Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

10 Ciri Anak Kekurangan Zat Besi, Bunda Perlu Tahu

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Selasa, 05 Aug 2025 22:30 WIB

Ciri-Ciri Anak Kekurangan Zat Besi
Ilustrasi Anak Kekurangan Zat Besi/Foto: Getty Images/Buntiam
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pernah melihat Si kecil tampak lesu dan kurang bersemangat meski sudah cukup tidur? Bisa jadi itu bukan sekadar lelah biasa, melainkan tanda tubuhnya kekurangan zat besi.

Zat besi menjadi nutrisi penting yang berperan dalam pembentukan sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat ini dapat berdampak pada energi, konsentrasi, bahkan daya tahan tubuh Si Kecil.

Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai fungsi vital. Kekurangan zat besi dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk menurunkan daya tahan tubuh anak.

Zat besi juga berperan penting dalam melawan kuman yang bisa menyebabkan penyakit pada anak. Menjaga kadar zat besi tetap seimbang membantu sistem imun bekerja maksimal agar Si Kecil tidak mudah sakit. Selain itu, zat besi mendukung perkembangan otak agar anak dapat berpikir, belajar, dan berkonsentrasi dengan baik. 

Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi, pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak dapat terhambat, Bunda. Kondisi ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan dan prestasi belajar mereka.

Penyebab anak kurang zat besi

Penyebab kurangnya zat besi pada anak dapat terjadi pada berbagai tahap pertumbuhan mereka. Dikutip dari Nationwide Children's Hospital, kondisi ini sering kali membutuhkan perhatian khusus agar tidak berdampak pada kesehatannya jangka panjang. Berikut beberapa penyebabnya:

1. Diet rendah zat besi

Asupan zat besi yang kurang dari makanan sehari-hari dapat menjadi penyebab utama anemia pada anak. Tubuh anak hanya mampu menyerap sebagian kecil zat besi dari makanan yang dikonsumsi sehingga kebutuhan hariannya tidak terpenuhi.

Jika pola makan anak jarang mengandung sumber zat besi seperti daging merah, hati ayam atau sayuran hijau, risiko kekurangan akan meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada anak yang pemilih makanan atau tidak mendapatkan variasi gizi yang seimbang.

2. Cadangan zat besi rendah sejak lahir

Bayi cukup bulan biasanya mendapatkan cadangan zat besi selama tiga bulan terakhir kehamilan. Namun, jika Bunda mengalami anemia atau masalah kesehatan tertentu, cadangan zat besi bayi bisa lebih rendah sejak lahir.

Bayi prematur juga berisiko tidak memiliki cukup zat besi karena waktu penyimpanan zat besi di kandungan lebih singkat. Hal ini membuat mereka lebih rentan mengalami anemia di bulan-bulan pertama kehidupan.

3. Menurunnya cadangan zat besi saat bayi bertambah usia

Pada usia 4-6 bulan, cadangan zat besi yang disimpan sejak kehamilan mulai menurun. Saat pertumbuhan bayi semakin pesat, kebutuhan zat besi juga meningkat sehingga rentan terjadi kekurangan.

Bayi yang hanya mengonsumsi ASI tanpa tambahan makanan kaya zat besi bisa mengalami anemia karena kandungan zat besi dalam ASI relatif rendah. Kondisi ini dapat dicegah dengan pemberian MPASI bergizi seimbang sesuai usia mereka.

4. Perubahan tubuh saat pertumbuhan pesat

Ketika anak mengalami fase pertumbuhan cepat, tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi untuk membentuk sel darah merah baru. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, anemia defisiensi zat besi dapat terjadi.

Anak-anak yang sangat aktif atau sedang dalam masa perkembangan signifikan membutuhkan perhatian ekstra terkait asupan zat besi. Tanpa pemenuhan nutrisi ini, mereka bisa mudah lelah dan lesu.

5. Masalah pada saluran pencernaan

Gangguan pada saluran pencernaan dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan. Kondisi ini bisa terjadi setelah prosedur operasi atau akibat kelainan pada usus halus yang mengganggu proses penyerapan.

Jika tubuh tidak mampu menyerap zat besi dengan baik, anak bisa mengalami anemia meskipun sudah mendapat asupan makanan bergizi. Pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan penyebabnya dan memberikan penanganan yang tepat, Bunda. 

6. Kehilangan darah

Kehilangan darah dalam jumlah kecil namun terus-menerus dapat menurunkan kadar zat besi pada anak. Penyebabnya bisa berupa perdarahan di saluran pencernaan, cedera, atau masalah kesehatan tertentu.

Tanpa penanganan, kondisi ini akan mengurangi jumlah sel darah merah dan membuat anak rentan mengalami anemia. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan untuk menemukan sumber perdarahan yang menyebabkan kekurangan zat besi.

Ciri-ciri anak kekurangan zat besi

Ilustrasi Anak SakitIlustrasi anak mudah sakit/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sorapop

Dikutip dari Mayo Clinic, tanda-tanda kurangnya zat besi pada anak sebaiknya tidak Bunda abaikan, karena bisa berdampak pada kesehatan Si Kecil. Semakin cepat dikenali, semakin besar pula peluang anak mendapatkan penanganan yang tepat.

1. Mudah merasa sangat lelah

Anak yang kekurangan zat besi sering tampak cepat lelah meski tidak banyak beraktivitas. Hal ini terjadi karena tubuh mereka kekurangan sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Kondisi ini bisa membuat Si Kecil kehilangan semangatnya untuk bermain atau belajar. Jika dibiarkan, rasa lelah berlebihan ini dapat mengganggu aktivitas harian mereka.

2. Tubuh terasa lemah

Kurangnya zat besi membuat otot dan organ tubuh anak tidak mendapatkan cukup oksigen untuk mendukung aktivitasnya. Akibatnya, mereka sering mengeluhkan tubuh terasa lemah atau lesu sepanjang hari, Bunda.

Rasa lemah ini bisa membuat anak kesulitan ikut bermain atau bergerak aktif bersama teman-temannya. Kondisi ini sering terlihat saat anak cepat menyerah atau memilih berhenti ketika berlari dan bermain.

3. Kulit terlihat pucat

Penurunan sel darah merah membuat kulit anak kehilangan rona sehatnya. Bunda mungkin akan melihat wajah atau telapak tangan Si Kecil tampak lebih pucat dibandingkan dari biasanya.

Warna pucat juga bisa terlihat pada bagian dalam kelopak mata atau bibir anak, Bunda. Tanda ini sering menjadi salah satu gejala yang mengindikasikan anemia akibat kekurangan zat besi.

4. Detak jantung cepat atau sesak napas

Kekurangan zat besi dapat memaksa jantung bekerja lebih keras untuk menyuplai oksigen ke tubuh. Kondisi ini sering membuat detak jantung mereka menjadi lebih cepat dari biasanya, Bunda.

Dalam beberapa kasus, anak juga bisa mengalami sesak napas meskipun hanya melakukan aktivitas ringan. Jika tanda ini sering muncul, sebaiknya Bunda segera membawa anak untuk mendapatkan pemeriksaan medis.

5. Sering sakit kepala atau pusing

Anak dengan anemia defisiensi zat besi sering mengalami sakit kepala yang datang berulang. Kondisi ini terjadi karena otak tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup untuk bekerja optimal.

Pusing atau rasa melayang juga bisa muncul saat anak berdiri terlalu cepat. Gejala ini sering membuat mereka tampak lesu, lemah, atau ingin segera berbaring untuk beristirahat.

6. Tangan dan kaki terasa dingin

Sirkulasi darah yang terganggu akibat kurangnya zat besi membuat tangan dan kaki Si Kecil terasa dingin. Hal ini terjadi karena tubuh memprioritaskan pasokan oksigen ke organ vital.

Anak mungkin sering mengeluh kedinginan padahal suhu di sekitarnya normal. Gejala ini sebaiknya tidak Bunda abaikan, karena bisa menjadi tanda anemia yang semakin parah dan membutuhkan perhatian medis.

7. Lidah terasa sakit atau meradang

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan peradangan pada lidah, membuatnya tampak bengkak atau memerah. Anak mungkin mengeluhkan rasa tidak nyaman atau nyeri saat makan dan minum.

Kondisi ini bahkan bisa menimbulkan luka kecil di sekitar mulut yang membuat anak semakin rewel saat makan. Gejala ini sering disertai rasa kesemutan atau sensasi terbakar di lidah, sehingga butuh perhatian segera, Bunda.

8. Kuku mudah rapuh

Anemia defisiensi zat besi dapat membuat kuku anak menjadi tipis, rapuh, atau mudah patah. Perubahan ini terjadi karena tubuh kekurangan protein dan oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kuku.

Dalam beberapa kasus, kuku anak bahkan bisa berbentuk cekung atau terlihat kusam dan tidak sehat. Perubahan ini sering menjadi tanda bahwa kekurangan zat besi sudah berlangsung cukup lama dan perlu diatasi segera.

9. Mengidam benda yang bukan makanan

Beberapa anak dengan anemia kekurangan zat besi memiliki keinginan aneh untuk memakan benda non-makanan, seperti es, tanah, atau pati. Kondisi ini dikenal sebagai pica.

Kebiasaan ini berisiko membuat anak menelan kuman atau zat berbahaya yang bisa mengganggu kesehatannya. Jika Bunda melihat tanda-tanda ini, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

10. Nafsu makan menurun

Anak yang mengalami kekurangan zat besi sering kehilangan selera makan dan tampak enggan menyentuh makanan favoritnya. Kondisi ini dapat membuat asupan nutrisi semakin berkurang, sehingga anemia menjadi lebih parah, Bunda.

Jika nafsu makan yang rendah berlangsung lama, pertumbuhan anak bisa terganggu. Kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan fisik dan kesehatannya secara keseluruhan.

Cara mengatasi kekurangan zat besi pada anak

Takaran Protein Hewani untuk MPASI anakIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/piotr_malczyk

Kebutuhan zat besi anak berbeda-beda sesuai dengan usianya. Bayi usia 7-12 bulan memerlukan sekitar 11 mg per hari, anak 1-3 tahun membutuhkan 7 mg, usia 4-8 tahun sekitar 10 mg, dan anak 9-13 tahun setidaknya 8 mg per hari.

Untuk membantu mengatasi kekurangan zat besi pada anak, berikut beberapa langkah yang bisa Bunda terapkan agar kebutuhan nutrisinya tercukupi seperti dikutip dari Mayo Clinic:

1. Penuhi asupan makanan kaya zat besi

Zat besi terbagi menjadi dua jenis, yaitu heme dari protein hewani dan non-heme dari tumbuhan. Jenis heme lebih mudah diserap tubuh sehingga Bunda bisa memprioritaskannya untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi anak.

Contoh makanan heme yang baik untuk si kecil adalah daging sapi, daging ayam, hati sapi, hati ayam, dan telur. Sedangkan zat besi non-heme bisa diperoleh dari bayam, brokoli, tahu, dan tempe yang juga kaya nutrisi.

2. Tambahkan vitamin C dalam menu harian

Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi lebih maksimal sehingga kebutuhan nutrisi anak tercukupi. Bunda bisa memadukan makanan kaya zat besi dengan sumber vitamin C agar manfaatnya semakin optimal.

Beberapa pilihan yang bisa diberikan antara lain buah jeruk, stroberi, blewah, paprika, dan tomat. Menyajikannya dalam bentuk jus atau potongan buah segar dapat membuat anak lebih tertarik untuk mengonsumsinya.

3. Batasi makanan yang menghambat penyerapan zat besi

Ada makanan dan minuman tertentu, seperti teh, yang dapat mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh. Bunda sebaiknya membatasi konsumsi ini terutama ketika anak sedang dalam masa pemenuhan zat besi.

Dengan mengurangi penghambat penyerapan, nutrisi dari makanan kaya zat besi bisa terserap lebih baik. Kebiasaan ini membantu mencegah anemia dan mendukung pertumbuhan anak secara optimal.

4. Konsultasikan penggunaan suplemen zat besi

Suplemen zat besi dapat membantu memenuhi kebutuhan anak jika asupan dari makanan belum cukup. Namun, pemberiannya sebaiknya dilakukan sesuai anjuran dokter agar aman dan tepat dosisnya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan konsultasi terlebih dahulu sebelum memberikan suplemen. Dengan begitu, Bunda dapat memastikan bahwa suplemen sesuai kebutuhan dan tidak menimbulkan efek samping.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda