mungkin akan menemui sifat keras kepala atau sikap kurang sabar dari anak dengan temperamen kolerik. Fokus mereka pada pencapaian bisa membuat hubungan sosial terabaikan jika tidak diarahkan dengan baik.
3. Plegmatis
Anak dengan tipe plegmatis biasanya tenang, sabar, dan mudah berempati terhadap orang lain. Mereka lebih nyaman dengan rutinitas sederhana dan sering menjadi pribadi yang bisa diandalkan.
Namun, Bunda juga perlu waspada karena sifat terlalu pasif bisa membuat anak terlihat kurang percaya diri. Keengganan mereka untuk terlibat dalam konflik sering kali membuat anak melewatkan kesempatan pentingnya.
4. Melankolis
Melankolis sering disalahpahami sebagai sifat murung atau sedih, padahal, mereka sebenarnya penuh perhatian dan berpikir mendalam. Anak dengan temperamen ini biasanya analitis, teliti, dan senang melakukan sesuatu dengan teratur.
Sayangnya, Bunda mungkin akan menemui sisi perfeksionis yang membuat mereka mudah cemas atau kecewa jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencananya. Mereka juga lebih suka bekerja sendiri, sehingga terkadang terlihat sulit berbaur dalam sebuah kelompok.
Bagaimana jika bayi punya sifat tempramental?
![]() |
Menilik dari About Kids Health, penelitian menunjukkan temperamen pada bayi bisa dikelompokkan dalam beberapa tipe utama, Bunda. Mulai dari yang mudah, sulit, hingga lambat beradaptasi.
Setiap tipe memiliki keunikan tersendiri yang bisa memengaruhi cara Si Kecil berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Dalam laman tersebut, sekitar 40 persen bayi termasuk kategori mudah karena cepat beradaptasi, serta memiliki pola makan dan tidur yang teratur.
Kehadiran bayi dengan temperamen ini biasanya membuat orang tua merasa lebih percaya diri saat merawat mereka. Di sisi lain, sekitar 10 persen bayi memiliki temperamen lebih sulit, mereka mudah marah atau sedih, suasana hati cepat berubah, dan rutinitas tidurnya tidak teratur.
Contohnya, bayi dalam kategori ini sering kali menangis lama, sehingga bisa membuat Bunda merasa kewalahan. Meski disebut "sulit," sebenarnya sifat ini juga menyimpan kelebihan seperti ketegasan dan kegigihan.
Selain itu, ada pula sekitar 5-15 persen bayi yang disebut lambat menyesuaikan diri karena butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi. Mereka biasanya sensitif dan tidak suka dipaksa, sehingga membutuhkan pendekatan yang lembut dari Bunda.
Menariknya, sekitar 40 persen bayi lainnya tidak sepenuhnya masuk dalam satu kategori tertentu. Si Kecil mungkin memiliki kombinasi beberapa sifat, sehingga membuat pengalaman Bunda mengasuh terasa lebih unik.
Cara mengatasi sifat tempramental saat anak bertambah dewasa
Setelah memahami berbagai penyebab dan ciri sifat tempramental pada bayi dan anak, saatnya membahas bagaimana cara menghadapinya. Salah satu kuncinya ada pada kemampuan yang disebut effortful control, yakni kemampuan anak untuk mengendalikan reaksi spontan mereka.
Anak dengan effortful control yang baik dapat melakukan hal-hal seperti berikut, mengutip dari About Kids Health:
- Menunda: Mereka bisa melihat permen di bawah gelas transparan tanpa langsung mengambilnya.
- Memperlambat gerakan motorik: Mereka bisa menggambar garis dengan perlahan.
- Perhatian penuh: Mereka bisa mengenali bentuk kecil yang tersembunyi di dalam bentuk yang lebih besar.
- Menurunkan suara: Mereka mampu menurunkan volume suara saat diperlukan.
Berikut beberapa tips untuk membantu anak, seperti dijelaskan dalam buku Pathways to Competence karya pakar perkembangan anak, dr. Sarah Landy, dikutip dari Kids Health:
1. Tingkat aktivitas
Anak dengan energi berlebih sebaiknya diberi ruang untuk bergerak bebas, seperti berlari, melompat, atau bermain panjat-panjatan. Setelah itu, Bunda bisa menyeimbangkannya dengan aktivitas tenang seperti menggambar atau menyusun puzzle.
2. Keteraturan (Rhythmicity)
Bayi atau anak yang terbiasa dengan rutinitas akan lebih nyaman jika jadwalnya tetap konsisten, bahkan saat liburan atau bepergian. Bunda bisa menyiapkan mereka lebih awal bila ada perubahan, agar prosesnya terasa lebih mulus.
3. Pendekatan atau penarikan diri
Ada anak yang butuh waktu lebih lama untuk merasa nyaman di lingkungan baru, maka biarkan mereka mencoba perlahan. Dalam hal ini, Bunda bisa mendampingi dan memberi semangat agar rasa percaya mereka tumbuh.
4. Kemampuan beradaptasi
Jika anakl kesulitan menyesuaikan diri, beri kesempatan bertahap agar mereka lebih tenang menghadapi situasi baru. Bunda juga dapat menjaga rutinitas yang bisa diprediksi agar anak selalu merasa aman.
5. Sensitivitas
Anak yang sensitif biasanya mudah terganggu oleh suara keras atau tekstur tertentu, jadi usahakan untuk menghindarinya ya, Bunda. Sebagai orang tua, Bunda bisa ajarkan mereka dengan kata-kata sederhana untuk mengekspresikan perasaannya.
6. Intensitas reaksi
Beberapa anak menunjukkan emosi yang sangat kuat, baik saat senang maupun marah. Bunda perlu meresponsnya dengan tenang dan membantu mereka mengelola emosinya secara positif.
7. Mudah teralihkan (Distractibility)
Anak yang gampang terdistraksi butuh area bermain sederhana tanpa terlalu banyak gangguan. Dalam contoh ini, Bunda dapat memberikan instruksi singkat dan jeda istirahat anak, agar fokus mereka lebih terjaga.
8. Rentang perhatian dan kegigihan
Jika Si Kecil cepat bosan dengan suatu tugas, cobalah bantu dengan panduan kecil atau gambar yang mendukung. Bunda juga bisa memberikan waktu istirahat sebentar, lalu mengajak mereka kembali menyelesaikan tugasnya.
9. Kualitas suasana hati
Ada anak yang sering terlihat murung, sehingga perlu ditunjukkan sisi positif dari apa yang mereka lakukan. Bunda dan Ayah dapat menyeimbangkannya dengan aktivitas menyenangkan agar suasana hati Si Kecil lebih ceria.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Cara Stimulasi Anak agar Cepat Berjalan

Parenting
10 Ucapan Orang Tua untuk Redakan Emosi Anak

Parenting
7 Langkah Penting Mengubah Kebiasaan Anak yang Mudah Marah

Parenting
7 Tips Mengendalikan 'Pemberontakan' Si Kecil yang Mulai Beranjak Besar

Parenting
9 Karakteristik Anak Temperamen, Bukan soal Emosi Saja


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda