Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Sampai Kapan Anak Perlu Diantar ke Sekolah? Ini Kata Pakar

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Rabu, 16 Jul 2025 14:20 WIB

Sampai Kapan Anak Perlu Diantar ke Sekolah?
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Sasiistock
Daftar Isi
Jakarta -

Setiap pagi, banyak orang tua harus melewati momen perpisahan dengan anak di gerbang sekolah. Ada yang lancar tanpa drama, tapi tak sedikit pula yang diwarnai tangisan dan pelukan erat.

Wajar, kok, Bunda. Apalagi bagi anak usia dini, perpisahan dari orang tua bisa terasa berat. Namun, penting juga bagi anak untuk belajar mandiri-terutama ketika sudah siap secara emosional.

Terkait hal tersebut, Psikolog dari St. Ursula Jakarta, Madeline Jessica, M.Psi., memaparkan secara runtut tentang usia ideal anak mulai ditinggal di sekolah, hingga cara tepat mendampinginya selama masa transisi.

"Kesiapan anak untuk ditinggal bukan cuma soal umur, tapi juga soal emosi dan pengalaman sebelumnya," ujar Madeline.

Sampai kapan anak perlu diantar ke sekolah?

Pada usia dini, khususnya umur 2-5 tahun, anak memang masih berada pada tahap perkembangan awal atau early childhood. Di masa ini, keterikatan emosional dengan orang tua sangat kuat dan menjadi pondasi penting dalam proses tumbuh kembangnya.

Namun, kebutuhan akan pendampingan fisik, seperti mengantar hingga masuk kelas, tidak berlaku selamanya. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, anak akan mulai menunjukkan tanda-tanda kemandirian secara emosional maupun sosial.

Menurut Madeline Jessica, pendampingan fisik idealnya mulai dikurangi saat anak sudah mulai mampu beradaptasi. Namun, tentunya ini tetap tergantung pada karakter dan kesiapan masing-masing anak.

"Pendampingan fisik sebaiknya mulai dikurangi saat anak sudah siap secara emosional, biasanya di usia 4-6 tahun tergantung kondisi dan karakter anak," katanya. 

Bunda bisa mulai melihat kesiapan anak dari bagaimana mereka berpisah di pagi hari. Jika anak sudah bisa berpisah tanpa drama berlebih atau tampak nyaman berada di lingkungan sekolah, itu bisa jadi sinyal bahwa orang tua bisa mulai melepas pendampingan secara bertahap.

Namun, bila anak masih menunjukkan kecemasan yang intens dan berlangsung terus-menerus, mungkin ia butuh waktu adaptasi lebih lama. Pendampingan bisa dilakukan secara bertahap sambil tetap memberi ruang bagi anak untuk membangun rasa percaya diri di lingkungan sekolah.

Kapan waktunya anak mulai belajar mandiri?

Proses belajar mandiri tidak terjadi dalam semalam, Bunda. Anak perlu waktu dan bimbingan untuk merasa aman, percaya diri, dan mampu menghadapi aktivitas tanpa kehadiran orang tua secara langsung.

Waktu yang tepat untuk mulai melepas pendampingan biasanya muncul saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan. Misalnya, anak sudah berani masuk kelas sendiri, tidak menangis saat ditinggal, dan bisa mengikuti rutinitas di sekolah tanpa banyak bantuan.

"Biasanya, hal ini mulai terlihat di usia 4 sampai 6 tahun, tergantung dari temperamen dan kemampuan emosional anak masing-masing," ujar Madeline.

Madeline menjelaskan orang tua perlu jeli membaca sinyal ini agar tidak terburu-buru maupun terlambat dalam memberi kepercayaan kepada anak. Hal yang terpenting, Bunda tetap hadir memberikan dukungan emosional di rumah.

Waspadai tanda anak masih kesulitan berpisah

Anak menangis saat ditinggal di sekolah merupakan hal yang wajar. Namun, kalau tangisannya berlangsung lama, sulit tidur sendiri, atau sering mengeluh sakit perut tiap pagi, bisa jadi itu tanda separation anxiety.

Menurut kriteria dalam DSM-5, kondisi ini perlu diperhatikan jika terjadi terus-menerus dan sampai mengganggu aktivitas harian anak. Misalnya, anak jadi menolak sekolah berulang kali atau takut ditinggal walau hanya sebentar.

"Anak bisa merasa takut ditinggal karena pikirannya dipenuhi kekhawatiran, apakah Bunda akan kembali atau tidak," kata Madeline.

Kalau Bunda mulai melihat tanda-tanda ini, tetap tenang, ya. Berikan pelukan, validasi emosinya, dan dampingi proses adaptasinya perlahan.

Tips 'melepaskan' anak dengan penuh kasih dan konsisten

1. Ucapkan salam perpisahan yang jelas dan hangat

Jangan terburu-buru pergi, Bunda. Coba ucapkan, "Bunda pamit ya, nanti jemput setelah main dan makan siang," supaya anak tahu perpisahan ini hanya sementara.

Dengan ucapan yang hangat dan rutin, anak akan belajar bahwa Bunda selalu kembali. Hal ini memberikan rasa aman dan membantu membentuk kepercayaan diri saat berpisah.

2. Buat rutinitas yang konsisten

Lakukan perpisahan di tempat yang sama setiap hari, misalnya selalu pamit di depan pintu kelas. Pola ini membuat anak merasa familiar dan lebih siap secara emosional.

Konsistensi adalah kunci agar anak merasa aman. Rutinitas sederhana bisa memberi sinyal bahwa semua baik-baik saja.

3. Hindari pergi diam-diam

Meninggalkan anak tanpa pamit bisa bikin mereka merasa ditinggalkan dan cemas. Hal ini justru bisa membuat adaptasinya jadi lebih sulit.

"Hindari pergi diam-diam, karena justru bisa membuat anak merasa ditinggal dan kehilangan rasa aman," jelas Madeline.

Maka dari itu, pamitlah dengan tenang dan tegas meski anak menangis. Hal tersebut dapat membantu anak belajar bahwa perpisahan bukan sesuatu yang menakutkan.

4. Tegas tapi tetap lembut

Tunjukkan bahwa Bunda percaya anak bisa mandiri, tapi sampaikan dengan nada lembut dan penuh kasih. Pada akhirnya, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak.

Anak bisa menangkap keyakinan dari sikap orang tua. Kalau Bunda yakin anak bisa, Si Kecil pun perlahan akan yakin pada dirinya sendiri.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda