Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kurang vs Tidur Berlebihan, Mana yang Lebih Berbahaya? Simak Faktanya dari Studi

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Senin, 11 Aug 2025 13:24 WIB

Kelebihan dan kekurangan tidur
Kelebihan dan kekurangan tidur/ Foto: Getty Images/NeoPhoto
Daftar Isi

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan fungsi otak. Sayangnya, masih banyak orang yang mengabaikan pentingnya waktu tidur yang cukup dan berkualitas, baik karena kesibukan, stres, maupun kebiasaan buruk sebelum tidur.

Akibatnya, tidak sedikit yang mengalami kurang tidur secara kronis tanpa menyadari risikonya. Berbagai studi menunjukkan bahwa kurang tidur berdampak serius, mulai dari gangguan konsentrasi hingga risiko penyakit kronis seperti stroke dan jantung.

Di sisi lain, tidur berlebihan juga bisa menjadi tanda adanya gangguan metabolisme atau kondisi medis tertentu. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk memahami kapan anak disebut kurang tidur dan apa saja dampaknya bagi tubuh.

Yuk, simak penjelasan lengkap mengenai bahaya kurang tidur dan tanda-tanda yang perlu Bunda waspadai dalam artikel berikut ini.

Kapan anak disebut kurang tidur?

Dikutip dari laman Verywell Health, anak disebut kurang tidur jika durasi istirahatnya tidak sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia.

Misalnya, anak usia 6–12 tahun idealnya tidur selama 9–12 jam per malam, sedangkan remaja membutuhkan sekitar 8–10 jam. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi dalam jangka waktu tertentu, maka dampaknya bisa memengaruhi perkembangan fisik, emosional, dan kognitif mereka.

Penyebab anak kurang tidur

Kurangnya jam tidur pada anak bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti:

  • Paparan layar gadget menjelang tidur
  • Pola tidur yang tidak konsisten
  • Kecemasan atau stres berlebih
  • Konsumsi makanan/minuman tertentu (misalnya berkafein)
  • Lingkungan tidur yang tidak kondusif (berisik, panas, terang)

Selain itu, kebiasaan buruk sebelum tidur seperti menonton video atau bermain game dapat mengganggu sinyal tidur alami Si Kecil.

Bahaya kurang tidur

Kurang tidur bukan hanya membuat tubuh terasa lelah, tapi juga bisa memunculkan gejala kurang tidur seperti sulit fokus, emosi tidak stabil, hingga penurunan daya tahan tubuh.

Jika dibiarkan terus-menerus, efek kurang tidur bisa berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental anak, bahkan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Kurang tidur 1 hari

Melansir dari laman Healthline, jika anak tidak tidur selama satu malam saja, mereka bisa mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari, mudah tersinggung, dan kesulitan berkonsentrasi.

Kondisi ini bahkan disamakan dengan memiliki kadar alkohol dalam darah sebesar 0,10 persen, yang artinya kemampuan berpikir dan merespons bisa menurun drastis.

Kurang tidur 1,5 hari

Setelah 36 jam tanpa tidur, tubuh anak mulai mengalami stres berat. Mereka bisa merasakan sakit kepala, peningkatan nafsu makan, hingga mengalami microsleep, yaitu tertidur beberapa detik tanpa sadar.

Selain itu, hormon stres (kortisol) meningkat, yang bisa memicu gangguan emosi dan mengganggu suhu tubuh.

Kurang tidur 2 hari

Jika anak tidak tidur selama dua hari berturut-turut, daya tahan tubuh mereka akan menurun dan lebih mudah terkena penyakit. Mereka juga bisa merasakan hal-hal aneh seperti merasa terlepas dari tubuhnya sendiri (depersonalisasi) dan mengalami distorsi waktu. Fokus dan konsentrasi akan semakin memburuk, dan mungkin muncul halusinasi ringan.

Kurang tidur 3 hari

Jika anak kurang tidur selama tiga hari berturut-turut, tubuhnya akan mengalami kelelahan yang sangat parah. Ia bisa mulai melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata (halusinasi), mempercayai sesuatu yang keliru (delusi), kesulitan berbicara dengan jelas, dan kehilangan kemampuan membedakan mana yang nyata mana yang tidak nyata. Karena tubuh dan otaknya sangat lelah, aktivitas sehari-hari pun jadi sulit dilakukan.

Kurang tidur lebih dari 3 hari

Jika kurang tidur terus berlanjut hingga lebih dari 72 jam, risiko kerusakan otak dan organ vital meningkat drastis. Gejala seperti paranoia, gangguan persepsi, dan psikosis bisa muncul. Dalam kasus ekstrem, organ tubuh bisa mulai gagal berfungsi dan memicu kondisi yang mengancam nyawa.

Ciri anak yang kurang tidur

Beberapa tanda umum anak yang kurang tidur meliputi:

  • Sulit bangun pagi
  • Sering mengantuk saat belajar
  • Mudah marah atau tantrum
  • Sering sakit
  • Nafsu makan berubah
  • Penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat

Tak hanya itu, kurang tidur juga bisa meningkatkan risiko penyakit kronis. Mengutip dari laman Heart.org, kurang tidur dikaitkan dengan meningkatnya risiko obesitas, stroke, penyakit jantung, bahkan Alzheimer.

Direktur Sleep and Health Research Program di University of Arizona, Michael Grandner, menyebutkan, “Tidur berperan dalam hampir semua sistem pengaturan tubuh, termasuk metabolisme dan sistem imun.”

Studi pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa hanya satu malam tanpa tidur dapat meningkatkan akumulasi protein beta amyloid di otak, yang menjadi faktor utama risiko Alzheimer.

Selain itu, tidur kurang dari enam jam per malam dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 20 persen dibandingkan mereka yang tidur 6–9 jam.

Kapan anak disebut tidur berlebihan?

Tidur berlebihan pada anak bisa dipicu oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satunya adalah kondisi yang disebut hipersomnia, yaitu gangguan tidur langka yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan meski anak telah tidur lebih dari 10 jam.

Melansir laman Children’s Health, hipersomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer yaitu tanpa penyebab medis yang jelas dan sekunder yang muncul akibat masalah kesehatan seperti sleep apnea, infeksi, atau gangguan ginjal.

Selain itu, informasi dari Parents Canada, kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau stres berkepanjangan juga bisa menyebabkan anak tidur lebih lama dari biasanya.

Tak hanya itu, kelelahan akibat jadwal kegiatan yang padat juga dapat membuat tubuh anak menuntut waktu istirahat yang lebih panjang.

Dalam beberapa kasus, tidur yang tampaknya cukup panjang justru tidak berkualitas karena terganggu oleh gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea, sehingga anak tetap merasa lelah setelah bangun tidur.

Ciri anak tidur berlebihan

Ciri-ciri anak yang tidur berlebihan meliputi mengantuk di siang hari meskipun sudah tidur cukup, kebingungan saat bangun, sulit bangun dari tidur panjang, hingga munculnya perilaku seperti lesu, mudah marah, atau kurang fokus.

Anak dengan hipersomnia seringkali membutuhkan tidur siang, tetapi tetap merasa mengantuk setelahnya.

Konsultan tidur anak, Jenn MacLean, juga menambahkan bahwa anak yang sering tidur berlebihan cenderung mengalami gangguan konsentrasi dan perubahan suasana hati.

Bahaya anak tidur berlebihan

Meski terlihat sepele, tidur terlalu lama dapat berdampak buruk bagi kesehatan anak. Dikutip dari laman Healthline, tidur berlebihan dikaitkan dengan risiko meningkatnya tekanan darah, obesitas, diabetes tipe 2, bahkan depresi.

Sementara itu, laman Medical News Today menyebut bahwa tidur lebih dari 10 jam bisa meningkatkan risiko kematian hingga 30 persen dan penyakit jantung hingga 44 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk, bukan hanya durasinya, berperan besar terhadap kesehatan jangka panjang anak.

Kurang tidur vs tidur berlebihan, mana yang lebih berbahaya?

Baik kurang tidur maupun tidur berlebihan sama-sama berisiko bagi kesehatan anak. Menurut studi dalam Journal of the American Heart Association, terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur dapat meningkatkan risiko kematian dan penyakit jantung, membentuk pola hubungan berbentuk huruf "J".

Anak yang tidur kurang dari tujuh jam atau lebih dari 10 jam memiliki risiko lebih besar terkena masalah kognitif, obesitas, dan gangguan emosi.

Peneliti utama studi tersebut, Dr. Chun Shing Kwok, menekankan bahwa tidur berlebihan bisa menjadi indikator adanya risiko kardiovaskular yang tinggi.

Sementara itu, studi dari Western University menunjukkan bahwa baik tidur kurang maupun berlebih dapat menurunkan kemampuan kognitif seperti menyelesaikan masalah dan memahami informasi kompleks.

“Kami menemukan bahwa durasi tidur optimal untuk performa otak terbaik adalah 7–8 jam,” kata penulis studi Conor Wild. Oleh karena itu, penting bagi orang tua menjaga durasi tidur anak tetap dalam batas yang sehat, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Tidur bukan sekadar istirahat, melainkan investasi penting bagi kesehatan anak dan seluruh anggota keluarga. Jika Bunda mencurigai anak mengalami gangguan tidur, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau menerapkan kebiasaan tidur sehat sejak dini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda