Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cuaca Besok Hujan atau Panas? Ini Cara BMKG Memprediksinya yang Menarik Diketahui Anak

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 08 Jul 2025 22:30 WIB

Cuaca Besok Hujan atau Panas? Ini Cara BMKG Memprediksinya yang Menarik Diketahui Anak
Ilustrasi Cuaca Besok Hujan atau Panas? Ini Cara BMKG Memprediksinya yang Menarik Diketahui Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sasiistock
Daftar Isi
Jakarta -

Untuk memprediksi cuaca besok hujan atau panas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) punya cara tersendiri yang menarik untuk dipelajari bersama Si Kecil.

Dikutip dari laman resmi BMKG, mereka memiliki tugas penting tugas pemerintahan di bidang penyelenggaraan meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Termasuk salah satunya memprediksi cuaca.

Namun bukan dalam waktu yang singkat, hasil ini didapat dari hasil proses ilmiah yang kompleks dan terstruktur.

Cara BMKG Memprediksi Cuaca Besok Hujan atau Panas

Proses prediksi cuaca BMKG diawali dengan mengumpulkan data dari langit dan bumi. Pengumpulan data ini bisa didapat dari berbagai sumber.

Termasuk seperti stasiun cuaca di darat dan laut, yang mencatat suhu, angin, dan tekanan udara. Bisa juga dari citra satelit, yang memantau awan dan suhu permukaan bumi.

Radar cuaca juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan hujan dan badai. Sensor otomatis kemudian akan mengirimkan data secara real-time, lalu diproses dengan model komputer. 

Data tersebut diproses menggunakan simulasi atmosfer yang dikenal sebagai Numerical Weather Prediction atau NWP. 

Dalam laman resminya, BMKG menyebut bahwa NWP memainkan peran penting dalam meteorologi, dengan menyediakan data penting untuk prakiraan cuaca yang akurat.

Pada akhirnya, ahli meteorologi BMKG akan menafsirkan hasil model, menyesuaikan dengan kondisi lokal yang unik serta mengoreksi prediksi jika perlu. Setelah perkiraan cuaca sudah terverifikasi, kemudian informasi ini akan diinformasikan ke publik. 

Citra satelit cuaca yang digunakan BMKG

Berikut beberapa citra satelit yang digunakan BMKG untuk memperkirakan cuaca, Bunda:

1. Himawari-9 IR Enhanced

Himawari-9 EH menunjukkan suhu puncak awan yang didapat dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang 10.4 mikrometer. Kemudian ini diklasifikasi dengan pewarnaan tertentu.

Warna hitam atau biru menunjukkan tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah). Semakin dingin suhu puncak awan, ditandai dengan warna mendekati jingga hingga merah, menunjukan pertumbuhan awan yang signifikan dan berpotensi terbentuknya awan Cumulonimbus.

2. Himawari-9 Rainfall Potential

Produk turunan Himawari-9 Potential Rainfall adalah produk yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi curah hujan, yang disajikan berdasarkan kategori ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat.

Hasil ini didapat dengan menggunakan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.

3. GSMaP Consecutive Dry Days

Perhitungan hari tanpa hujan (HTH) yang digunakan berdasarkan data GSMaP harian, sehingga diperoleh peta yang lebih detail untuk menentukan wilayah yang berpotensi terjadi kekeringan.

4. GK2A Water Vapor Enhanced

Produk GK2A Water Vapor Enhanced menampilkan kondisi kelembapan atmosfer padal lapisan menengah hingga atas, yang didapat dari radiasi infrared pada panjang gelombang 6.2 mikrometer. 

Ini dapat menunjukkan kondisi kelembapan udara sebagai bahan pembentukan awan, di mana wilayah yang berwarna biru menunjukkan kondisi basah. 

Biasanya hasil ini digunakan untuk mengamati pergerakan massa udara kering dari benua Australia pada musim kemarau.

5. Himawari-9 RDCA

Produk ini adalah hasil kolaborasi penelitian dengan JMA untuk menentukan awan Cumulus yang berpotensi menjadi Cumulonimbus (tanda positif merah) dalam 1 jam ke depan.

Destinasi Wisata yang Berpotensi Cuaca Ekstrem Saat Libur Sekolah

BMKG menjelaskan musim kemarau 2025 belum terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan angin Monsun Australia yang masih lemah. Padahal secara normal, seharusnya ini sudah dominan pada periode Maret hingga Mei. 

Selain itu, suhu muka laut di selatan Indonesia yang lebih hangat dari biasanya turut memperkuat pertumbuhan awan konvektif yang memicu hujan deras.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa kondisi atmosfer saat ini juga dipengaruhi oleh beberapa sistem skala mingguan. Termasuk seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin. 

Ketiga faktor ini masih aktif dan memperbesar peluang terbentuknya awan hujan, terutama di wilayah yang belum sepenuhnya memasuki musim kemarau.

"Seharusnya, pada periode Maret hingga Mei angin Monsun Australia sudah dominan membawa massa udara kering dari selatan. Namun tahun ini, kekuatannya tertahan, sehingga sistem atmosfer skala mingguan seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin masih aktif dan turut mendorong pembentukan awan-awan hujan," ujar Dwikorita.

BMKG memperkirakan peningkatan curah hujan dalam sepekan ke depan akan terjadi di wilayah selatan Indonesia, termasuk destinasi wisata seperti Jawa Tengah dan Timur, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Kalimantan. 

Di sejumlah lokasi wisata populer seperti Puncak, Bandung Utara, Yogyakarta, Malang, hingga Batu, potensi hujan pada siang hingga malam hari bisa menimbulkan gangguan seperti genangan, jalan licin, atau pohon tumbang. 

Sementara itu, kawasan wisata pesisir seperti Bali, Lombok, dan Labuan Bajo berisiko mengalami gelombang tinggi dan angin kencang yang membahayakan aktivitas laut.

Jika hendak pergi liburan bersama keluarga, diimbau untuk selalu membawa perlengkapan tambahan seperti jas hujan atau pakaian hangat. Tunda dulu aktivitas luar ruang jika terdapat peringatan cuaca buruk.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda