Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kecerdasan Anak Bisa Diprediksi Sejak Usia 7 Bulan, Ini Tandanya

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Jumat, 08 Aug 2025 19:21 WIB

Kecerdasan Anak Bisa Diprediksi Sejak Usia 7 Bulan
Ilustrasi Bayi 7 Bulan/Foto: Getty Images/bernie_photo
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pasti pernah penasaran soal kecerdasan Si Kecil sejak masih bayi. Setiap ekspresi, celotehan, hingga reaksi mereka pada sesuatu sering bikin orang tua bertanya, "Anak aku pintar enggak sih nantinya?".

Rasa penasaran itu wajar, apalagi kalau melihat bayi mulai bereaksi lucu saat mendengar suara baru. Banyak orang tua merasa momen-momen kecil ini adalah tanda bahwa anak mereka punya kecerdasan luar biasa.

Ternyata, anggapan itu ada benarnya, lho, Bunda. Dikutip dari laman Parents, studi dari University of Colorado Boulder di Amerika Serikat menyebut tanda kecerdasan anak bisa muncul sejak usia 7 bulan dan berhubungan dengan kemampuan kognitifnya saat dewasa.

Temuan ini tentu menjadi angin segar buat para orang tua yang ingin memahami perkembangan anak mereka lebih dalam. Namun, para ahli juga menegaskan, bahwa kecerdasan bisa terus berkembang lewat stimulasi dan pengalamannya setiap hari.

Riset bongkar cara prediksi kecerdasan anak sejak bayi

Bunda mungkin ingin tahu apakah kecerdasan anak lebih dipengaruhi gen atau lingkungan? Sebuah penelitian dari University of Colorado Boulder mencoba mencari jawabannya melalui studi khusus anak kembar.

Dari riset yang ditemukan, sebanyak 500 keluarga dengan anak kembar, baik identik maupun fraternal, ikut dalam penelitian ini. Mereka dipantau sejak usia 7 dan 9 bulan, kemudian diikuti hingga remaja dan dewasa awal.

Tujuan utama penelitian ini adalah memahami bagaimana gen dan lingkungan saling bekerja membentuk perkembangan anak. Data yang terkumpul selama puluhan tahun membantu peneliti melihat pola-pola yang berperan dalam kecerdasan seseorang.

Anak kembar identik berbagi 100 persen gen, sementara kembar fraternal hanya sekitar 50 persen. Perbandingan ini memudahkan peneliti mengukur pengaruh genetika dan faktor lingkungan dalam membentuk IQ.

Menurut asisten profesor riset di University of Colorado Boulder, Daniel Gustavson, PhD, lingkungan bersama mencakup rumah, sekolah, hingga suasana sekitar tempat anak tumbuh. Temuan ini memberi wawasan baru, bahwa kecerdasan tidak hanya dipengaruhi gen, tetapi juga pengalaman sehari-hari.

Lingkungan awal bisa bentuk kecerdasan anak di masa depan

Dikutip dari Parents, hasil studi mengungkap pengalaman dan lingkungan di awal kehidupan anak dapat memberikan pengaruh jangka panjang pada kecerdasan mereka. Dokter Gustavson menyebutkan sekitar 10 persen perbedaan IQ antarindividu berkaitan dengan faktor lingkungan sebelum anak berusia 3 tahun.

Dalam studi ini, para peneliti menggunakan tujuh metode berbeda untuk menguji kognisi bayi. Beberapa tes yang dilakukan antara lain melihat bagaimana bayi merespons mainan baru, seberapa sering ia berceloteh, kemampuan mengikuti benda yang bergerak, hingga penilaian suasana hati dan aktivitasnya.

Hasil awal menunjukkan, tes yang dilakukan pada usia 7 hingga 9 bulan hanya mampu memprediksi sebagian kecil IQ dewasa. Namun, ketika pemeriksaan berlanjut hingga anak berusia 3 tahun, tingkat prediksi meningkat hingga sekitar 20 persen dari perbedaan IQ antarindividu.

Menariknya, tingkat akurasi prediksi semakin tinggi saat anak menginjak usia 7 hingga 16 tahun, Bunda. Pada tahap ini, faktor genetik mulai berperan lebih dominan dalam membentuk kemampuan kognitif seseorang.

Menurut dr. Gustavson, meskipun gen bawaan memiliki peran besar dalam menentukan IQ seseorang, bukan berarti perkembangan kecerdasan tidak bisa berubah. Selalu ada peluang untuk meningkatkan kemampuan kognitif melalui pembelajaran dan pengalaman baru sepanjang hidup.

Studi ini juga menyoroti pentingnya lingkungan awal dalam membentuk kecerdasan anak. Namun, penelitian tersebut tidak secara rinci menjelaskan metode terbaik yang dapat dilakukan para orang tua untuk membantu pertumbuhan kognitif anak mereka.

Kecerdasan bukanlah penentu segalanya dalam kehidupan anak

Penting untuk Bunda dan Ayah ingat, bahwa kecerdasan anak tidak selalu terlihat sejak bayi. Tidak menunjukkan tanda cerdas lebih awal bukan berarti ia tak akan tumbuh pintar di masa depan.

Kecerdasan bisa terus berkembang seiring waktu jika mendapat dukungan yang tepat. Menurut dr. Gosnell, setiap anak memiliki pola perkembangan yang berbeda dan tidak selalu seragam di semua aspek.

"Orang tua tidak perlu khawatir bila bayi tidak 'maju' di setiap aspek atau melewatkan satu tonggak perkembangan, karena perkembangan yang tidak merata itu normal," ujarnya dikutip dari Parents.

Cara menstimulasi perkembangan IQ anak sejak dini

Kisah Anak Usia 10 Th Punya Ber-IQ Lebih Tinggi dari EinstenIlustrasi IQ anak/Foto: Getty Images/marchmeena29

Bunda pasti ingin memberikan dukungan terbaik agar Si Kecil bisa tumbuh cerdas dan berpotensi maksimal. Berikut beberapa cara sederhananya:

1. Memberikan pengalaman yang beragam

Menurut psikolog neuropsikologis, Sara Douglas, PsyD, EdM, IQ tidak hanya dilihat sebagai angka tunggal, tetapi sebagai kapasitas yang terbentuk dari berbagai aspek pengalaman anak. Lingkungan yang kaya stimulasi dapat membantu mengasah kemampuan ini dengan lebih optimal.

Ia menyarankan memberikan bayi kesempatan untuk merasakan berbagai tekstur, melihat pola yang berbeda, mendengar nada yang beragam, dan berinteraksi dengan berbagai orang. dr. Douglas juga menambahkan pentingnya memberi pengalaman baru pada anak secara berkala.

2. Melakukan interaksi satu lawan satu

Dokter anak Heather Gosnell, MD, menekankan bahwa interaksi langsung antara Bunda dan anak adalah kunci perkembangan otak sejak dini. Rutinitas sederhana ini dapat membangun fondasi belajar yang kuat.

"Rutinitas sederhana seperti membaca, mengajak bicara, dan bermain memberikan dampak besar pada perkembangan otak dan membentuk fondasi belajar," jelas dr. Gosnell.

3. Membiasakan rutinitas membaca sejak bayi

Membaca bukan hanya membantu Si Kecil mengenal kata, tetapi juga mendukung perkembangan bahasa dan imajinasi mereka. Aktivitas ini dapat dilakukan setiap hari meski hanya sebentar.

Dokter Gosnell merekomendasikan membaca buku selama 20 menit setiap hari untuk bayi dan melanjutkannya hingga anak tumbuh besar. Ia menyarankan agar orang tua juga menarasikan kegiatan sehari-hari untuk memperkaya kosakata Si Kecil.

4. Mengatur screen time dengan bijak

Paparan layar yang berlebihan dapat menghambat kemampuan anak berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, pengaturan waktu penggunaan gadget menjadi langkah penting dalam mendukung perkembangan kognitif anak.

Sebaiknya anak tidak terpapar screen time sebelum usia 18 bulan. Jika sudah dikenalkan, pilih tayangan yang berkualitas, tonton bersama anak, dan batasi penggunaannya maksimal satu jam per hari.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda