
parenting
Mengenal Low Stimulation untuk Anak & Kegiatannya Tanpa Harus Pegang Gadget
HaiBunda
Rabu, 16 Jul 2025 22:30 WIB

Daftar Isi
Stimulasi sangat penting diberikan untuk anak-anak terutama untuk menunjang tumbuh kembangnya. Nah, agar anak tetap terstimulasi dan minim bermain gadget, ada aktivitas low stimulation yang dapat Bunda berikan.Â
Permainan sensori low stimulation dapat memberikan apa yang sangat dibutuhkan oleh anak. Hal ini termasuk salah satunya kegiatan seru yang sekaligus merangsang berbagai indra tubuhnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan ini juga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus dan membantu perkembangan kognitif.
Apa itu aktivitas low stimulation?
Dikutip dari laman Love to Know, aktivitas low stimulation atau rendah stimulasi umumnya termasuk kegiatan yang tidak memakan banyak waktu atau tenaga dari orang tua.
Kegiatan yang dilakukan bertempo lambat dan menenangkan ini membantu Bunda mendapatkan ketenangan, tanpa harus menghabiskan banyak waktu untuk persiapan. Beberapa kegiatan ini juga dapat digunakan sebagai waktu tenang bagi Si Kecil untuk bermain secara mandiri.
Tips menerapkan aktivitas rendah stimulasi
Saat ingin beristirahat atau punya waktu tenang (quiet time), anak mungkin akan lebih menikmati aktivitas sederhana seperti membaca atau menyusun puzzle. Hal ini juga dapat menjadi waktu yang tepat bagi anak untuk menenangkan diri setelah menjalani hari-hari belajar.
Menambahkan kegiatan low stimulation ke dalam rutinitas harian juga bisa membantu anak lebih mudah bertransisi menuju waktu tidur siang atau malam.
Dilansir dari Motherly dan Parenting First Cry, berikut ini beberapa tips untuk membantu menjadikan waktu kegiatan rendah stimulasi ini tetap menyenangkan dan menenangkan untuk anak:
1. Batasi pilihan
Jangan tawarkan terlalu banyak aktivitas. Cukup sediakan dua atau tiga pilihan sederhana agar anak tidak kewalahan.
2. Hindari screentimeÂ
Sebisa mungkin jauhkan anak dari layar gadget, untuk membantu menciptakan suasana tenang yang lebih banyak.Â
3. Lakukan secara menyenangkan
Sediakan beberapa mainan khusus yang hanya boleh dimainkan saat waktu tenang, agar anak merasa antusias menantikan waktu ini.
4. Ikuti kemampuan anak
Berikan kesempatan bagi anak untuk bermain sesuai dengan kemampuannya, tanpa memaksakan. Dengan begitu, anak akan merasa lebih bahagia saat menjalaninya.
5. Perhatikan potensi risiko
Selalu utamakan keselamatan bersama saat mendampingi anak bermain, termasuk perhatikan keberadaan benda-benda yang berisiko bahaya seperti kabel, colokan listrik, atau benda kecil yang bisa membuat anak tersedak (terutama jika mereka punya waktu bermain sendiri).
Apa saja aktivitas low stimulation untuk anak?
Masih bingung memilih kegiatan rendah stimulasi yang cocok untuk anak? Berikut beberapa contoh aktivitas yang dapat Bunda berikan dikutip dari berbagai sumber:
1. Menggambar atau mewarnai
Aktivitas seni seperti menggambar, melukis maupun mewarnai bisa dilakukan sebagai kegiatan seru dan edukatif untuk anak usia balita. Siapkan meja kecil dengan berbagai buku mewarnai, krayon, dan pensil warna yang mudah dijangkau oleh anak.Â
Bunda juga bisa menyediakan alat menggambar lain seperti cat air atau spidol untuk mendorong kreativitas yang berbeda.
2. Bermain puzzle
Bermain puzzle bisa menjadi salah satu kegiatan low stimulation yang cocok untuk anak-anak, terutama guna menstimulasi motorik halus dan problem solving.
Anak usia 3-4 tahun mungkin akan lebih menyukai puzzle dengan potongan bergambar binatang, bentuk, atau warna.
Sementara anak usia 5 tahun ke atas rata-rata lebih menyukai puzzle dengan lebih banyak potongan dan gambar yang sesuai dengan hobinya.
3. Ajak mengobrol
Aktivitas menenangkan untuk balita tidak selalu memerlukan alat atau perlengkapan lho, Bunda. Ajak Si Kecil untuk mengobrol dengan tenang dan dengarkan dengan seksama, juga bisa memberikan stimulasi rendah yang mereka butuhkan.
Cobalah memulai percakapan yang bisa mereka ikuti dengan pertanyaan sederhana. Misalnya, 'hewan apa yang paling kamu suka?' atau tunjukkan hal yang bisa diamati di sekitar, 'lihat daun-daun hijau di pohon besar itu'.
4. Bermain ayunan
Bukan cuma orang dewasa, anak-anak juga pernah merasa overstimulasi. Oleh sebab itu, mereka juga butuh istirahat dari stimulasi emosional akibat aktivitas edukatif.
Dampak menenangkan dari aktivitas fisik ringan pun tetap bisa Bunda berikan secara bertahap. Termasuk dengan bermain ayunan di taman.
Waktu beberapa menit saja cukup untuk menenangkan pikiran dan tubuh kecil mereka. Selain memberi waktu istirahat dari aktivitas lain, kegiatan ini juga memungkinkan mereka menikmati sensasi dari gerakan tersebut.
5. Meniup gelembung sabun
Bermain meniup gelembung sabun dapat memberikan pengalaman visual yang menenangkan bagi anak. Lakukan secara bergantian agar ia juga bisa bermain mengejar gelembung, Bunda.Â
6. Bermain stiker
Bermain menempel dengan stiker juga menjadi salah satu aktivitas rendah stimulasi untuk anak. Siapkan sebuah buku catatan dan selembar stiker.
Setelah itu, tunjukkan pada anak bagaimana cara melepas stiker dan menempelkannya ke dalam buku, lalu biarkan mereka melanjutkan sendiri.
7. Eksplorasi aroma
Aktivitas sensori dapat melatih indra penciuman anak. Masukkan beras atau pasir ke dalam wadah kecil dan tambahkan benda-benda sensori seru yang disukai olehnya.
Kemudian tambahkan aroma menarik seperti kayu manis, vanila, jeruk, bunga, atau rempah segar. Biarkan anak menggali dan mencium aroma yang paling mereka sukai.
8. Bermain alat musik
Mendengar musik yang lembut dan menarik dari berbagai alat musik berbeda akan membantu menstimulasi Si Kecil. Musik juga bisa menjadi cara menenangkan untuk membuat anak tetap sibuk lho, Bunda.Â
9. Bermain dengan es beku
Bekukan beberapa mainan seperti bebek karet atau mobil mainan dalam mangkuk besar atau cetakan es, lalu keluarkan. Biarkan Si Kecil biarkan anak-anak bersenang-senang mencoba mencari cara untuk mengeluarkannya saat es perlahan mencair.
10. Mengelompokkan benda
Mengelompokkan benda seperti mainan atau barang-barang apapun yang ada di rumah bisa dilakukan untuk menstimulasi anak. Biarkan mereka mengelompokkan benda berdasarkan ukuran, bentuk, atau warna.
Seiring bertambah usia, mereka bahkan bisa mengelompokkan berdasarkan berat, tekstur, atau kegunaan.
Sebagai contoh, mengelompokkan buah berdasarkan warna ke dalam wadah. Bisa juga dengan meminta anak mengelompokkan berdasarkan bentuk bulat, persegi, atau segitiga.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
9 Ide Stimulasi Anak 1-2 Tahun agar Perkembangannya Optimal, Lakukan di Rumah Yuk

Parenting
7 Ide Stimulasi Anak 2 Tahun untuk Latih Perkembangan Motorik Kasar dan Halus

Parenting
6 Manfaat Busy Book untuk Anak, Benarkah Bisa Tingkatkan Keterampilan Motorik Halus?

Parenting
7 Mainan Ini Bikin Anak Happy saat Mandi, Bantu Ia Belajar juga Bun

Parenting
3 Cara Pantau Tumbuh Kembang Anak


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda