Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kepala Bayi Lonjong Saat Lahir, Perlukah Khawatir?

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Rabu, 06 Aug 2025 18:50 WIB

Kepala Bayi Lonjong Saat Lahir
Ilustrasi/Foto: Getty Images/paulaphoto
Daftar Isi
Jakarta -

Kepala bayi yang tampak lonjong saat lahir sering kali membuat para orang tua tercenung. Apakah ini tanda sesuatu yang perlu dikhawatirkan?

Banyak pula orang tua yang bertanya, apakah bentuk ini hanya sementara atau mengindikasikan kondisi yang serius? Tidak perlu panik, Bunda. Hal ini karena bentuk kepala lonjong bisa menjadi bagian normal dari proses kelahiran.

Dikutip dari Mayo Clinic, terkadang bentuk kepala bayi baru lahir yang lonjong dipengaruhi oleh proses saat melewati jalan lahir. Seperti diketahui, bayi dilahirkan dengan area lunak di kepalanya yang disebut fontanel yang memungkinkan penyesuaian bentuk kepalanya.

Penelitian terbaru dari University of Porto dan University Hospital Zurich, selama persalinan pervaginam, kepala janin dapat memanjang akibat tekanan kuat. Kepala bayi yang tampak miring juga wajar karena tulang tengkoraknya belum menyatu sempurna.

Penyebab kepala bayi lonjong

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bentuk kepala bayi yang lonjong sering kali terjadi karena tekanan saat persalinan. Tulang kepalanya yang masih lunak menyesuaikan diri agar lebih mudah melewati jalan lahir, sehingga bentuknya bisa berubah sementara.

Penelitian MRI 3-D yang dilakukan di Universite de Montpellier, Prancis, menunjukkan hampir semua bayi mengalami perubahan bentuk kepala selama proses persalinan. Hasil penelitian menjelaskan tulang tengkorak sementara saling tumpang tindih sebelum kembali ke bentuk bulat setelah lahir.

Dilansir dari Healthline, kepala bayi juga bisa tampak lonjong akibat penggunaan alat bantu persalinan seperti vakum. Alat ini umumnya dipakai untuk membantu mengeluarkan bayi saat proses kelahiran berjalan lambat atau mengalami hambatan.

Apakah kepala bayi lonjong berbahaya?

Mengutip dari VeryWell Health, orang tua tidak perlu merasa cemas jika bentuk kepala bayi terlihat tidak biasa pada bulan-bulan awal kehidupannya. Bentuk kepala yang lonjong umumnya tidak berbahaya dan tidak mengganggu tumbuh kembang bayi.

Kondisi ini biasanya akan membaik seiring waktu tanpa perlu perawatan medis khusus. Ketika bayi mulai mampu mengangkat kepala, berguling, dan duduk, tekanan pada tengkoraknya akan berkurang, Bunda. 

Apakah bentuk kepala bisa kembali normal?

Dilansir dari laman National Health Service (NHS), kepala bayi dapat kembali ke bentuk normal seiring bertambahnya usia antara 1 hingga 2 tahun. Pertumbuhan tulang tengkorak dan perkembangan otot leher membantu mengurangi area yang rata.

Selain itu, rambut bayi yang semakin lebat juga membantu menyamarkan bentuk kepala yang tidak rata. Dengan perawatan sederhana dan waktu, sebagian besar bayi akan memiliki bentuk kepala yang proporsional tanpa memerlukan tindakan medis besar.

Ciri bentuk kepala bayi yang normal

Terdapat beberapa ciri yang menunjukkan bentuk kepala Si Kecil masih dalam kondisi normal dan sehat. Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Mayo Clinic:

1. Bentuk kepala

Bentuk kepala bayi yang normal umumnya menyerupai oval, dengan bagian belakang sedikit lebih lebar dibandingkan bagian depan, mirip seperti bentuk telur. Hal ini menunjukkan pertumbuhan kepala Si Kecil berjalan dengan baik sesuai tahap perkembangannya.

Bentuk oval membantu menjaga keseimbangan struktur kepala dan memberikan ruang optimal bagi otak untuk berkembang. Selama tidak ada tonjolan atau cekungan yang tidak wajar, bentuk ini termasuk normal dan sehat.

2. Simetris

Kepala bayi yang sehat biasanya tampak simetris, di mana posisi telinga berada sejajar baik dilihat dari depan maupun belakang. Bunda bisa memperhatikan hal ini saat memandikan atau menidurkan Si Kecil.

Simetri menunjukkan tekanan pada kepala bayi merata dan tidak ada tanda kelainan pada tengkoraknya. Jika terlihat perbedaan mencolok antara sisi kanan dan kiri, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter anak.

3. Titik lunak

Titik lunak pada kepala Si Kecil seharusnya terasa lembut dan rata saat disentuh. Bunda tidak perlu khawatir karena area ini memang normal ada pada bayi baru lahir.

Fontanelle berfungsi memberi ruang bagi otak bayi untuk tumbuh dengan baik. Selama tidak terlihat cekung atau menonjol berlebihan, kondisi ini adalah bagian dari perkembangan kepala yang sehat.

4. Garis tengkorak

Garis tengkorak adalah sambungan antara tulang kepala bayi yang terasa jika diraba dengan lembut. Pada bayi normal, garis ini dapat dirasakan tapi tidak menonjol secara berlebihan.

Sutura memberi fleksibilitas pada tengkorak Si Kecil agar dapat menyesuaikan bentuk saat lahir dan selama masa pertumbuhan. Perubahan ringan pada sutura biasanya normal dan akan membaik seiring waktu.

5. Fitur wajah

Ciri kepala bayi yang sehat terlihat pada wajah yang seimbang, dengan kedua sisi tampak proporsional. Bunda bisa memerhatikan posisi mata, hidung, dan mulut yang selaras tanpa perbedaan mencolok.

Keselarasan fitur wajah menjadi tanda pertumbuhan tulang tengkorak yang baik. Jika ada ketidakseimbangan yang terlihat jelas, pemeriksaan medis dapat membantu memastikan kondisinya.

6. Tidak ada kelainan

Bunda juga bisa memperhatikan, bahwa kepala bayi normal tidak memiliki tonjolan, cekungan, atau benjolan yang tidak biasa. Permukaan kepala umumnya terasa halus dan rata tanpa bentuk aneh.

Jika ditemukan benjolan atau lekukan yang tidak wajar, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter anak. Pemeriksaan sejak dini dapat membantu memastikan perkembangan kepala Si Kecil tetap optimal.

7. Pemulihan bentuk kepala

Bayi yang lahir dengan kepala sedikit lonjong akibat proses persalinan biasanya akan mengalami perbaikan bentuk secara bertahap. Dalam beberapa minggu hingga bulan pertama, kepala anak akan mulai membulat secara alami.

Proses ini terjadi karena tulang tengkorak masih lentur dan dapat menyesuaikan seiring pertumbuhan. Bunda tidak perlu panik selama tidak ada gejala lain yang mengkhawatirkan.

Bentuk-bentuk kepala bayi yang tidak normal

Penyebab Bentuk Kepala Bayi Baru Lahir Lonjong, Apakah Bisa Kembali Normal?Ilustrasi kepala bayi/Foto: Getty Images/iStockphoto/CokaPoka

Dilansir dari berbagai sumber, terdapat beberapa kondisi tertentu yang dapat menyebabkan bentuk kepala Si Kecil terlihat berbeda:

1. Kepala peyang

Kepala peyang terjadi ketika salah satu sisi kepala bayi terlihat rata akibat tekanan berulang pada area yang sama, Bunda. Kondisi ini sering dipicu oleh posisi tidur yang tidak bervariasi atau penggunaan car seat terlalu lama.

Selain faktor posisi tidur, kepala peyang juga dapat dipengaruhi oleh kelainan pada otot leher yang membuat bayi sulit menoleh ke arah tertentu. Hal ini menyebabkan tekanan hanya terjadi pada satu sisi kepala secara berulang.

2. Brakiosefali

Brakiosefali ditandai dengan bentuk kepala yang terlihat lebih lebar dari biasanya akibat perataan pada bagian belakang kepala. Kondisi ini sering kali terjadi bersamaan dengan plagiocephaly atau kondisi sebagian kepala bayi datar karena faktor posisi tidurnya.

Dalam Journal of Craniofacial Surgery, bayi yang tidur terlentang dalam jangka waktu lama berisiko lebih tinggi mengalami brakiosefali. Penggunaan bantal khusus dan waktu tengkurap disarankan untuk membantu mengurangi risiko ini

3. Skafoskefali

Skafoskefali adalah bentuk kepala yang memanjang sempit karena penyatuan dini tulang tengkorak bagian tengah. Kondisi ini merupakan salah satu jenis kraniosinostosis yang membutuhkan penanganan medis.

Skafoskefali dapat memengaruhi ruang di dalam kepala dan pertumbuhan otak bila tidak segera diatasi. Dokter biasanya menyarankan operasi sejak dini untuk mencegah masalah yang lebih serius di kemudian hari.

4. Dolikokefali

Dolikokefali ditandai dengan bentuk kepala yang sangat memanjang dan sempit, lebih sering terjadi pada bayi prematur. Posisi tidur yang lama di satu sisi juga dapat memicu kondisi ini.

Menilik dari penelitian di Scientific Reports, dolikokefali lebih banyak ditemukan pada bayi lahir prematur yang menghabiskan waktu lama dalam posisi miring. Penyesuaian posisi tidur dan penggunaan penyangga kepala yang tepat dapat membantu mencegah deformitas lebih lanjut.

5. Mikrosefali

Mikrosefali adalah kondisi di mana ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dibandingkan normal karena gangguan pertumbuhan otak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, infeksi selama kehamilan, atau komplikasi medis tertentu.

Mikrosefali dapat berdampak pada perkembangan motorik, bicara, dan fungsi kognitif bayi. Penanganan medis jangka panjang sering dibutuhkan untuk mendukung kualitas hidup anak, Bunda.

6. Makrosefali

Makrosefali adalah kondisi ketika kepala bayi terlihat jauh lebih besar dibandingkan ukuran normal untuk usianya. Kondisi ini bisa terdeteksi sejak lahir atau berkembang dalam beberapa bulan pertama kehidupan.

Penyebab makrosefali beragam, mulai dari penumpukan cairan di otak (hidrosefalus) hingga kelainan genetik atau gangguan tertentu. Pemeriksaan medis biasanya dilakukan untuk memastikan penyebabnya dan menentukan penanganan yang tepat.

Bisakah kepala bayi lonjong dicegah?

Para ahli dari American Academy of Pediatrics (AAP), kepala bayi yang lonjong umumnya tidak berbahaya. Sebagian besar kasus tidak memengaruhi perkembangan bayi, hanya sedikit kasus yang berat dapat berdampak pada keterampilan motoriknya.

Bunda bisa membantu menjaga bentuk kepala bayi dengan rutin mengubah posisi tidurnya. Hal ini untuk mencegah tekanan yang terus-menerus pada satu sisi kepala sehingga bentuknya tidak semakin memanjang.

Cara mencegah bentuk kepala bayi berubah

Mengutip dari National Health Service, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu menjaga bentuk kepala Si Kecil tetap normal. Simak deretannya berikut ini:

1. Beri waktu tummy time

Memberikan waktu tengkurap pada Si Kecil dapat membantu mengurangi tekanan pada bagian belakang kepalanya. Aktivitas ini juga mendukung perkembangan otot leher dan bahu bayi secara alami.

Bunda bisa mengajak anak bermain dengan mainan di depan wajahnya saat tengkurap. Cara ini membantu bayi mencoba posisi baru sekaligus melatih kekuatan ototnya.

2. Variasikan posisi bayi saat beraktivitas

Mengganti posisi bayi antara kursi miring, gendongan, dan permukaan datar mencegah tekanan terus-menerus pada satu sisi kepala. Hal ini membantu kepala bayi tumbuh lebih simetris.

Gunakan gendongan depan agar kepala bayi tidak selalu bertumpu di permukaan keras. Cara ini juga membuat bayi merasa lebih nyaman dan dekat dengan Bunda.

3. Ubah posisi mainan di tempat tidur

Memindahkan posisi mainan atau gantungan di boks bayi mendorongnya untuk menoleh ke sisi yang berbeda, Bunda. Hal ini membantu mengurangi tekanan di area kepala yang sama secara berulang.

Bunda dapat mengganti posisi mainan setiap hari untuk menarik perhatian Si Kecil. Dengan begitu, kepala bayi akan lebih seimbang saat beristirahat.

4. Ganti posisi saat menggendong atau menyusui

Bunda bisa mencoba menggendong atau menyusui Si Kecil dengan posisi yang berbeda. Cara ini membantu agar tekanan tidak selalu berada di satu sisi kepala dan mencegahnya menjadi rata.

Selain bermanfaat bagi bentuk kepala, posisi yang bergantian juga membantu bayi melatih otot lehernya. Hal ini dapat mendukung perkembangan motoriknya sejak dini.

5. Kurangi waktu di permukaan keras

Batasi waktu bayi berbaring di permukaan keras seperti car seat atau kereta dorong terlalu lama. Tekanan yang lama pada satu sisi kepala dapat memengaruhi bentuknya.

Gunakan gendongan atau carrier bila memungkinkan agar bayi lebih sering dalam posisi tegak. Cara ini juga memberikan kesempatan pada kepalanya untuk tumbuh lebih bebas.

6. Pertimbangkan fisioterapi bila perlu

Jika bayi kesulitan menoleh ke arah tertentu, fisioterapi dapat membantu mengendurkan dan menguatkan otot lehernya. Hal ini penting untuk Bunda mencegah tekanan hanya di satu sisi kepala.

Konsultasikan dengan dokter anak jika Bunda melihat keterbatasan gerakan leher pada Si Kecil. Penanganan dini dapat mencegah masalah bentuk kepala yang lebih parah di kemudian hari.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda