Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cara Bunda Mencintai Ayah Bisa Pengaruhi Gaya Mendisiplinkan Anak, Ini Kata Studi

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Kamis, 24 Jul 2025 18:20 WIB

Cara Bunda Mencintai Ayah Bisa Pengaruhi Gaya Mendisiplinkan Anak, Ini Kata Studi
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Virojt Changyencham
Daftar Isi
Jakarta -

Ketika Bunda memeluk Ayah dengan hangat setelah hari yang melelahkan atau sebaliknya, memilih diam karena kesal, ternyata anak juga bisa ikut merasakannya. Tanpa sadar, cara Bunda mencintai pasangan bisa membentuk perilaku Si Kecil.

Namun, apa hubungannya? Ternyata, orang tua yang memiliki hubungan romantis punya pengaruh besar terhadap cara mereka mendisiplinkan anak. Baik dengan pendekatan lembut maupun yang cenderung keras.

Dilansir dari laman PsyPost, studi dalam Family Relations menemukan bahwa orang tua yang merasa tidak aman dalam hubungan cenderung lebih mudah terpancing emosi. Hal ini membuat mereka lebih sering memberikan hukuman keras kepada anak.

Penelitian juga menunjukkan kurangnya rasa percaya diri dan sulitnya memahami emosi anak bisa memicu reaksi emosional yang berlebihan. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk lebih mengenal diri sendiri dan kondisi emosional anak.

Saat Bunda dan Ayah tidak akur, anak bisa menjadi korban pola asuh yang keras

Cara Bunda dan Ayah berhubungan satu sama lain ternyata bisa berdampak besar pada suasana di rumah. Kalau sering bertengkar atau cuek satu sama lain, suasana bisa jadi tegang dan membuat lebih mudah emosi, termasuk saat menghadapi anak.

Ketegangan semacam ini secara tidak langsung dapat mengganggu kedekatan dengan anak. Bukan hanya mempengaruhi suasana hati, tapi juga menentukan bagaimana orang tua merespons rengekan, tangisan, atau kenakalan anak.

"Orang tua dengan tingkat kecemasan keterikatan yang tinggi lebih cenderung memiliki fungsi reflektif yang rendah (yakni kemampuan untuk memahami emosi anak), yang pada akhirnya menyebabkan penggunaan disiplin keras lebih sering," ujar profesor dan ilmuwan senior di Universitas Kedokteran Wenzhou, Yili Wu. 

Waspadai dampak pola asuh yang terlalu keras pada anak

Dalam studi Family Relation bahwa pola asuh yang terlalu keras mungkin terasa efektif untuk sesaat, tapi bisa menyisakan dampak jangka panjang bagi anak. Sebelum terbiasa menggunakan disiplin ketat, Bunda perlu memahami risikonya bagi perkembangan emosional dan hubungan dengan anak.

1. Bisa mengganggu perkembangan emosi anak

Teriakan, ancaman, hingga hukuman fisik masih sering digunakan orang tua saat menghadapi kenakalan anak. Padahal, cara ini terbukti bisa berdampak buruk bagi perkembangan emosi dan mental anak.

2. Reaksi kasar bisa berasal dari ketidakpahaman emosi

Bunda mungkin tidak menyangka, tetapi rasa tidak percaya diri dan kesulitan memahami perasaan anak bisa membuat reaksi menjadi lebih kasar. Kalau tidak segera disadari, pola ini bisa terus terulang setiap kali anak berbuat salah.

3. Jarak emosional dengan pasangan bisa memengaruhi cara mendisiplinkan anak

Orang tua yang menjaga jarak emosional dari pasangannya juga cenderung menggunakan pendekatan dingin pada anak. Situasi ini bisa membuat anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak hangat dan penuh tekanan.

4. Rasa tidak percaya diri bisa picu disiplin yang keras

Rasa tidak percaya diri dalam mengasuh anak ternyata bisa memicu penggunaan disiplin yang keras. "Sebaliknya, orang tua dengan tingkat penghindaran tinggi lebih cenderung memiliki rasa percaya diri rendah dalam mengasuh, yang juga mengarah pada penggunaan disiplin keras," jelas Yili Wu.

Gaya cinta Ayah dan Bunda bisa bentuk pola asuh anak

Ternyata, cara Bunda dan Ayah menjalin hubungan bisa memberikan petunjuk tentang pola asuh yang diterapkan pada anak. Studi mengungkap bahwa gaya keterikatan romantis seperti aman, menghindar, atau takut, berpengaruh pada cara orang tua mendisiplinkan anak.

Mereka yang memiliki gaya keterikatan aman cenderung lebih sabar dan suportif dalam menghadapi perilaku anak. Sebaliknya, orangtua dengan gaya menghindar atau takut lebih berisiko menerapkan disiplin yang keras dan kurang sensitif terhadap kebutuhan emosional anak.

Orang tua dengan gaya menghindar biasanya menjaga jarak secara emosional dan enggan terlibat terlalu dalam. Sikap ini bisa membuat anak merasa diabaikan, terutama saat mereka butuh perhatian atau kenyamanan.

Di sisi lain, orang tua dengan gaya takut kerap diliputi kecemasan berlebih dan mudah merasa kewalahan. Dalam kondisi ini, mereka bisa menunjukkan kontrol yang berlebihan sebagai bentuk respon terhadap ketidakpastian, yang kemudian berdampak negatif pada Si Kecil.

1. Tingkatkan kemampuan reflektif lewat kesadaran diri

Bunda dan Ayah disarankan melatih diri untuk lebih sadar terhadap reaksi emosional mereka saat menghadapi anak. Kesadaran ini membantu Bunda memahami apakah respons yang muncul berasal dari situasi saat ini atau luka masa lalu.

Dengan mengenali asal-usul emosi, orang tua bisa mencegah tindakan disiplin yang reaktif. Ini memungkinkan pendekatan yang lebih bijak dan empatik dalam pengasuhan.

2. Bangun rasa percaya diri sebagai pengasuh

Kurangnya kepercayaan diri bisa membuat orang tua merasa ragu dan mudah terpancing emosi. Hal ini bisa berdampak pada pola pengasuhan yang keras atau tidak konsisten.

Studi menunjukkan bahwa rasa percaya diri berperan penting dalam pengambilan keputusan pengasuhan. Orang tua yang percaya diri lebih mampu mempertahankan pendekatan yang stabil dan positif saat menghadapi tantangan.

3. Ikuti workshop atau kelas parenting yang terstruktur

Partisipasi dalam pelatihan pengasuhan terbukti mampu meningkatkan kemampuan reflektif dan keterampilan regulasi emosi. Workshop ini juga memberi ruang bagi orangtua untuk berbagi pengalaman dan membangun dukungan sosial.

Pelatihan semacam ini efektif mencegah pola disiplin keras dengan memberi orangtua strategi konkret. Dengan pemahaman yang lebih baik, mereka dapat merespons perilaku anak tanpa kekerasan atau ancaman.

4. Perkuat hubungan emosional dengan pasangan

Kualitas hubungan romantis turut membentuk pola asuh dalam keluarga. Ketegangan dalam relasi pasangan bisa memperburuk stres pengasuhan dan memicu cara disiplin yang merugikan.

Membangun komunikasi yang sehat dengan pasangan bisa berdampak positif pada pola asuh anak. Ketika orang tua saling mendukung, mereka lebih siap menghadapi tantangan dalam mendampingi tumbuh kembang Si Kecil.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda