
parenting
10 Cerita Pendek untuk Anak TK Beragam Tema yang Menarik & Kaya Pesan Moral
HaiBunda
Minggu, 03 Aug 2025 20:40 WIB

Daftar Isi
- Cerita pendek dan manfaatnya bagi perkembangan anak
- 1. Cerita pendek Mantra Sang Juara
- 2. Cerita pendek buku Harian Sang Juara
- 3. Cerita pendek Pesan Ayah
- 4. Cerita pendek kisah Cacing Tanah yang Bijaksana
- 5. Cerita pendek Gajah dan Kancil Lomba Lari
- 6. Cerita pendek Anoa dan Anak Penggembala
- 7. Cerita pendek Kisah Persahabatan Singa dan Tikus
- 8. Cerita pendek Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan
- 9. Cerita pendek Si Kancil yang Sombong
- 10. Cerita pendek Es Krim dari Sampah
Mendongeng menjadi aktivitas yang menyenangkan sekaligus mendidik untuk anak usia Taman Kanak-Kanak (TK). Cerita pendek yang sesuai usia bisa memperkuat nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari Si Kecil.
Tak hanya menghibur, cerita juga dapat membantu perkembangan bahasa dan emosi Si Kecil. Lewat kisah sederhana, anak bisa belajar mengenal empati, kejujuran, dan tanggung jawab.
Cerita pendek untuk anak TK biasanya mengangkat tema keseharian, hewan, atau petualangan ringan. Dengan alur yang mudah dipahami, Si Kecil bisa lebih cepat menangkap pesan moral yang disampaikan, Bunda.
Pemilihan cerita yang tepat juga sangat penting untuk merangsang daya pikir dan imajinasi anak. Maka dari itu, penting bagi Bunda dan para guru untuk memilih cerita yang tak hanya menarik, tetapi juga sarat makna.
Cerita pendek dan manfaatnya bagi perkembangan anak
Mendongeng terbukti bisa membantu anak cepat menyerap kosakata baru dan melatih kemampuan bahasanya, Bunda. Penelitian di Nigeria menunjukkan bercerita lebih efektif dibanding bermain bersama teman dalam menambah kosakata anak usia 3-6 tahun, bahkan peningkatannya mencapai 20,4 persen.
Cerita membantu memperkuat kemampuan bahasa, meningkatkan daya konsentrasi, dan membentuk empati Si Kecil. Dengan kisah sederhana, anak belajar memahami emosi, situasi, serta nilai-nilai seperti kejujuran dan keberanian, Bunda.
Organisasi internasional seperti UNICEF juga menyoroti pentingnya kegiatan bercerita sejak dini dalam membentuk perkembangan sosial dan emosional anak. Lewat dongeng, anak juga dapat memahami nilai budaya dan belajar berempati terhadap orang lain.
1. Cerita pendek Mantra Sang Juara
Cerita pendek berjudul Mantra Sang Juara ini mengangkat kisah menarik seputar kehidupan sehari-hari. Kisah tersebut diadaptasi dari buku Kumpulan Cerita Rahasia Anak Hebat karya Firmanawaty Sutan.
"Sudah ya, Ma," Caki menyingkirkan susunya yang masih tersisa setengah.
Mama yang sedang mengoleskan mentega ke roti memandangnya heran. "Tadi rotinya enggak habis. Sekarang susunya," keluh Mama.
Caki memaksakan senyum, "Perutku sudah enggak muat lagi, nih, Ma."
Mama menghela napas maklum. Dia tahu, Caki hari ini akan ulangan matematika. Caki jika mau ulangan selalu begitu. Nafsu makannya mendadak seperti hilang. Untungnya setelah ulangan, nafsu makan anak tunggalnya itu akan kembali seperti biasa.
"Ya, sudah. Nih, bawa roti buat bekal saja, ya. Nanti habis ulangan, kamu bisa makan," bujuk Mama.
Caki mengangguk lemah. Pikirannya benar-benar sudah tersita ke ulangan nanti.
"Kamu kan sudah belajar semalam," celetuk Kak Wirya di hadapannya.
Mama tersenyum maklum sambil mengangkat bahu. "Caki gitu, lho. Dia memang selalu begitu kalau mau ulangan".
Caki mengangguk membenarkan. "Iya, aku sudah berusaha. Tapi rasanya, kok, susah jadi juara kelas, ya".
"Kamu sudah bagus Loh, Ki. Sudah lima besar. Kan, sudah lumayan. Iya, enggak?" Mama mengingatkan.
"Betul Ki," sahut Kak Wirya mengiyakan.
Kak Wirya adalah sepupu Caki dari Bandung. Ia baru saja datang semalam. Kabarnya sih, sepupunya ini baru saja dapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Nah, sebelum berangkat, ia mau sekalian pamit dulu kepada Mama dan Papa Caki.
"Waktu SD, Kakak malah enggak masuk sepuluh besar di kelas," lanjut Kak Wirya. "Tapi setelah Kakak punya mantra ajaib, baru deh...".
"Hah... mantra ajaib? Mau dong, Kak!".
Kak Wirya tersenyum. "Nanti siang ya. Kamu sekarang kan, harus ke sekolah".
"Tapi kan, aku butuhnya sekarang, Kak," kata Caki tak sabar.
Mama dan Kak Wirya tersenyum melihat tingkah Caki.
"Nah, sekarang ilmu pembukanya dulu. Sebelum ulangan Tarik napas. Tenang. Katakan aku bisa. Jangan lupa berdoa. Itu dulu, deh," Urai Kak Wirya.
Caki mendengarkan baik-baik perkataan sepupunya itu. Dia menarik napas panjang dan tersenyum.
Ting... tong...
"Nah, itu, Om Agus sudah datang," Mama mengingatkan.
"Sampai nanti, ya Kak!" Caki melambaikan tangan sambil berlari kecil menuju mobil jemputannya.
***
Pulang sekolah, Caki memeriksa kamar tidur tamu di lantai atas. Kosong. Sepertinya Kak Wirya belum pulang.
"Ya, gimana dong. Padahal aku mau menagih janji mantra Kak Wirya," gumamnya. Dia ingat, dua hari lagi dia ada ulangan IPA.
Akhirnya, Caki duduk saja di meja belajarnya. Dia berusaha konsentrasi, tapi rasanya masih banyak hal yang belum bisa dihafalnya dengan baik.
"Sim salabim. Alakazam."
Caki gelagapan. Dicarinya sumber suara tadi. Loh, kenapa Kak Wirya sudah berpakaian seperti Aladin gitu?
"Nah, minum!" Kak Wirya menyodorkan segelas air. Warnanya kelabu, keruh, seperti air hujan. Tapi yang ini lebih kental.
"Apa ini Kak?" Caki mengernyit muka menerima gelas itu. Didekatinya ke hidung, huek... baunya enggak enak. Dia pun spontan menjauhkannya dari hidung.
"Ayo," desak Kak Wirya.
"Huk, huk..." belum juga air terminum, Caki terbatuk. Gelagapan mencari udara segar!
Caki masih terus terbatuk. Kak Wirya membantu menenangkannya. Tapi... ah sepertinya aku tadi bermimpi, bisik Caki dalam hati.
Dia memperhatikan sepupunya itu. Tak ada lagi baju Aladin, seperti yang dikenakannya tadi.
Cukup lama Caki terbatuk, sebelum akhirnya bisa menenangkan diri. Sepertinya tadi ia tertidur sampai dia jadi terbatuk.
"Bagaimana?" tegur Kak Wirya.
Caki tersipu malu. "Ayo, Kak. Katanya mau mengajarkan aku mantra," Caki mengalihkan perhatian.
"Oke, mana yang mau kamu hafalkan?" Kak Wirya membalik buku di hadapan Caki. "Sains memang banyak hafalannya, ya?".
"IPS juga Kak. Bahasa apalagi. Ah, semuanya deh. Mungkin Cuma matematika yang tidak. Eh... tapi enggak juga, sih. Menghafal satuan, aku juga masih sering tertukar." Serentetan kalimat berhamburan keluar dari mulut Caki.
Kak Wirya tersenyum menanggapi.
"Ini nih, Kak," Caki menunjuk halaman buku yang akan dihafalnya. "Aku dari tadi nggak bisa menghafal alat-alat ekskresi pada manusia".
Caki memang merasa kesulitan. Ada saja hafalan yang tertinggal. Paling sering yang ketinggalan itu hati. Menurutnya, mengingat paru-paru, ginjal, dan kulit lebih mudah karena bisa dibayangkan sehari-hari.
"Pahaku gatal," terdengar suara lirik Kak Wirya.
Spontan, Caki melihat ke kaki Kak Wirya. Katanya gatal, tapi kok, tidak digaruk. Dia hanya memperhatikan buku yang dibuka Caki. Tak terlihat kalau pahanya memang gatal.
"Apa Kak?" tanya Caki bingung.
"Pahaku gatal," jawab Kak Wirya singkat.
"Digaruk dong, Kak. Mungkin tadi digigit nyamuk. Tapi memakai celana setebal itu, kok, masih bisa digigit nyamuk ya?" Caki heran melihat celana jin tebal yang digunakan Kak Wirya.
Kak Wirya menoleh menatap Caki. Sepertinya, dia kebingungan mendengar ucapan Caki. Tangannya menunjuk ke halaman buku yang terbuka.
"Ini lho, PAru-paru, HAti, KUlit, dan GinjAL bisa disingkat jadi PAHAKU GATAL." Urai Kak Wirya.
Awalnya Caki tak mengerti. Untunglah kakak sepupunya itu mengulanginya sekali lagi. Ternyata membuat singkatan dari beberapa hal yang harus dihafal bisa memudahkan.
"Oh, jadi itu mantranya!" seru Caki senang. Dia kini mengerti apa yang dimaksud dengan mantra ajaib oleh Kak Wirya.
Kak Wirya lalu asyik memberikan contoh-contoh mantra ajaib lainnya. Ada mantra MEVE BUMAJU SAUNEP untuk urutan planet. Ada juga mantra MEJIKU HIBINIU untuk warna-warna Pelangi.
Ternyata, setiap orang bisa menciptakan mantranya sendiri-sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain, yang penting, mengerti dan bisa memudahkan untuk menghafal dengan baik. Cara ini juga dikenal sebagai jembatan keledai.
"Memangnya mana keledainya, Kak?" celetuk Caki.
"Entahlah. Tapi, yang penting cara ini bisa membantu kita menghafal apa pun dengan mudah".
"Asyik. Aku mau ah, bikin mantra yang banyak. Supaya aku bisa menjadi juara kelas," seru Caki senang.
2. Cerita pendek buku Harian Sang Juara
Cerita pendek berjudul Buku Harian Sang Juara yang singkat, jelas, dan sarat makna ini diambil dari buku Kumpulan Cerpen Anak Payung-Payung Impian (2017) karya Yosep Rustandi.
Kupegang erat-erat buku bersampul cokelat itu.
"Ma, semua tumpukan koran, majalah, dan buku ini dikeluarkan?" tanyaku. Untuk kesekian kalinya aku bertanya. Mama keheranan melihatku.
"Memangnya kenapa?" tanya Mama.
"Boleh nggak kalau bukunya kuminta sebagian?".
"Oh, boleh kalau ada buku yang kamu suka. Pemilik rumah ini memberikan isi gudang ini kepada kita. Dan sekarang, karena gudang ini mau dijadikan kamar, kita jual saja semua isinya".
Baru sebulan kami pindah ke kampung Cibening ini karena Ayah pindah kerja. Dulu pemilik rumah ini adalah Pak Didin. Ia dan keluarganya pindah ke Bandung.
Rumah ini memiliki tiga kamar. Aku mempunyai dua orang kakak. Maka, gudang terpaksa dijadikan kamar karena aku ingin mempunyai kamar sendiri. Ketika membersihkan gudang inilah aku menemukan buku harian bersampul coklat.
10 Agustus
Aku duduk bersama peserta lainnya di pinggir lapangan badminton. Penonton memenuhi sekeliling lapangan. Adlin, temanku, berkata kalau dirinya deg-degan. Jantungnya berdetak lebih cepat karena demam lapangan.
Aku sendiri tidak begitu merasakannya. Tahun lalu sih, iya. Tapi sekarang, aku sudah belajar banyak, jadi tidak begitu demam lapangan. Aku tidak mau demam lapanganku dimanfaatkan lawan untuk menjadikan mereka lebih kuat.
Pertandingan pun dimulai. Aku berhadapan dengan Rian, pemain dari Rancabelut. Penonton bersorak. Setiap terjadi rally panjang, kok ke sana ke mari menyeberangi net, sorak penonton semakin riuh. Aku berusaha agar konsentrasi tidak terpecah. Akhirnya aku bernapas lega, karena berhasil memenangkan pertandingan dengan dua set langsung, 21-15 dan 21-9.
Dari catatan di halaman depan, aku baru tahu buku harian ini milik Opik Hidayah, juara badminton sekabupaten. Ternyata, Pak Didin adalah ayahnya Opik.
Mereka pindah ke Bandung agar Opik bisa mengikuti latihan di klub besar dan mengikuti pertandingan di kota-kota besar. Opik Hidayah saat ini sudah kelas 9 SMPN 2 Bandung. Buku catatan ini ditulis enam tahun lalu saat Opik kelas 5 SDN Cibening.
"Kang Opik itu hebat. Dia satu-satunya orang Cibening yang pernah menjuarai turnamen sekabupaten," kata Rio waktu aku bertanya siapa Opik Hidayah.
Saat itu sedang istirahat sekolah. "Sejak kelas 5 SD sampai kelas 3 SMP, dia selalu juara sekabupaten. Kini ia masuk klub besar, dan kabarnya masuk ke dalam tim inti provinsi Jawa Barat. Istilahnya, dia merem saja bisa mengalahkan lawan- lawannya."
"Dan yang perlu kamu tahu," Asip menambahkan. "Tempat duduk Kang Opik waktu kelas 5 SD itu, ya kursi yang kamu duduki sekarang"
16 Agustus
Babak final tadi siang adalah pertandingan terberat yang pernah aku alami. Tiga set dengan kejar-mengejar angka yang ketat. Aku beruntung bisa memenangkan pertandingan ini. 21-19, 23-25, dan 21-20. Waktu Angga menyalamiku, juara bertahan itu bergumam "Selamat, kamu sudah tahu rahasianyu juara
Ya, pasti aku merasa bangga. Tapi saat semua orang menyanjung, mengelu-elukan, mengatakan bahwa permainanku selalu hebat, mengajak berfoto bersama, aku hanya tersenyum. Banyak temanku bermimpi jadi juara tapi tidak pernah kesampaian.
Ya, karena mereka melihat juara itu adalah dimintai tanda tangan, disanjung, dipuji puji, diajak foto bareng
Mereka tidak tahu rahasia sebenarnya sang juara. Saat mengangkat tropi juara, aku teringat perjalanan berbulan- bulan sebelumnya. Setiap subuh, tidak peduli hari libur, aku berlari mengelilingi jalan kampung, skot jump, sampai push-up.
Mungkin waktu itu banyak temanku yang masih tidur. Siangnya berlatih memukul kok, menjaga garis lapang, sparing dengan teman-teman, hingga mendengarkan saran-saran pelatih.
Aku juga membaca kisah-kisah Rudi Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, Rexi, dan Riky. Mereka adalah pemain- pemain hebat Indonesia yang pernah menjuarai turnamen badminton dunia. Setidaknya, dengan membaca pengalaman mereka, aku selalu termotivasi untuk terus berprestasi.
Lelah? Sudah pasti. Tapi aku senang menjalaninya. Karena badminton bagiku adalah jalan hidup. Begitulah rahasia untuk juara. Kalau aku malas berlatih, malas menjaga kebugaran, stamina, aku rasa jangan bermimpi untuk Juara. Kurasa, Angga juga tahu rahasia seperti itu.
Aku tertegun membaca buku harian ini. Aku selalu bermimpi menjuarai lomba catur. Namun, aku hanya berlatih sehari dua hari menjelang pertandingan saja. Setelah aku tahu rahasia juara ini, aku harus berubah. aku harus berlatih dan mencari ilmu tentang catur dari sekarang.
3. Cerita pendek Pesan Ayah
Cerita pendek berjudul Pesan Ayah merupakan contoh cerpen lengkap yang mengisahkan perjuangan hidup seorang anak tangguh bernama Angga. Kisah inspiratif ini diambil dari buku Kumpulan Cerpen Anak-Anak Rumpun karya Mike J. Yanti.
Pada siang hari itu, Akbar berlari menuju rumah dan langsung masuk ke kamarnya tanpa menghiraukan ibu yang tengah menyuapi adiknya Zulaika. Ia terengah-engah sambil mengucapkan salam. Sang ibunda memperingatkannya agar pelan-pelan, khawatir adiknya kaget.
Tak berselang lama, Akbar keluar lagi setelah mengganti pakaian.
"Akbar keluar dulu Bu," ucapnya seraya meraih tangan ibu untuk dicium ke keningnya. "Ibu bilang pelan-pelan, kau mau kemana lagi, makanlah dulu sebelum pergi," kata ibu.
"Akbar harus segera pergi Bu, Ibra dan Angga menunggu di rumah Khalid, hari ini ada acara pacu itiak di lapangan sekolah, kami ingin melihatnya, Bu".
"Oo Angga juga ya sudahlah, baik-baik di jalan, jangan lupa salat dzuhur, ya".
Akbar mengiyakan pesan ibunya, lalu pergi dengan sepedanya. Dari kejauhan tampak Ibra dan Khalid menunggu, tinggal Angga yang belum kelihatan.
Di antara mereka berempat Anggalah yang paling jauh rumahnya dari sekolah. Mereka akan bertemu di setiap pagi di depan rumah hijau dekat rumah setelah rumah Khalid.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Angga datang tergesa-gesa mengayuh sepedanya. Nafasnya kempang kempis dan wajahnya berkeringat. "Maaf aku terlambat," sapa Angga.
"Tidak apa-apa," jawab Ibra, kita siap berangkat? Sebentar lagi itiak emas pak Mahmud akan meluncur," semuanya tertawa mendengar celoteh Khalid.
Selain rumahnya paling jauh, Angga harus melewati jalan proyek pembangunan jalan baru, Jalan ini cukup ramai dilewati truk pengangkut pasir yang besar. Tak jarang, kami mengantarkannya sampai ke ujung jalan batas proyek karena selalu ramai.
Angga juga membawa perlengkapan yang banyak ke sekolah, karena membawakan dagangan ibunya dari kantin sekolah. Kami pun sesekali membantu Angga berjualan di sore hari sepulang dari masjid.
Angga adalah anak yang baik, ia juga anak yang paling pintar di sekolah di antara kami berempat. Selain itu, Angga merupakan anak pertama yang memiliki tiga orang adik kecil, yaitu Savia yang kelas dua SD, Lukman yang masih TK, serta Faruq yang berusia tiga tahun.
Dulu Ayah Angga adalah pekerja proyek jalan, ia bekerja sebagai seorang pengemudi truk pasir sejak Angga dan ibunya pindah ke tempat kami.
Angga merupakan murid pindahan tiga tahun lalu, ia anak yang riang dan mudah bergaul. Sudah dua tahun ini, sekolah memilihnya untuk mewakili sekolah dalam lomba desain robot. la sangat menyukai menggambar.
Ia pernah berkata bahwa hobi desainnya turun dari ayahnya. Tempat tinggalnya yang dulu di tepi bukit dengan hamparan sawah berjenjang di kaki bukit. Di sana, ia dan ayahnya menghabiskan waktu untuk melukis.
Angga juga sering bercerita tentang sang ayah. Ayah Angga pernah kuliah di pulau Jawa berkat beasiswa. Saat akan diwisuda, ayahnya mendapatkan kabar bahwa kampungnya kena banjir bandang.
Bencana itu menghanyutkan satu kampung termasuk keluarganya, dan tersisa hanya bibinya. Itupun sang bibi harus duduk di kursi roda karena kehilangan kakinya.
Sejak saat itu, ayahnya memilih untuk tinggal di kampung dan menikah dengan ibu Angga. Semenjak bibinya menikah barulah ayahnya mulai pindah dan menetap di kota ini.
Kemudian, dua tahun yang lalu ada pengerjaan jalan malam hari, beberapa pekerja sedang mengangkut sisa pemangkasan bukit tempat pembuatan jalan, tiba-tiba bukit ujung yang dekat dengan hulu sungai runtuh dan menimbun badan mobil pengangkut pasir.
Banyak pekerja yang tidak ditemukan termasuk ayah Angga. Semenjak saat itu Angga menjadi pendiam, butuh waktu yang lama untuk Angga untuk kembali bersekolah dan memulai bermain kembali bersama teman-temannya
Warga sekitar tahu tentang Angga yang sangat dekat dengan ayahnya. Kepergian ayahnya yang sulit ia terima. Tiap hari, ibu-ibu di tempat kami akan menanyakan kondisi Angga.
Pada bulan Ramadan, ayah Angga adalah orang yang akan membuatkan desain gambar baliho besar berisi ucapan selamat Idul Fitri dengan lukisannya sendiri. Orang-orang yang pulang kampung akan berfoto dengan baliho ini. Merasa disambut oleh orang kampung dengan kemeriahan baliho besar lukisan ayahnya.
Sejak ayah Angga tiada, masjid kami hanya bisa mengenang keramaian yang ada tentang baliho besar di kampung kami.
Kini Angga mulai pulih, salah satu istri pengurus masjid membantu Angga untuk memberikan pendampingan terapi. Semua mulai membaik saat keluarga disarankan untuk memberikan memori indah yang bisa mengembalikan rasa bahagianya.
Suatu hari bibi Angga datang menghadiahinya buku yang bertuliskan tulisan ayahnya tentang bagaimana senangnya ayah Angga dapat kuliah di tempat terbaik dan membayangkan dapat kelak mendesain sekolah. impian untuk anak-anak di kampungnya.
Bagi ayah Angga, seperti sabda Nabi, menjalani hidup serta berbuat baik kepada orang lain adalah hal yang mesti kita lakukan, dan itu harus disertai ilmu. Saling membahagiakan orang lain pun adalah hal baik yang harus dilakukan dan itu harus dengan ilmu. Dengan demikian, derajat seseorang akan diangkat.
4. Cerita pendek kisah Cacing Tanah yang Bijaksana
Cerita pendek Kisah Cacing Tanah yang Bijaksana menyuguhkan pesan moral yang sederhana namun mengena untuk anak-anak. Cerpen ini diambil dari buku 30 Cerita Fabel Penuh Pesan Moral Untuk Anak-Anak terbitan Airiz Publishing (2019).
Pada zaman dahulu, hiduplah seekor cacing tanah yang selalu riang gembira. Setiap harinya, cacing tanah berjalan kesana kemari untuk mencari makanan, suatu hari ketika sedang mencari makanan cacing tanah tanpa sengaja menabrak sesuatu.
"Aduh lagi-lagi aku menabrak bebatuan," ujarnya diiringi suara gelak tawa.
Kemudian, cacing tanah melanjutkan perjalanannya ke dalam tanah seolah membuat terowongan. Suatu hari, ketika cacing tanah sedang berjalan di dalam tanah, ia bertemu seekor ulat yang terperosok di dalam lubang kecil.
"Tolong-tolong aku siapapun Aku mohon tolong aku," ujar ulat kecil.
Mendengar suara ular kecil cacing tanah mempercepat langkahnya mencari sumber
"Siapa itu? apa yang terjadi padamu," ujar cacing tanah.
"Syukurlah ada yang datang aku tanpa sengaja terperosok ke dalam lubang ini dan aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari sini aku mohon tolonglah aku," ujar ulat kecil
"Baiklah aku akan membantumu ayo ikuti aku," ujar cacing tanah
Ulat kecil itu pun mengikuti cacing tanah, ia perhatikan cara cacing tanah berjalan seperti meraba-raba.
"Maafkan aku tuan cacing tanah apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu?" ujar ulat kecil.
"Tentu saja kau boleh bertanya apapun," ujar cacing tanah.
"Apakah kau tidak bisa melihat? mengapa kau berjalan seperti meraba-raba seperti itu?" Ujar ulat kecil.
"Anak cerdas. kau benar sekali aku memang tidak mempunyai indera penglihatan dari lahir," ujar cacing tanah.
"Lalu bagaimana bisa kita menemukan jalan keluar jika melihat saja tuan tidak bisa?" ujar ulat kecil.
"Kau ikuti saja aku kita akan menemukan jalan keluar," ujar cacing tanah.
Ulat kecil itu pun tidak mempunyai pilihan lain, ia mengikuti langkah cacing tanah itu hingga akhirnya mereka berhasil menemukan jalan keluar.
"Ini ajaib kita berhasil maafkan aku tuan cacing yang sudah berlaku tidak sopan padamu aku sangat menyesal," ujar ulat kecil.
"Tidak apa-apa mungkin kau tidak tahu jika kau tidak mempunyai salah satu indera di tubuhmu maka indera yang lain akan menjadi penggantinya. Mungkin aku memang tidak bisa melihat tetapi indera peraba ku sangat tajam," ujar cacing tanah.
Tidak lama kemudian mereka bertemu Rara si gajah kecil yang bijaksana. Cacing tanah meminta bantuan Rara untuk mengantarkan ulat kecil ke dedaunan terdekat. Ulat kecil itupun kembali dengan selamat ke rumahnya.
5. Cerita pendek Gajah dan Kancil Lomba Lari
Cerita pendek Gajah dan Kancil Lomba Lari menghadirkan kisah fiksi yang memotivasi tentang persaingan sehat dan semangat pantang menyerah. Cerpen ini diadaptasi dari buku Dongeng Lengkap Kancil terbitan Laksana (2020).
"Kancill, kenapa kamu murung?" tanya Gajah sepulang dari mandi di sungai. Badan Gajah terlihat bersih.
"Kamu tahu, besok ada lomba lari?" Kancil menjawab pertanyaan Gajah.
"Iya, aku tahu. Aku, kan, besok ikut lomba lari," jawab Gajah.
Kancil tambah sedih.
"Hel, hei, kamu kenapa sedih? Apa aku punya salah ke kamu, Kancil?" tanya Gajah. Dia takut ada kata-kata yang menyinggung perasaan Kancil.
"Bukan, Gajah. Kamu tidak salah. Aku hanya sedih karena besok tidak bisa ikut lomba lari," Kancil akhirnya menjawab rasa penasaran Gajah.
"Kenapa kamu tidak bisa ikut lomba, Kancil?"
"Kakiku belum sembuh. Kemarin aku jatuh ketika latihan lari di tengah hutan, Kakiku tersandung akar pohon," jelas Kancil.
"Besok pasti sudah sembuh, Kancil," hibur Gajah.
"Mana mungkin sembuh, Gajah," Kancil menangis tersedu- sedu. Padahal, ia sudah latihan lari di tengah hutan selama berhari-hari.
"Jangan bersedih, Kancil. Tenang saja, besok kamu bisa ikut lomba lari bersamaku. Aku akan menjemputmu pagi-pagi sekali," kata Gajah.
Bagaimana bisa aku ikut lomba lari? Kadang Gajah berlebihan dan hanya mencoba menghiburku, bisik hati Kancil.
Keesokan harinya, Gajah datang ke rumah Kancil. Kancil yang sedang bermain dengan adik-adiknya kaget. Ternyata, Gajah benar-benar datang menjemputnya.
"Naiklah ke punggungku, Kancil," ajak Gajah.
Kancil tidak bisa menolak. Dia naik ke punggung Gajah. Ketika sampai di arena lomba lari, Kancil tetap duduk di punggung Gajah.
"Kita akan lomba lari bersama," ucap Gajah.
"Bagaimana caranya?" tanya Kancil kebingungan.
"Duduklah di punggungku dengan manis, Kancil. Kita akan lariii...," ucap Gajah sambil berlari bersama hewan lainnya.
Kancil senang sekali, Gajah memang sahabat yang sangat baik. Mereka berlari bersama sampai garis finis.
6. Cerita pendek Anoa dan Anak Penggembala
Cerita pendek Anoa dan Anak Penggembala menyuguhkan kisah menyentuh tentang keberanian dan kejujuran. Cerpen sarat makna ini diambil dari buku Antologi Cerpen Anak: Coretan Pena (2021) karya Rinah Handaiyani.
Di desa kecil dan terpencil hiduplah keluarga sederhana yang tinggal di ujung desa tepi sungai. Keluarga La Balawa itulah sebutan mereka. Sehari-hari mereka hanya menghabiskan waktu untuk berkebun dan mencari kayu bakar untuk memasak dan dijual ke pasar.
La Balawa adalah kepala rumah tangga yang bekerja merantau mengikuti kapal laut, ia meninggalkan Wa Rimba istrinya dan satu anak yang bernama La Hane. La Hane adalah anak yang penurut, setiap hari dia membantu ibunya berkebun dan pergi mencari kayu bakar.
Suatu hari, ibunya menyuruh La Hane untuk pergi mencari kayu bakar di tepi hutan ujung desa.
"Hane... Oh La Hane." Panggil Wa Rimba.
"Iya Ibu." Jawab La Hane.
"Coba kau pergi cari kayu bakar untuk dijual dan buat kita pakai memasak." Ujar ibu La Hane.
La Hane pun bergegas pergi ke hutan, jarak antara rumah mereka dengan hutan hanya sekitar satu kilometer. Selain anak yang penurut, La Hane juga adalah anak yang kuat, ia mampu memikul kayu dengan kedua pundaknya tanpa merasa lelah meskipun harus pulang balik antara hutan dan rumahnya.
Kali ini tampak tak seperti biasanya, saat sedang mencari kayu bakar, La Hane melihat ada seekor Anoa betina yang terjerat perangkat pemburu hutan. Awalnya La Hane tidak menghiraukannya dan sibuk memotong kayu, tapi tiba-tiba,
"Tolong.... Tolong aku," tangis Anoa
...(dalam keadaan kaget) "Siapa itu?" tanya La Hane.
"Tolonglah aku wahai anak yang baik hati, bantulah aku melepaskan jeratan ini," jawab Anoa.
"Ka-kau Anoa bisa berbicara?" tanya La Hane.
"Tolonglah aku, jeratan ini sakit sekali. Janganlah takut," jawab Anoa.
La Hane terdiam sejenak melihat Anoa tersebut, La Hane tidak tega melihat Anoa yang telah merintih kesakitan akibat tali jeratan pemburu hutan tersebut. la Hane pun membantu Anoa tersebut. Tetapi saat ingin membuka tali jeratan, pemburu datang untuk melihat perangkapnya.
"Astaga pemburu datang!" ujar La Hane.
"Anoa aku akan menyelamatkanmu tetapi tunggulah sebentar, pemburu itu datang," ujar La Hane lagi.
La Hane pun bersembunyi di balik daun lebar dan pohon-pohon.
"Waahhh.... Anoa ini sudah masuk perangkapku," ujar pemburu.
"Ayah... ayah... kemarilah. Ayo lihat ke sini. Ada Anoa yang sangat besar!" teriak anak pemburu.
"Benarkah? Anoa besar telah masuk perangkap kita?" jawab pemburu.
"Benar Ayah! Cepatlah sebelum Anoa itu berhasil kabur," ujar anak pemburu.
"Iya, tunggulah di situ. Hahaha, hari ini aku menghasilkan banyak uang."
"Hei Anoa tunggulah kau di sini, sebentar lagi giliranmu," ujar pemburu.
Pemburu sangat senang dan tampak girang karena hasil buruannya. Setelah pemburu pergi untuk mengecek buruannya yang lain di salah satu perangkapnya, La Hane bergegas pergi ke tempat Anoa tadi.
Hari sudah semakin siang, La Hane belum juga pulang, ibunya menjadi sangat khawatir.
"Dimana anakku ini sudah siang belum pulang juga?" ujar Wa Rima dengan nada cemas.
La Hane membuka tali perangkap dengan cepat dan berhati-hati agar tidak ketahuan oleh pemburu dan Anoa tidak merasa kesakitan. Dan La Hane pun berhasil membuka perangkap tersebut.
"Anoa ikatanmu sudah terlepas sekarang, pergilah kau," ujar La Hane.
"Aku akan ikut denganmu, rawatlah aku dengan baik maka hidupmu akan berubah," jawab Anoa.
"Ta-tapi...," tiba-tiba La Hane memotong pembicaraan.
"Ayolah cepat bawa aku ke rumahmu, sebelum pemburu itu datang dan menangkapku lagi."
"Iyaa baiklah. Ayo segera ikuti aku".
La Hane dan Anoa berjalan keluar dari hutan, hari sudah sore dan mereka pun tiba di rumah. Alangkah terkejutnya ibu La Hane melihat Anoa yang dibawa oleh anaknya.
"Hane, Anoa siapa ini?" tanya Wa Rimba.
"Ibu, Anoa ini ku tolong dari perangkap pemburu dan dia kesakitan akibat perangkapnya, Anoa ini akan dibunuh dan dijual," jawab La Hane.
"Jadi apakah kita rawat saja Anoa ini Sambil menunggu jikalau tiba-tiba pemiliknya mencarinya".
"Iya Ibu, kita rawat saja, lagi pula Anoa ini ku dapatkan dari hutan, jadi tidak mungkin ada yang memilikinya," jawab La Hane.
"Sudahlah kalau begitu sekarang kau makan dulu, ibu akan menyimpan Anoa ini di belakang rumah kita," ujar Wa Rimba.
Setelah Anoa tersebut dirawat dan dipelihara oleh La Hane dan ibunya, kehidupan mereka berubah. La Hane menjadi seorang anak penggembala Anoa dan semua Anoa mereka tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Sehingga ayah La Hane tidak perlu lagi pergi merantau dan sibuk mengurus Anoa bersama keluarganya.
7. Cerita pendek Kisah Persahabatan Singa dan Tikus
Cerita pendek Kisah Persahabatan Singa dan Tikus menampilkan nilai tolong-menolong dan pentingnya menghargai semua makhluk, tak peduli besar atau kecil. Cerita penuh makna ini diambil dari buku Untaian Cerita Anak karya Laily Nurmalia, M.Pd., dkk., oleh Nabila Hasanah.
Di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor singa perkasa yang semua makhluk lain sangat takut kepadanya. Raja hutan tersebut dikenal sangat mengerikan, tidak mengenal rasa takut dan dia merasa harus dihormati oleh semua makhluk yang ada di hutan.
Dia menghabiskan sebagian waktunya dengan berburu dan sebagian lagi untuk tidur. Tidak ada makhluk hidup yang ada di hutan berani mendekati sarangnya terutama saat singa sang raja hutan sedang tidur. Binatang perkasa itu sangatlah marah jika tidurnya terganggu dengan cara apapun.
Tapi suatu hari tikus kecil sangat penasaran ingin melihat bagaimana sarang Singa si Raja hutan. Dengan niat yang bulat dia berangkat ke gua dimana singa biasa beristirahat. Namun ketika dia sampai, dia tidak melihat adanya sang raja hutan.
"Dia pergi ke suatu tempat. Apakah dia akan segera kembali?" Timbul pertanyaan dalam hati si tikus kecil.
Untuk mengobati rasa penasarannya si tikus kecil masuk menyelinap ke dalam gua. Gua itu sangatlah gelap, ditanah dia melihat jejak kaki sang raja hutan, dan jejak kaki besar itu membuatnya sangat ketakutan.
"Sepertinya aku harus segera kembali." Pikir si tikus.
Namun malang, saat itu terdengar suara langkah kaki singa memasuki gua.
"Oh tidak dia akan segera masuk. Apa yang harus aku lakukan." Si tikus gemetar.
Ternyata singa si raja hutan hanya pergi untuk minum di sungai, dan dia datang kembali untuk beristirahat. Si tikus bersembunyi di dalam gelap gua dan melihat bayangan besar singa jatuh di lantai.
Singa duduk dekat pintu masuk gua dan beristirahat kepalanya di kaki yang besar. Segera ia tertidur pulas. Seluruh gua tampak bergetar dengan mendengkur keras raja hutan.
Si tikus berusaha merayap keluar secara diam-diam yang dia bisa. Segera ia berada di dekat pintu masuk. Tapi saat dia mencoba untuk menyeberangi singa, ekor kecilnya menyerempet kaki kiri dari Sang raja hutan, dan penguasa hutan terbangun dengan kaget.
Terlihat kemarahannya saat dia melihat tikus kecil di sarangnya. Walaupun takut si tikus tidak kehilangan akal, dia segera berlari. Namun malang singa segera dapat menangkapnya. Sang raja hutan membuka rahang untuk menelan tubuh si tikus kecil.
"Maaf, ya Raja, saya tidak bermaksud membangunkan kamu, saya hanya mencoba untuk meninggalkan gua ini dimana selama ini saya sangat penasaran ingin melihatnya. Mohon biarkan saya pergi kali ini, dan saya tidak akan pernah lupa kebaikan kamu. Jika takdir memberi saya kesempatan, saya akan membantu kamu dengan cara yang saya bisa pada salah satu nanti," ucap si tikus kecil.
Singa merasa geli mendengar ucapan si tikus. Bagaimana tikus kecil membantunya? Tapi dia membiarkan tikus kecil itu pergi dan tertawa terbahak-bahak. Si tikus berlari untuk menyelamatkan hidupnya, dia sangat berterima kasih kepada sang raja hutan yang tidak jadi memakannya
Beberapa hari sejak kejadian itu, seperti biasa singa sang raja hutan pergi berkeliling. Pada suatu saat, tiba-tiba dia terjebak dalam jerat pemburu. Dia berjuang mati-matian untuk membebaskan diri.
Namun semua usahanya tidak menunjukan hasil, dia hanya menemukan dirinya bahkan lebih terjerat kuat dalam jaring tali pemburu. Dia meraung dalam kemarahan dan ketidakberdayaan.
Seluruh hutan mulai gemetar karena suara mengerikan dan setiap binatang mendengar teriakan sang raja hutan. Si tikus pun mendengarnya.
"Penguasa hutan dalam kesulitan," pikir tikus.
"Ini adalah kesempatan saya untuk bisa membantu dia sekarang," lanjutnya.Â
Berpikir demikian, si tikus berlari secepat yang dia bisa menuju tempat di mana suara itu berasal. Segera ia menemukan singa terperangkap dalam jerat pemburu.
"Jangan bergerak, Yang Mulia, saya akan memotong tali kamu dan kamu akan segera bebas," cicit si tikus.
Tanpa membuang waktu, dia mulai menggigit tali dengan gigi kecilnya yang tajam. Segera singa itu terbebas.
"Saya tidak percaya menyangka bahwa bahkan Anda bisa membantu saya. Selama ini saya salah," kata singa rendah hati. Akhirnya dua makhluk itu menjadi sahabat terbaik mulai hari itu.
8. Cerita pendek Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan
Cerita pendek Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan merupakan kisah inspiratif tentang semangat belajar dan rasa ingin tahu. Cerita penuh nilai edukatif ini diambil dari buku Untaian Cerita Anak karya Laily Nurmalia, M.Pd., dkk., ditulis oleh Rismawati Rufaidah.
Pada suatu hari, hiduplah seorang anak yang rajin belajar. Arka namanya. Usianya 8 tahun. Sehari-hari ia berladang dan juga mencari kayu bakar di hutan. Hidupnya sebatang kara. Arka sangat rajin membaca. Semua buku habis dibaca semuanya.
Ia rindu akan pengetahuan. Suatu hari ia tersesat di hutan. Hari sudah mulai gelap. Akhirnya Arka memutuskan untuk bermalam di hutan. Ia bersandar di bawah pohon dan tertidur. Dalam tidurnya, samar-samar Arka mendengar suara memanggilnya.
Mula-mula ia berpikir itu mungkin hanya mimpi. Namun, di saat ia terbangun, suara itu masih memanggilnya. "Anak muda, bangunlah! Siapakah engkau? Mengapa kau ada disini ?".
Arka sangat bingung. Dari mana suara itu berasal? Ia mencoba melihat sekeliling.
"Aku pohon yang kau sandari!" ujar suara itu lagi.
Seketika Arka menengok. Alangkah terkejutnya ia! Pohon yang disandarinya memiliki wajah di batangnya.
"Jangan takut! Aku bukan makhluk jahat. Alif pohon pengetahuan. Nah, perkenalkan dirimu," ujar pohon lagi lembut.
" Aku Arka. Pencari kayu bakar. Aku tersesat, jadi terpaksa bermalam disini," Arka takut-takut.
"Nak, apakah kau tertarik pada ilmu pengetahuan?. Apa kau bisa menyebutkan kegunaannya bagimu?" tanya pohon itu.
"Oh yaya, aku sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku jadi tahu banyak hal. Aku tak mudah dibodohi dan pengetahuanku kelak akan sangat berguna bagi siapa saja," ucap Arka.
"Sayangnya, sumber pengetahuan di desaku amat sedikit. Sedangkan kalau harus ke kota akan membutuhkan biaya yang besar. Aku ingin sekali menambah ilmuku tapi tak tahu bagaimana caranya," lanjutnya.
"Dengarlah, Nak. Aku adalah pohon pengetahuan. Banyak sekali orang mencaraiku, namun tak berhasil menemukan. Hanya orang yang berjiwa bersih dan betul-betul yang akan menemukanku," katanya.Â
"Kau telah lolos dari persyaratan itu. Aku akan mengajarimu berbagai pengetahuan. Bersediakah kau?" tanya si pohon lagi.
Mengdengar itu Arka sangat gembira. Sejak pada hari itu Arka belajar pada pohon pengetahuan. Hari-hari telah berlalu dengan cepat. Arka tumbuh menjadi pemuda yang tampan.
Pengetahuannya amat luas. Pada suatu hari pohon itu berkata:
"Arka, sekarang pergilah mengembara. Carilah pengalaman yang banyak. Gunakanlah pengetahuan yang kau miliki untuk membantumu. Jika ada kesulitan, kau boleh datang padaku lagi," ujarnya.
Arka pun mengembara ke desa. Ia memakai pengetahuannya untuk membantu orang. Memperbaiki irigasi, mengajar anak-anak membaca dan menulis. Akhirnya Arka tiba di ibu kota.
Di sana ia mengikuti ujian negara. Arka berhasil lulus dengan peringkat terbaik sepanjang masa. Raja sangat kagum dengan kepintarannya.
Namun, ada pejabat yang lama iri terhadapnya, pejabat Iyan tidak senang Arka mendapat perhatian lebih dari raja. Maka ia mencari rencana supaya Arka terlihat bodo di hadapan raja.
"Tuan, Arka. Hamba ingin mengajukan pertanyaan. Anda harus menjawab sekarang juga di hadapan Baginda," kata pejabat Iyan.
"Silahkan Tuan Iyan." Hamba siap mendengarkan," Tanya Arka.
"Berapakah ukuran tinggi badan saya?" tanyanya.
"Kalau hamba tak salah, tinggi badan kamu sama panjang dengan ujung jari kamu yang kiri sampai ujung jari kamu yang kanan bila dirintangkan," jawab Arka tersenyum.
Pejabat Iyan dan raja tidak percaya. Mereka menyuruh seseorang mengukurnya. Ternyata jawabannya benar. Raja kagum dibuatnya. Pejabat Iyan sangat kesal, namun ia masih belum menyerah.
"Tuan Arka. Buatlah api tanpa menggunakan pemantik api," katanya.
Dengan tenang Arka mengeluarkan kaca cembung. Lalu mengumpulakan setumpuk kayu kering. Ia membuat api. Menggunakan kaca yang dipantulkan ke sinar matahari. Tak lama kemudian kayu kering itupun terbakar api. Raja semakin kagum. Sementara pejabat Iyan semakin kesal.
"Luar biasa! Baiklah! Aku punya satu pertanyaan untukmu. Aku pernah mendengar tentang pohon pengetahuan. Jika pengetahuanmu luas, kau pasti tahu diman letak pohon tersebut. Bawalah aku ke sana," ujar Raja.
Arka ragu. Setelah berpikir sejenak, "Hamba tahu, Baginda. Tapi tidak boleh sembarangan orang boleh menemuinya. Sebenarnya pohon itu adalah guru hamba.Hamba bersedia mengantarkan Baginda. Tapi kita pergi hanya berdua saja dengan berpakaian rakyat biasa. Setelah bertemu dengannya. Berjanjilah Baginda takkan memberitahu ke siapapun," ujar Arka serius.
Raja menyanggupi. Setelah menempuh perjalanan yanga sangat jauh, sampailah mereka di tujuan. "Salam, Baginda.
Ada keperluan hingga Baginda datang menemui hamba?" sapa pohon dengan tenang.
"Aku ingin menjadi muridmu juga. Aku ingin menjadi raja yang paling bijaksana," kata raja kepada pohon pengetahuan.
"Kamu sudah cukup bijaksana. Dengarkanlah suara hati rakyat. Pahamilah perasaan mereka. Lakukan yang terbaik untuk rakyatmu. Janganlah mudah berprasangka. Selebihnya muridku akan membantumu. Waktuku sudah hampir habis. Sayang sekali pertemuan kita begitu singkat," Tiba-tiba Iyan menyeruak bersama sejumlah pasukan.
"Kau harus ajarkan aku,". Teriaknya pada pohon pengetahuan.
"Tidak bisa. Kau punya hati yang bersih," jawab pohon itu membuat Iyan kesal.
Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar pohon pengetahuan. Raja dan Arka berusaha menghalaunya, namun mereka kewalahan. Walau berhasil menghancurkan pohon pengetahuan, Iyan dan pengikutnya tak luput dari hukuman.
Mereka tiba-tiba tersambar petir hingga tewas. Sebelum meninggal, pohon pengetahuan memberikan Arka buku. Dengan buku ini Arka semakin bijaksana. Bertahun-tahun kemudian, Raja mengangkat Arka menjadi raja baru.
9. Cerita pendek Si Kancil yang Sombong
Cerita pendek Si Kancil yang Sombong mengajarkan pentingnya rendah hati dan tidak meremehkan orang lain. Kisah sarat pesan moral ini diambil dari buku Jejak Cerita Tinta Emas, karya Laily Nurmala.
Pada suatu hari hiduplah seekor gajah yang bernama Lulu.ia hidup bersama kakaknya yang bernama Lili. Lulu sejak lahir sudah memiliki kecacatan pada belalainya.
Mereka hidup berdua sejak Lulu dan Lala masih kecil, karena ibu dan ayahnya sudah meninggal akibat pemburuan liar sejak 6 tahun lalu. Semenjak ibunda dan bapaknya Lulu dan Lili meninggal, Lulu suka menyendiri dan tidak suka banyak bicara.
Pada suatu hari Lulu hendak pergi untuk berjalan-jalan dan melihat di sekeliling hutan. Lulu pun segera meminta izin kepada kakaknya Lili. Setelah meminta izin kepada kakaknya, Lulu pun bergegas pergi.
Saat di pertengahan jalan, Lulu pun terdiam dengan wajah yang sedih. Lulu teringat akan kematian ayah dan ibunya, karena Lulu meliat tempat kejadian ibu dan ayahnya meninggal akibat ulah manusia.
Akhirnya Lulu pun menangis ditempat itu. Tiba-tiba datang lah seekor tupai yang melihat Lulu sedang menangis, lalu tupai pun bertanya kepada Lulu "Hay Lulu kenapa kamu menangis?" tanya tupai.
Dan Lulu pun menghiraukan pertanyaan tupai. Lalu tupai pun mendekati Lulu dan mengelus tubuh Lulu sambil bertanya kembali "Kamu kenapa lu? Coba cerita sama aku, siapa tau aku bisa bantu kamu".
Akhirnya Lulu pun menjawab pertanyaan si tupai "Aku teringat akan kematian ibu dan ayahku di tempat ini," jawab Lulu.
Tupai pun berbicara sambil mengelus tubuh Lulu.
"Aku tau bagaimana perasaan kamu di tinggal ayah ibu di saat kamu masih kecil, tapi kamu jangan bersedih terus sampai kapan kamu mau seperti ini? Kamu harus mengikhlaskan kepergian ibu dan ayah kamu," tupai pun terus menasehati Lulu.
Setelah itu Lulu pun kembali tersenyum, dan mereka akhirnya berjalan-jalan menelusuri hutan. Setelah mereka main bersama menelusuri hutan, akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing karena matahari mulai terbenam.
Keesokan harinya Lulu kembali meminta izin kepada kakaknya untuk mencari makan di hutan, lalu Lulu pun bergegas pergi. Pada saat di perjalanan iya bertemu dengan seekor burung.
Lalu Lulu pun menegur burung itu "Hey burung kamu sedang apa di atas pohon itu?". Burung pun menjawab "Aku sedang mencari makan. Kalau kamu mau kemana Lulu?".
"Aku juga sedang mencari makan di sekitar sini," jawab Lulu.
"Kakak kamu kemana Lulu,ko akhir-akhir ini aku jarang melihat kakak kamu," tanya burung.
"Ada ko, kakak aku ada di rumah dia lagi sakit karena lusa kemarin kakinya tertimpah batu, makannya aku mencari makan sendiri," jawab Lulu.
Lalu, Lulu pun berbicara kepada burung "Hey burung! Aku lanjut jalan dulu yahh".
Diperjalanan lagi ia bertemu dengan seekor kancil, seekor hewan yang dikenal sangat angkuh. Lulu pun mencoba menegurnya "Hey kancil" tetepi kancil menghiraukan Lulu dan bertatap sini kepada Lulu, dan Si Kancil pun pergi.
Lulu pun pulang setelah mencari makan. Setibanya di rumah, Lulu melihat kakaknya yang sedang merintih karena kesakitan, akibat tertimpa batu lusa kemarin.
Lulu pun merasa kasihan kepada kakak nya akhirnya Lulu pun pergi ke hutan untuk mencari dedaunan untuk mengobati kaki kakaknya yang sakit. Pada saat di perjalanan Lulu kebingungan karena dia tidak tahu daun apa yang bisa untuk mengobati kaki kakaknya itu.
Dan muncullah seekor ular, ular pun menghampiri Lulu karena melihat wajah Lulu yang sedang kebingungan. Lalu ular pun bertanya kepada Lulu, "Lulu kamu sedang apa di situ?"
"Iya ular saat ini aku sedang bingung, aku mau mencari daun yang bisa mengobati kaki kakak ku,tapi aku tidak tau daun apa itu. Apa kamu tau?" tanya Lulu.
"Memangnya kaki kakak kamu kenapa? Aku tau ada di mana daun itu," jawab ular.
"Kaki kakakku lusa kemarin tertimpa batu, serius kamu tau? Apakah kamu bisa tolong aku antarkan ke daun obat itu?" tanya Lulu.
"Aku bisa saja menghantarkan kamu, tapi ada syaratnya," ujar ular.
"Apa itu syaratnya?" tanya Lulu.
"Syaratnya kamu harus mencari makanan untuk aku. Aku lapar, apa kamu bisa menuruti persyaratan aku?" kata ular.
"Baiklah aku akan mencarikan makanan untuk kau," jawab Lulu.
Lalu Lulu pun mencari makan untuk ular setelah mendapatkan makanan untuk ular Lulu pun bergegas pergi untuk memberi makanan tersebut ke ular. Setelah ular makan, akhirnya ular menghantarkan Lulu ke tempat daun obat itu berada.
"Nah, Lulu ini dia daun obat untuk mengobati kaki kakak kamu," kata ular.
"Wahh, terima kasih ya ular kamu sudah menolong ku," jawab Lulu.
"Kamu kan sudah dapat daun yang kamu mau sekarang aku pergi dulu ya," kata ular.
"Baiklah ular sekali lagi terima kasih ya," lalu ular pun pergi.
Setibanya di rumah, Lulu pun langsung mengobati luka kaki yang ada di kaki kakaknya. Setelah mengobati luka yang ada di kaki kakaknya, Lulu dan kakaknya tidur.
Pada saat pagi hari tiba-tiba tupai pun datang ke rumah Lulu untuk mengajak bermain Lulu, akhirnya Lulu pun main bersama tupai dan pada saat di perjalanan lagi-lagi Lulu bertemu kembali dengan kancil.
Tapi, sepertinya kali ini kancil sudah sangat muak dengan keberadaannya kancil pun mulai menghina Lulu.
"Hey gajah jelek kenapa kau selalu muncul di hadapanku aku sudah sangat muak dengan keberadaanmu terlebih, pemandangan belalaimu yang jelek itu membuat hariku tampak jelek melihatmu. Lebih baik sekarang kau pergi dari hadapanku," kata kancil.
Tanpa pikir panjang dengan muka sedih Lulu pun bergegas pulang meninggalkan tupai. Setibanya di rumah kakaknya si Lili melihat wajah Lulu yang sedih dan Lili pun menghampiri Lulu, "Kamu kenapa? Ko wajahmu terlihat sangat sedih."
Akhirnya Lulu pun menceritakan kepada kakak nya apa yang sudah terjadi hari ini. Setelah menceritakan semuanya kepada kakaknya lalu Lili pun menasehati Lulu
"Kau tahu banyak sekali yang menyayangimu dan menerima segala kekuranganmu kenapa kau harus terlena dalam kesedihan ini. Hanya karena sebuah perkataan yang tak berguna bagimu. Kau tahu, kakak disini selalu bersamamu. Setiap kekurangan pasti ada kelebihan, kau selalu baik kepada siapa pun, kau selalu bergaul kepada siapa pun tanpa memandang sebelah mata sedikit pun jadi, tak sepantasnya kau sedih hanya sebuah perkataan itu kakak selalu si sini bersamamu sayang," ujar sang kakak.
Lalu Lulu pun menatap bahagian ke wajah kakaknya setelah itu Lulu pun lebih percaya diri. Keesokan harinya Lulu pergi ke hutan untuk mencari makan kembali.
Saat dalam perjalanan, Lulu mendengar suara tembakan. Ia langsung terdiam dan melihat sekeliling. Dari kejauhan, ternyata sedang terjadi pemburuan liar. Lulu pun ketakutan dan segera lari pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Lulu menceritakan kejadian itu kepada kakaknya, Lili. Mendengar cerita itu, Lili ikut ketakutan dan memilih tidak keluar rumah seharian.
Keesokan harinya, Lulu kembali berjalan-jalan ke hutan untuk melihat keadaan sekitar. Di perjalanan, ia bertemu banyak hewan yang masih ketakutan akibat pemburuan liar kemarin.
Salah satunya, Lulu bertemu dengan seekor tupai. Lulu pun menegurnya, "Hey, Tupai, bagaimana kabarmu?".
"Aku baik-baik saja. Tapi, kau tahu telah terjadi pemburuan kemarin? Aku masih takut. Kau tidak takut jalan seorang diri?" kata tupai dengan suara cemas.
"Tidak usah takut, Tupai. Mau sampai kapan kau seperti ini? Kita harus tetap menjalani aktivitas kita," ujar Lulu menenangkan.
"Aku lanjut jalan dulu ya," tambahnya. Tupai pun ikut pergi sambil tersenyum.
Saat dalam perjalanan, Lulu bertemu dengan kancil yang sedang terkapar di tanah dan merintih kesakitan. Lulu pun langsung menghampirinya.
"Kancil, kamu kenapa?" tanya Lulu cemas.
Ia melihat kaki si kancil berlumuran darah. Lulu pun segera menolongnya dan mulai mengobati kaki kancil yang ternyata terkena tembakan.
Setelah diobati, kondisi kaki kancil berangsur-angsur membaik. Namun, ia masih belum bisa berjalan. Dengan wajah sedih, kancil berkata, "Lulu, terima kasih. Kamu sudah menolongku. Kalau tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati di tengah hutan".
Ia melanjutkan, "Aku juga ingin minta maaf atas perbuatanku selama ini. Maukah kamu memaafkanku, dan maukah kamu menjadi temanku?".
Lulu tersenyum lalu menjawab, "Kancil, tidak usah membahas masalah kemarin, ya. Aku sudah memaafkanmu. Tentu saja aku mau berteman baik". Sejak saat itu, mereka pun senang bermain bersama.
10. Cerita pendek Es Krim dari Sampah
Cerita pendek Es Krim dari Sampah merupakan kisah anak-anak bertema lingkungan yang dikemas secara lucu dan menarik. Cerita ini diambil dari buku Kumpulan Cerita Anak: Es Krim dari Sampah dan Cerita Lucu Lainnya! (2014) karya Tethy Ezokanzo dan Mantox Studio.
Sore itu, Pompom dan teman-teman bermain bola di taman. Mereka berlari, melompat dan menangkap bola dengan lincah.
"Hosh... hosh... hosh... capek," Pompom membungkuk memegang lutut.
"Istirahat dulu, yuk!" ajak Ditdot sambil mengeluarkan botol minum.
"Ahhh, aku lupa membawa minum," ujar Pompom.
"Minum punyaku saja," tawar Ditdot.
"Mhh... asyiknya kalau makan es krim," gumam Pompom sambil minum. Tapi uang Pompom sudah habis, ia hanya bisa membayangkan segarnya es krim.
"Kita main lagi, yuk!" Ditdot berdiri sambil menepuk Pompom.
"Ayo Pom, lempar bolanya! Hei, melamun, ya," tegur Moni.
Pompom terdiam. Pandangan matanya tertuju pada Pak Krebi yang mengorek-ngorek tong sampah.
"Kasihan Pak Krebi mencari makanan di sampah," kata Pompom.
"Pak Krebi sedang memilah sampah, kok," sahut Moni terbahak.
"Untuk apa?" tanya Pompom heran.
Pompom segera menghampiri Pak Krebi. "Hai Pak Krebi! Bapak sedang cari apa?" tanya Pompom.
"Oh, ini!" Pak Krebi mengacungkan botol bekas. Lalu ia memasukkannya ke kantong penuh botol dan kaleng bekas.
"Ini dapat dijual, lho!" Pak Krebi menjawab keheranan Pompom.
"Mahal ya?" tanya Pompom.
"Harganya sih tidak seberapa, tapi botol ini nanti bisa didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna," jelas Pak Krebi.
"Selain itu, hitung-hitung untuk membersihkan taman dari sampah," mendengar penjelasan Pak Krebi, Pompom tertarik untuk ikut mencari botol. Pompom tergiur dengan uang hasil penjualan botol.
"Lumayan kan buat jajan es krim," pikir Pompom.
Pompok melonjak senang ketika menemukan kaleng di bawah pohon.
Dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak botol dan kaleng. Dari kolong kursi hingga semak-semak, ada saja botol berserakan.
"Lumayan kan?" seru Pak Krebi.
Setelah botol dan kaleng terkumpul, Pak Krebi membawanya ke tukang loak.
Di sana botol dan kaleng ditimbang lalu ditukar dengan uang. "Ayo kita jajan es krim!" Pak Krebi mengacungkan uang yang diterimanya.
Keinginan Pompom tercapai, makan es krim!
"Lezatnya...," gumam Pompom. "Padahal es krim kita ini dari sampah hahaha," kata Pak Krebi terbahak-bahak.
Pompom tertawa gembira menikmati jajanan dari hasil usahanya sendiri.
Esoknya, Pompom bertekad untuk mengumpulkan botol lebih banyak. Terbayang jumlah es krim yang bisa dibelinya. Pompom mencari ke sana kemari, tapi ia tak menemukan satu pun.
Pompom kemudian melihat Moni yang sedang duduk sambil membaca buku. Hei, di sebelah Moni ada botol minuman.
Pompom melonjak senang. "Moni, botol ini untukku saja ya," Pompom langsung meraih botol Moni.
"Eh botolnya masih kupakai. Lumayan bisa diisi lagi," tolak Moni. Moni dan Pompom bertengkar seru.
"Moni, botol minuman dalam kemasan hanya boleh dipakai sekali saja," untunglah Pak Krebi melerai mereka.
"Kenapa?" tanya Moni heran.
"Kan sayang kalau langsung dibuang. Aku bisa menggunakannya lagi".
"Karena berbahaya untuk kesehatan. Kalau ingin menggunakannya lagi, carilah yang seperti punyaku ini," Pak Krebi menunjukkan botolnya.
Akhirnya Moni mengerti. Ia menyerahkan botolnya kepada Pompom.
Pompom senang menerimanya. Ia melanjutkan mencari botol bekas. Rupanya hari ini taman bersih dari sampah. Pompom hanya mendapat sedikit botol bekas. Ia pulang dengan langkah gontai.
Pompom sangat lelah. Sesampainya di rumah, ia langsung membuka kulkas mencari minuman dingin.
"Aha!" gumam Pompom riang. Dilihatnya ada banyak botol minuman. Ia mengambil semua botol itu lalu membuang isinya ke wastafel.
Untunglah Ibu segera muncul. "Astaga Pompom! Kenapa semua isinya dibuang?" jerit Ibu.
"Aku sedang mengumpulkan botol bekas," jawab Pompom polos.
"Tapi itu bukan bekaaas," Ibu berkata dengan putus asa.
Pompom hanya tertunduk malu dan takut. "Pompom mau beli es krim."
Mata Ibu membelalak lebar, tak mengerti apa hubungannya dengan es krim? Hanya Pompom yang tahu. Pompom kan ingin es krim dari sampah.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Peringati Hari Kemerdekaan RI, Yuk Ajak Anak Lomba Mendongeng Lewat Aplikasi

Parenting
4 Tahapan Mendongeng, Bisa Bunda Praktikan pada si Kecil

Parenting
3 Tips Mendongeng Seru dan Manfaatnya untuk Anak, Bunda Coba Yuk

Parenting
Manfaat Mendengarkan Dongeng untuk Anak

Parenting
Mengajarkan Sesuatu pada Anak Melalui Dongeng? Bisa Banget


7 Foto
Parenting
7 Potret Natarina Anak Taufik Hidayat yang Kini Beranjak Dewasa
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda