Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Cegah Gangguan Sejak Dini Menurut Psikolog

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Rabu, 16 Jul 2025 14:10 WIB

5 Cara Mencegah Mental Anak dan Cegah Gangguan Sejak Dini
Ilustrasi/Foto: Getty Images/AJ_Watt
Daftar Isi
Jakarta -

Menjaga kesehatan mental anak termasuk salah satu bagian penting dari proses tumbuh kembang Si Kecil. Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum menyadari bahwa gangguan mental bisa dialami anak-anak bahkan sejak usia dini.

Kesehatan mental anak terlihat dari cara mereka mengelola emosi dan berinteraksi sosial sesuai usianya. Anak yang sehat mentalnya bisa mengekspresikan perasaan tanpa meledak-ledak.

Hal ini tentu tidak lepas dari berbagai faktor yang memengaruhinya. Faktor genetik memang berperan, tetapi lingkungan keluarga justru punya pengaruh yang jauh lebih besar.

Hal ini juga ditegaskan oleh Psikolog Klinis Anak RS Siloam Sriwijaya, Devi Delia, M.Psi., Psikolog dalam sesi live Instagram bersama Haibunda bertema "Cara Mencegah Mental Anak & Cegah Gangguan Sejak Dini". Menurut Devi, anak bisa tumbuh rapuh secara emosional jika orang tua terlalu mempermudah segalanya.

"Anak yang terlalu difasilitasi dan selalu dituruti keinginannya akan kesulitan menghadapi kekecewaan," ujarnya.

Cara menjaga kesehatan mental anak menurut psikolog

Menurut Devi, menjaga kesehatan mental anak harus dimulai sejak dini lewat hal-hal kecil yang sering kali terabaikan. Pola asuh, cara orang tua merespons emosi anak, hingga pemberian batasan yang tepat sangat memengaruhi kondisi mental Si Kecil.

1. Jangan terlalu sering melarang anak

Larangan berlebihan membuat anak kehilangan kepercayaan diri. Anak jadi takut mencoba dan merasa semua pilihannya salah.

Jika terlalu sering dilarang, anak bisa tumbuh dengan rasa insecure dan takut mengambil keputusan. Lambat laun, hal ini bisa menghambat kepercayaan dirinya dalam mencoba hal-hal baru.

"Padahal ada fase usia di mana anak sedang eksplor, mereka ingin mencari tahu ini sebenarnya apa sih," kata Devi.

2. Bangun kepercayaan sejak kecil

Percayalah bahwa anak mampu menyelesaikan hal-hal kecil secara mandiri, Bunda. Langkah sederhana ini sangat berarti dalam membangun rasa percaya dirinya sejak dini.

"Kita kasih kesempatan anak untuk menjawab. Misalnya saat ditanya nama sama orang lain, 'Namanya siapa?' Pelan-pelan, bertahap," ujar Devi.

3. Perhatikan reaksi anak saat dimarahi

Respons anak saat dimarahi bisa menjadi salah satu indikator kondisi mentalnya lho, Bunda. Ada anak yang langsung ketakutan dan merasa bersalah, tapi ada juga yang terlihat cuek karena terlalu sering dimarahi.

"Kita lihat dulu apakah anak sudah terbiasa cuek atau terbiasa dimarahi," ujar Devi.

4. Validasi emosi anak

Validasi merupakan salah satu bentuk dukungan yang penting dalam tumbuh kembang emosional anak. Bahkan, anak yang belum bisa bicara pun tetap membutuhkan bantuan untuk mengenali dan mengekspresikan emosinya.

"Jadi kita validasi, kita memahami emosi mereka, itu akan membantu perkembangan emosi mereka jadi lebih baik," kata Devi.

Kalimat sederhana seperti, "Sedih ya mainannya rusak," bisa terasa sangat berarti bagi anak. Lewat kata-kata tersebut, anak belajar bahwa emosi mereka diterima dan tidak perlu ditekan.

5. Beri perhatian tanpa menunggu anak berulah

Si Kecil sering kali mencari perhatian dengan cara 'berulah'. Namun, hal ini sebenarnya bisa dicegah jika anak merasa diperhatikan dan dicintai setiap saat.

"Anak itu tetap perlu mendapat atensi tanpa harus jatuh dulu, atau nangis dulu," jelas Devi.

Cara mencegah gangguan mental pada anak sejak dini

anak sedihIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix

Gangguan mental pada anak bisa dicegah jika Bunda memahami tanda-tandanya sejak dini. Dengan pendekatan yang tepat, Bunda bisa membantu anak tumbuh lebih stabil.

Berikut cara mencegah gangguan mental pada anak sejak dini menurut Psikolog Devi:

1. Kenalkan anak pada cara mengelola emosi

Ajari anak mengenali dan menyebutkan perasaannya sejak dini. Langkah sederhana ini dapat membantu mereka mengelola emosinya dengan lebih baik saat menghadapi situasi tidak menyenangkan.

Jika anak terlihat terus-menerus gelisah, sulit tidur, atau menolak aktivitas tertentu jauh sebelum waktunya, ini bisa jadi tanda anxiety. Mengenali sejak awal bisa membantu Bunda mengambil langkah yang tepat sebelum kondisinya memburuk.

"Anak pemalu itu baru muncul rasa deg-degan saat tampil, sedangkan kecemasan sosial sudah takut dari jauh-jauh hari sampai nggak bisa makan atau tidur," jelas Devi.

2. Batasi penggunaan gadget pada Si Kecil

Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak bisa memicu kecanduan dan masalah emosi lho, Bunda. Anak bisa menjadi mudah marah, sulit fokus, dan tantrum.

"Gadget secara ilmunya sendiri sama seperti kecanduan obat-obatan," tegas Devi.

Oleh karena itu, psikolog menyarankan untuk melakukan detoks gadget selama tiga hari penuh. Cara ini membantu Si Kecil perlahan lepas dari ketergantungan dan lebih stabil secara emosi.

"Solusinya, lakukan detoks gadget selama tiga hari penuh, tidak diberikan gadget sama sekali. Setelah masa detoks itu selesai, baru kita terapkan aturan baru yang lebih sehat dan terukur," tutur Devi.

3. Buat aturan yang konsisten

Setelah detoks gadget, Bunda bisa mulai menerapkan aturan baru yang tegas namun tetap fleksibel sesuai usia Si Kecil. Batasan yang jelas justru membuat anak merasa lebih aman dan terarah dalam beraktivitas.

"Saya selalu sarankan, tolong dibantu dengan aturan, jangan sampai terlanjur kecanduan. Secara ilmu, kecanduan gadget itu hampir sama seperti kecanduan obat-obatan," katanya.

4. Gunakan sistem reward yang sehat

Memberi hadiah pada anak boleh saja, asalkan tidak dijadikan kebiasaan yang memanjakan. Hal yang lebih penting adalah mengajarkan anak bahwa usaha dan proses yang dijalani itu bernilai, bukan hanya soal hasil akhirnya.

"Sesekali boleh kita mau menanamkan ke diri anak bahwa tujuannya bukan jajannya, bukan reward-nya, lebih ke bisa menyelesaikan apa yang harus diselesaikan," jelas Devi.

Bunda bisa menerapkan sistem stempel sebagai bentuk penghargaan atas usaha anak. Setelah stempelnya terkumpul, anak boleh menukarnya dengan hadiah kecil yang menyenangkan.

5. Tenangkan diri dulu sebelum menghadapi anak tantrum

Jangan langsung marah saat anak sedang tantrum, ya, Bunda. Coba tenangkan diri terlebih dulu agar Bunda bisa merespons emosi anak dengan lebih sabar dan bijak.

"Saya meminta orang tua sebisa mungkin saat situasi meledak, jangan bereaksi dulu. Tenangkan diri dulu, coba menata diri dulu," ucap Devi.

Setelah Bunda merasa lebih tenang, rangkul Si Kecil dengan penuh kasih. Kemudian, beri Si Kecil waktu untuk memproses emosinya sampai siap diajak bicara kembali.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda