Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Passenger Parenting, Gaya Asuh Viral Saat Orang Tua Hanya Jadi Penonton

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Sabtu, 23 Aug 2025 17:40 WIB

Mengenal Passenger Parenting
Ilustrasi Passanger Parenting/Foto: Getty Images/ Edwin Tan
Daftar Isi
Jakarta -

Di banyak rumah tangga saat ini, ada perubahan halus yang terjadi. Kehidupan keluarga tetap terasa hangat dan orang tua hadir, namun, cara keterlibatan mereka berubah drastis.

Beberapa orang tua kini cenderung mengamati dari jauh dan menunggu diminta untuk membantu. Mereka tidak lagi aktif mengarahkan setiap langkah anak seperti biasanya.

Mengutip dari laman Times of India, pendekatan yang dikenal sebagai passenger parenting ini kini semakin populer, terutama di kalangan keluarga perkotaan yang terhubung secara digital.

Awalnya, ide ini terdengar progresif dan menarik, Bunda. Memberikan anak lebih banyak ruang memang tampak baik bagi pertumbuhan mereka.

Namun pertanyaannya, apakah gaya pengasuhan baru ini benar-benar bermanfaat untuk perkembangan emosional, kognitif, dan sosial anak? Atau hanya sekadar tren modern yang nyaman bagi para orang tua?

Mengenal gaya pengasuhan passenger parenting

Dilansir dari Times of India, istilah passenger parenting menggambarkan gaya pengasuhan modern di mana orang tua lebih banyak mengamati daripada mengatur. Orang tua membiarkan anak memimpin aktivitasnya sendiri, sambil tetap memberikan dukungan bila diperlukan.

Pendekatan ini bukan berarti orang tua mengabaikan anak atau tidak terlibat sama sekali. Fokusnya lebih kepada menghormati ruang pribadi, keputusan, dan ritme perkembangan Si Kecil.

Dalam praktiknya, gaya ini terlihat saat anak membuat keputusan sehari-hari. Misalnya, memilih makanan, menentukan cara belajar, atau mengatur waktu istirahatnya.

Apakah ini menjadi tren baru dalam pengasuhan?

Survei pengasuhan di AS, Inggris, dan kota-kota besar India menunjukkan meningkatnya gaya pengasuhan non-intervensi. Banyak orang tua milenial dan Gen Z kini memilih pendekatan hands-off atau orang tua mengambil peran lebih pasif. Hal ini bisa terjadi karena kelelahan mengasuh.

Daya tarik pendekatan ini cukup jelas. Banyak orang tua harus menyeimbangkan pekerjaan yang menuntut dan kelelahan mental, sehingga memberikan anak ruang dianggap cara yang praktis.

Memberi anak ruang sering kali dipandang sebagai cara modern untuk membesarkan individu yang percaya diri. Namun, popularitasnya tidak selalu menjamin ini pilihan terbaik bagi perkembangan anak ya, Bunda.

Fenomena passenger parenting pada Ayah

Dikutip dari ABC News, penelitian terbaru menemukan dalam hubungan heteroseksual, Bunda sering mengambil peran utama. Akibatnya, beberapa Ayah mengalami apa yang disebut passenger parenting, yaitu peran lebih pasif dalam pengasuhan.

Istilah ini diperkenalkan oleh Dosen Kesehatan Masyarakat di Deakin University, Warrnambool, Victoria, Norma Barrett. Ia menjelaskan walaupun Ayah sering terlibat dalam kehidupan sehari-hari keluarga, beberapa Ayah tetap merasa "kurang" terlibat dalam pengambilan keputusan pengasuhan.

Ia menekankan bahwa hal ini bukan disebabkan kurangnya minat dari Ayah. Namun, situasi ini muncul karena struktur sosial yang ada.

Menurut Psikolog sekaligus Direktur di Australian Association of Psychologists Incorporated (AAPi), Carly Dober, mengasuh bersama pasangan yang pasif tidaklah mudah. Hal ini bisa menimbulkan tekanan tambahan dalam pengasuhan sehari-hari.

"Bunda yang memikul sebagian besar tanggung jawab perawatan karena pasangan mereka tidak lebih terlibat bisa merasa terbebani," ujarnya dalam ABC News.

Dober menambahkan bahwa situasi ini membuat Bunda merasakan tekanan emosional. Hal ini bisa memengaruhi kesejahteraan dan energi Bunda dalam mengasuh anak.

"Ini bisa sangat menegangkan jika kamu merasa menjadi orang tua default dan memikul beban emosional serta kognitif dari semua keputusan," sambungnya.

Dampak passenger parenting pada Ayah dan hubungan keluarga

20 Kalimat Ini Tidak Boleh Diucapkan Ayah kepada Anak, Bisa Bikin Anak Tidak SuksesIlustrasi/Foto: Getty Images/SDI Productions

Dikutip dari ABC News, beberapa Ayah yang diwawancarai Norma Barrett, salah satu penulis studi, merasa senang mengikuti alur dan dipimpin oleh pasangan. Namun, sebagian besar justru ingin terlibat sepenuhnya tetapi merasa terpinggirkan.

Peran "sidekick" atau peran pendamping ini biasanya dimulai karena alasan praktis, misalnya Bunda yang cuti untuk merawat atau menyusui bayi. Ayah yang hanya punya sedikit waktu cuti jadi lebih jarang bersama anak, sehingga Bunda yang banyak menghabiskan waktu dengannya menjadi lebih ahli dalam merawat anak.

Menurut Psikolog Carly Dober, Ayah mungkin merasa kurang siap untuk melakukan hal-hal seperti memakaikan pakaian anak. Mereka juga bisa merasa kesulitan saat memberi makan atau mengatur janji kesehatan anak.

Selain itu, beberapa Ayah dalam penelitian Norma Barrett menyebut bahwa passanger parenting bisa menimbulkan dampak negatif pada hubungan mereka. Hal ini sering membuat mereka merasa "terpinggirkan" dalam perannya sebagai orang tua.

"Para Ayah mencoba lebih terlibat dalam pengambilan keputusan, seperti merawat dan memberi makan bayi, tetapi sering merasa tidak tahu bahasa atau pendekatan yang tepat. Mereka merasa benar-benar ditutup... tidak tahu posisi mereka," kata Barrett.

Ayah bisa tetap terjebak dalam peran pasif, bahkan setelah transisi menjadi orang tua. Hal ini terjadi karena mereka belum menjalani "pelatihan pengasuhan" yang sama seperti Bunda, sehingga tetap berada di posisi kurang berdaya.

Tekanan dan tantangan bagi Bunda dalam pengasuhan modern

Psikolog Carly Dober mengatakan meski beberapa Bunda senang memimpin pengasuhan, banyak juga yang merasa tertekan menjadi "orang tua ahli". Hal ini bisa berdampak pada kesejahteraan, karier, dan masa depan finansial mereka.

Penelitian menunjukkan perempuan masih memikul 70% beban mental keluarga. Selain itu, dua kali lebih banyak perempuan mengalami kelelahan orang tua dibanding laki-laki.

"Banyak keputusan kecil setiap hari yang menumpuk, jumlah keputusan tak terbatas," ujar Dober dikutip dari ABC News.

Hubungan pasangan bisa terganggu jika Bunda merasa tidak mendapatkan dukungan. Hal ini tentu dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.

"Mungkin ada rasa kesal jika kamu melihat pasanganmu hanya menyerahkan tanggung jawab karena malas atau lebih suka kamu yang mengurus," tambah Dober.

Cara mencapai keterlibatan Ayah dalam pengasuhan

Menurut Pakar Pengasuhan sekaligus pendiri Happy Families di Australia, Justin Coulson Ph.D. mengatakan, beberapa ayah "senang duduk di kursi belakang". Namun, kebanyakan Ayah sebenarnya ingin lebih aktif terlibat dalam merawat dan membesarkan anak-anak mereka.

Untuk mencapai kesetaraan dalam pengasuhan, pasangan bisa melakukan check-in mingguan. Coulson mencontohkan cara melakukannya secara rutin.

"Setiap Minggu pagi, saya dan istri duduk dan bertanya tiga hal: Apa yang berjalan baik? Apa yang tidak berhasil minggu ini? Apa yang bisa kita perbaiki minggu ini?" ujar Coulson.

Pasangan sebaiknya mendiskusikan ekspektasi pengasuhan sejak awal. Selain itu, menyesuaikan ekspektasi seiring waktu itu penting agar kedua orang tua tetap merasa terlibat dan didukung.

Psikolog Carly Dober menekankan pentingnya saling bersikap baik. Ia juga mengingatkan bahwa pengasuhan bukanlah hal yang mudah.

"Kamu berdua berada dalam perjalanan yang sama, dan menemukan cara pengasuhan yang tepat untuk keluargamu. Itu bisa berbeda dari orang lain, atau cara kamu dibesarkan," tutur Dober.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/ndf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda