Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Kalimat yang Bikin Anak Enggan Mendengarkan Orang Tua Menurut Studi

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Kamis, 24 Jul 2025 22:40 WIB

Cara anak agar mendengarkan orang tua
Cara anak agar mendengarkan orang tua/ Foto: Getty Images/iStockphoto/calcassa
Daftar Isi

Membuat anak mau mendengarkan ucapan orang tua tanpa drama memang menjadi tantangan tersendiri bagi Ayah dan Bunda. Terkadang, sudah berkali-kali diingatkan, anak tetap saja bersikap seolah tidak mendengar.

Namun tahukah Bunda, bahwa pilihan kata saat berbicara dengan anak ternyata berpengaruh besar pada respon mereka? Alih-alih membuat anak patuh, beberapa kalimat justru bisa memicu reaksi defensif atau penolakan dari anak.

Hal ini diungkapkan oleh Reem Raouda, seorang pakar parenting sadar emosi yang telah mempelajari lebih dari 200 hubungan orang tua dan anak. Dalam tulisannya di laman CNBC, ia menyebut bahwa orang tua yang anak-anaknya mudah bekerja sama ternyata menghindari kalimat-kalimat tertentu yang dinilai “beracun”.

Nah, agar anak mau lebih terbuka dan mendengarkan, Bunda bisa mulai dengan menghindari lima kalimat berikut ini. Yuk, simak juga alternatif ucapannya yang lebih efektif dan penuh empati.

1. “Karena Mama bilang begitu.”

Kalimat ini membuat anak merasa tidak boleh bertanya atau menyampaikan pendapat. Menurut Reem, kalimat semacam ini hanya membuat anak menuruti perintah tanpa memahami alasan di baliknya. Anak pun merasa tidak dihargai dan seolah hanya disuruh-suruh saja.

Ubah dengan: "Mama ngerti kamu nggak setuju sama keputusan ini. Sekarang Mama jelaskan dulu, setelah itu kita lanjut, ya."

Menjelaskan alasan di balik keputusan membuat anak merasa dimengerti dan lebih mau bekerja sama. Bunda tidak sedang berdebat, melainkan menunjukkan kepemimpinan yang tetap tegas namun menghargai perasaan anak.

2. “Kalau enggak nurut, HP kamu Mama ambil!”

Ancaman semacam ini memang terlihat efektif sesaat, namun, kalimat bernada ancaman justru bisa membuat anak merasa tertekan. Hal ini bisa memicu reaksi penolakan karena mereka merasa dikontrol, sehingga makin sulit untuk diajak bekerja sama.

Ubah dengan: “Kalau kamu sudah siap untuk melakukan [perilaku yang diharapkan], kita bisa lanjutkan ke [aktivitas yang diinginkan].”

Masih melansir dari laman CNBC, pendekatan ini tetap mempertahankan batasan, namun memberi ruang bagi anak untuk memilih waktu yang tepat saat mereka siap mengikuti arahan. Bukan dengan ancaman, melainkan melalui komunikasi yang lebih positif dan membangun.

3. “Berhenti nangis, kamu kan enggak apa-apa.”

Kalimat ini sering kali dimaksudkan untuk menenangkan, tapi malah membuat anak merasa emosinya tidak valid. Akibatnya, anak bisa menutup diri atau sulit percaya bahwa perasaannya penting.

Ubah dengan: “Mama lihat kamu lagi sedih banget. Ceritain ke Mama ya, kenapa?”

Dengan mengakui emosi anak, Bunda sedang memperkuat hubungan emosional dengannya. Anak yang merasa dimengerti cenderung lebih cepat tenang dan merasa nyaman berada di dekat orang tuanya.

4. “Berapa kali Mama harus bilang?”

Kalimat ini mengandung frustrasi dan sering membuat anak merasa disalahkan. Padahal, alasan anak menolak bisa jadi karena mereka merasa kebingungan atau belum tahu cara melakukannya.

Ubah dengan: “Mama sudah minta beberapa kali. Boleh bantu Mama pahami, bagian mana yang bikin kamu kesulitan?”

Reem menjelaskan bahwa pendekatan ini mendorong anak untuk berpikir bersama dalam menemukan jalan keluar, bukan hanya fokus pada siapa yang salah. Ini juga mengajarkan anak berpikir kritis dan mengenali kesulitannya sendiri.

5. “Kamu tahu ini salah, kenapa masih dilakukan?”

Kalimat ini dapat terasa menghakimi dan membuat anak merasa malu. Dampaknya, anak bisa menjadi enggan berbicara terbuka atau bahkan membantah untuk membela diri.

Ubah dengan: “Sepertinya ada sesuatu yang bikin kamu kesulitan jadi versi terbaikmu sekarang. Ayo kita bicarakan.”

Kalimat pengganti ini menyampaikan bahwa Bunda percaya anak bisa lebih baik dan siap membantu, bukan menghakimi. Ini menciptakan ruang untuk refleksi dan pertumbuhan.

Rahasia agar anak mau mendengarkan

Kunci agar anak mau mendengarkan bukan pada kontrol, tapi pada suasana yang penuh rasa aman dan saling menghargai. Perubahan kata ini bukan hanya sekadar soal pilihan kata, tapi cerminan dari pendekatan pengasuhan yang lebih sadar dan empatik.

Ketika anak merasa dihargai, didengarkan, dan dilibatkan, kerja sama pun terjadi secara alami. Dan yang paling penting, mereka belajar mengenali emosi serta mengatur diri mereka sendiri dengan lebih sehat.

Nah, itu dia Bunda, lima kalimat yang sebaiknya dihindari dan alternatifnya yang lebih efektif. Semoga artikel ini bisa membantu Bunda membangun komunikasi yang lebih sehat dan penuh kedekatan dengan si kecil, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda