
parenting
Terbukti di 6.000 Anak, Ini Gaya Parenting yang Bikin Anak Tumbuh Cerdas
HaiBunda
Selasa, 29 Jul 2025 19:00 WIB

Daftar Isi
Setiap orang tua tentu ingin melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, dan bahagia. Namun, pilihan pola asuh sering kali menjadi dilema yang membingungkan.
Apakah harus lembut dan membebaskan? Ataukah lebih tegas dan disiplin? Jawabannya ternyata tidak sesederhana itu, karena setiap pendekatan memiliki dampaknya masing-masing.
Ada kabar menarik dari studi di Inggris yang melibatkan hampir 6.000 anak sejak 2013. Penelitian ini tidak hanya mengamati nilai akademis anak, tapi dari perkembangan sosial dan emosional mereka.
Melansir dari laman Times of India, para ahli menyimpulkan gaya pengasuhan yang seimbang, tidak terlalu lunak tapi juga tak kaku, adalah pendekatan yang paling efektif. Gaya ini dikenal sebagai pola asuh otoritatif.
Pola asuh otoritatif dapat dorong kecerdasan anak
Gaya pengasuhan otoritatif disebut sebagai yang paling ideal dalam studi SEED, Inggris. Bunda tidak hanya menetapkan aturan yang jelas, tetapi juga mendengarkan dan merespons kebutuhan emosional anak dengan penuh perhatian.
Dikutip dari Times of India, anak-anak yang dibesarkan dengan pendekatan ini cenderung lebih sukses secara akademis, khususnya dalam usia sekolah dasar. Mereka mampu memahami batasan tanpa merasa tertekan, karena dibimbing dengan kasih sayang.
Studi ini menunjukkan, bahwa anak usia 7-11 tahun yang dibesarkan dengan pola otoritatif memiliki "dampak yang lebih positif terhadap pencapaian KS2". Mereka lebih unggul dalam membaca, menulis, dan matematika.
Gaya ini memadukan ketegasan dengan kehangatan. Bunda dan Ayah tetap bisa menetapkan aturan, sambil tetap jadi tempat aman bagi Si Kecil untuk bercerita hingga belajar.
Anak pun tumbuh dalam rasa aman, tapi tetap terarah oleh batasan yang konsisten. Hal ini tentu dapat menciptakan anak yang percaya diri, mandiri, dan berprestasi dalam banyak aspek kehidupan.
Lingkungan rumah berperan penting
Bukan hanya soal aturan dan komunikasi, struktur dalam lingkungan rumah juga punya peran penting. Rutinitas harian atau jadwal sederhana memberi anak rasa aman dan kontrol.
Rumah yang terorganisir, baik lewat dukungan orang tua atau pengasuh, dapat memberikan dampak nyata pada kemampuan akademik anak. Anak-anak dalam lingkungan seperti ini mencatat kemajuan pesat, terutama di bidang sains dan matematika.
Penelitian juga menemukan bahwa anak yang mengikuti penitipan kelompok formal minimal 10 jam per minggu memiliki keterampilan literasi yang lebih baik. Hal ini menunjukkan lingkungan belajar yang terstruktur sangat mendukung perkembangan anak.
Keseimbangan emosi orang tua jadi kunci keberhasilan
![]() |
Gaya pengasuhan yang ideal tetap butuh dukungan dari kondisi emosi orang tua yang stabil. Bunda perlu memperhatikan diri sendiri sebelum bisa hadir secara utuh untuk anak.
Peneliti menekankan bahwa tekanan psikologis orang tua berdampak langsung pada keberhasilan sosial-emosional anak. Rumah yang kacau atau interaksi yang terlalu menuntut bisa merugikan tumbuh kembang anak.
Studi ini juga menyoroti dampak negatif lingkungan keluarga terhadap anak. Distres psikologis orang tua, kehidupan rumah tangga yang kacau, hubungan yang lebih invasif antara Bunda dan anak, yang mencerminkan masalah seperti ibu merasa berkonflik atau terganggu oleh anaknya dapat menyebabkan rendahnya keberhasilan sosial emosional anak di sekolah dasar.
Anak yang tumbuh di rumah dengan tekanan tinggi cenderung sulit fokus dan mudah cemas. Hal ini bisa berdampak pada prestasi dan hubungan sosialnya di masa depan.
Bagaimana cara Bunda memulai?
Dilansir dari Times of India, Kunci pengasuhan yang efektif adalah menciptakan keseimbangan antara sikap Bunda yang lembut dan tegas. Lalu, bagaimana cara memulainya di rumah? Berikut beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan:
1. Buat bagan tugas harian yang sederhana
Langkah awal yang bisa Bunda lakukan adalah membuat bagan tugas harian. Tugas-tugas kecil seperti merapikan mainan, menaruh sepatu di rak, atau menyiram tanaman bisa menjadi permulaan.
Dalam studi SEED: Journal of Scientific Research di Inggris, bahwa anak-anak yang diberi rutinitas terstruktur dengan bantuan bagan tugas cenderung berkembang lebih baik. Meskipun terdengar kaku, nyatanya kebiasaan ini bisa memberikan rasa aman bagi anak dalam menjalani hari-harinya.
2. Tetapkan jadwal tidur yang konsisten
Rutinitas tidur yang konsisten penting untuk perkembangan emosional dan kognitif anak. Misalnya, tidur pukul 8 malam dan bangun pukul 6 pagi secara rutin akan membentuk jam biologis yang sehat bagi tubuh anak.
Penelitian dari SEEDÂ menunjukkan struktur dan kebiasaan harian yang baik sangat penting. Termasuk di dalamnya adalah jadwal tidur yang teratur, yang bisa membantu anak meraih hasil akademik dan sosial yang lebih baik di usia sekolah dasar.
3. Kombinasikan aturan tegas dengan pendekatan yang hangat
Daripada bersikap terlalu lembut atau terlalu kaku, cobalah menerapkan gaya pengasuhan otoritatif. Anak tetap diajak berdiskusi, namun juga diarahkan dengan batasan yang tegas.
Gaya otoritatif terbukti paling efektif dalam mendukung pencapaian akademik anak usia 7-11 tahun. Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung lebih terarah dan mandiri karena merasa diperhatikan namun juga dipandu secara jelas.
4. Sediakan lingkungan rumah yang terstruktur tapi tidak kaku
Suasana rumah yang tertata, tidak bising, dan jauh dari distraksi berlebihan bisa membantu anak lebih fokus belajar dan berkembang. Ini bukan berarti rumah harus selalu rapi sempurna, tetapi penting untuk menghindari kekacauan yang mengganggu keseimbangan emosi anak.
Studi dari SEED juga menemukan, bahwa kondisi rumah tangga yang tidak stabil berdampak pada perkembangan anak. Disebutkan bahwa "kehidupan rumah tangga yang kacau" bisa menghambat keberhasilan Si Kecil.
5. Gunakan waktu berkualitas dengan anak sebagai momen edukasi
Tidak semua pembelajaran harus bersifat formal. Saat bermain, makan bersama, atau bepergian, Bunda bisa menyisipkan nilai-nilai seperti menghargai orang lain, menyelesaikan tugas hingga tuntas, atau mengelola waktu.
Anak yang menghabiskan waktu dalam lingkungan informal bersama keluarga cenderung unggul dalam aspek matematika. Hal ini berarti, Bunda bisa tetap jadi "guru" terbaik bagi anak di rumah, hanya dengan membangun momen berkualitas bersama di setiap harinya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kata Michelle Obama soal Beda Persepsi Parenting Ayah dan Ibu

Parenting
4 Pelajaran Parenting dari Ibunda Kamala Harris Bantu Anak Raih Kesuksesan

Parenting
Mengenal Pola Asuh Otoritatif: Ciri dan Dampaknya pada Anak, Bisa Bikin Si Kecil Lebih Bahagia

Parenting
Gaya Parenting Sophia Latjuba Ternyata Terinspirasi dari Ilmu China

Parenting
Beda Gaya Parenting Tiger Mom Vs Elephant Mom, Bunda Termasuk yang Mana?


7 Foto
Parenting
7 Potret Gaya Parenting Nadine Chandrawinata Kerap Dipuji Followers, Terbaru Ajak Anak Main di Sungai
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda