Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Latte Dad, Gaya Baru Ayah Swedia dalam Mengasuh Anak yang Curi Perhatian Dunia

Kinan   |   HaiBunda

Senin, 11 Aug 2025 09:20 WIB

Ilustrasi Ayah dan Anak
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/StefaNikolic
Daftar Isi
Jakarta -

Perhatian dunia saat ini tengah mengarah pada para ayah di Swedia, Bunda. Mereka bahkan memiliki julukan baru yakni Latte Dad. Apa sebenarnya makna dari julukan tersebut?

Dikutip dari New York Post, latte dads mengarah pada para ayah yang mau mengambil cuti ayah atau paternity leave. Tak sekadar untuk libur, waktu cuti ini benar-benar dimanfaatkan untuk turut serta melakukan berbagai aktivitas terkait pengasuhan anak.

Termasuk di antaranya seperti berjalan-jalan bersama Si Kecil menggunakan stroller, mengganti popok, serta menggendong bayi.

Uniknya, kegiatan ini dilakukan dengan menyenangkan karena mereka bertemu para ayah lainnya juga. Misalnya, para ayah mengobrol soal ruam popok sambil minum kopi di kafe.

Tren cuti ayah dan pengasuhan anak di Swedia

Dikutip dari Swedish Institute, di Swedia setiap warga berhak untuk cuti sepenuhnya saat anak lahir. Tunjangan orang tua dibayarkan selama 480 hari, atau sekitar 16 bulan, per anak.

Dari jumlah tersebut, kompensasi selama 390 hari dihitung berdasarkan pendapatan penuh seseorang.

Kebijakan 480 hari cuti berbayar per anak di Swedia membuat para orang tua baru bisa lebih mudah berbagi tugas pengasuhan, bahkan sampai mencapai usia balita.

Selain itu, orang tua di Swedia juga bisa mendapatkan pengurangan jam kerja hingga anak mereka berusia 8 tahun. Untuk para pegawai pemerintah, mereka bisa mendapatkan pengurangan jam kerja bahkan hingga anak mencapai usia 12 tahun.

Uniknya lagi, Swedia juga sudah meluncurkan undang-undang yang memungkinkan kakek-nenek bisa mendapatkan imbalan setimpal. Mereka bisa mendapatkan cuti orang tua berbayar saat merawat cucu hingga 3 bulan di tahun pertama kehidupan seorang anak.

Berdasarkan undang-undang tersebut, orang tua dapat mengalihkan sebagian tunjangan cuti orang tua mereka kepada kakek dan nenek anak mereka.

Sementara itu di Amerika, wanita rata-rata hanya mendapatkan cuti selama 2 minggu. Untuk ayah, sangat jarang terdapat kebijakan tentang paternity leave.

Manfaat aturan tentang cuti ayah di Swedia

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Stockholm University, para ayah baru di Swedia yang mengambil cuti juga jauh lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki masalah sosial. 

"Kami menemukan bahwa setelah kebijakan cuti ayah di Swedia diterapkan, terjadi penurunan 34 persen dalam rawat inap terkait alkohol di kalangan ayah dalam dua tahun setelah kelahiran anak," ungkap penulis utama studi tersebut, Helena Honkaniemi.

Diduga kuat manfaat positif ini didapat karena pengasuhan anak membuat ayah punya dorongan kuat untuk mengendalikan perilaku. Berdasarkan laporan tersebut, para ayah yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah juga mungkin memiliki pengendalian perilaku yang lebih baik di sekitar anak-anak mereka.

Sejak Swedia memperkenalkan cuti orang tua berbayar pada tahun 1974, jumlah hari cuti yang diambil oleh ayah meningkat dari hanya 1 persen menjadi 30 persen.

Ketika para ayah diberikan hak cuti selama 30 hari pada tahun 1995, tingkat partisipasi melonjak hingga 75 persen, disertai dengan manfaat nyata bagi kesehatan mental keluarga.

Saat ini, orang tua di Swedia mendapatkan 480 hari cuti yang dilindungi oleh undang-undang, sebagian besar dibayar sekitar 80 persen dari gaji mereka.

Bagaimana dengan cuti ayah di Indonesia?

Dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (UU KIA) yang disahkan pada tahun 2024 lalu diatur mengenai hak cuti 2 hari bagi ayah, dengan tambahan 3 hari bila dibutuhkan, sesuai kesepakatan dengan pemberi kerja.

Dengan kata lain, jumlah hari cuti bisa berbeda-beda sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh perusahaan.

Apa manfaat dari cuti ayah?

Umumnya penelitian tentang menjadi orang tua baru lebih banyak berfokus pada otak ibu. Namun studi baru-baru ini menunjukkan bahwa otak ayah juga mengalami perubahan serupa, meskipun mereka tidak mengalami kehamilan, persalinan, atau perubahan hormon.

Dikutip dari Harvard Business Review, terlibat dalam pengasuhan anak secara langsung dapat 'melatih' otak ayah dan membuat mereka menjadi lebih responsif.

Darby Saxbe, profesor psikologi dari University of Southern California, mempelajari perubahan ini. Ia meneliti bagaimana pengalaman awal mengasuh anak memengaruhi perubahan struktural dan fungsional dalam otak ayah. 

"Berperan sebagai ayah itu dapat dibentuk, bukan tercipta begitu saja. Menghabiskan waktu bersama bayi adalah komponen utama dalam proses ini," ujar Saxbe. 

Pada para ayah, perubahan otak yang dipicu oleh interaksi dengan bayi berkaitan erat dengan bonding. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan neurologis tubuh secara alami mempersiapkan otak untuk menjalani peran sebagai ayah.

"Tidak ada yang terlahir dengan kemampuan ajaib untuk langsung nyaman menjalani peran orang tua. Kita perlu benar-benar terlibat secara aktif," tulis Chelsea Conaboy, penulis Mother Brain: How Neuroscience is Rewriting the Story of Parenthood.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda