Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dulu Dianggap Merusak Otak, Protein Ini Ternyata Penting untuk Tumbuh Kembang Bayi

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 08 Jul 2025 21:00 WIB

Ilustrasi gelang bayi baru lahir
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Nenov
Daftar Isi
Jakarta -

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa protein yang lama dikenal merusak otak dan menjadi penyebab Alzheimer. Hal ini ternyata karena ada dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir. Apa efeknya?

Penemuan ini berpotensi mengubah pemahaman yang sudah lama dipercaya, tentang perkembangan otak maupun penyakit Alzheimer itu sendiri. 

Seperti diketahui, Alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak, terutama pada kemampuan berpikir, mengingat, berbicara, dan perilaku. 

Apa jenis protein yang dimaksud?

Dikutip dari The Independent, protein yang dimaksud bernama 'p-tau217'. Selama ini jenis protein tersebut dianggap sebagai ciri kerusakan dan kematian sel-sel saraf (neuron) secara bertahap di otak.

Namun sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa protein ini justru banyak ditemukan dalam otak bayi. Alih-alih bersifat toksik, p-tau217 mungkin justru penting untuk membangun otak selama masa awal perkembangan.

Cara kerja otak yang sehat

Dalam otak yang sehat, 'tau' adalah protein yang membantu menjaga kestabilan sel-sel otak dan memungkinkan mereka saling berkomunikasi. Ini merupakan fungsi yang penting bagi proses mengingat dan kinerja otak secara keseluruhan. 

Pada seseorang dengan penyakit Alzheimer, tau mengalami perubahan kimiawi menjadi bentuk lain yang disebut p-tau217. 

Protein yang telah berubah ini justru menumpuk dan membentuk gumpalan di dalam sel otak, sehingga mengganggu fungsi sel dan menyebabkan hilangnya ingatan.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menganggap kadar tinggi p-tau217 adalah pertanda buruk. Namun penelitian baru ini menunjukkan bahwa teori tersebut mungkin keliru.

Studi baru tentang protein p-tau217

Tim peneliti yang dipimpin oleh University of Gothenburg menganalisis sampel darah dari lebih dari 400 orang, termasuk bayi baru lahir sehat, dewasa muda, orang lanjut usia, dan pasien Alzheimer. 

Hasilnya ditemukan bahwa bayi prematur memiliki konsentrasi p-tau217 tertinggi dibandingkan kelompok manapun. Sementara itu, bayi yang lahir cukup bulan menempati urutan kedua. Semakin dini kelahiran, semakin tinggi kadar protein. Namun para bayi ini seluruhnya dalam kondisi sehat.

Kadar ini turun drastis selama bulan-bulan pertama kehidupan, kemudian tetap sangat rendah pada orang dewasa sehat. Ditemukan bahwa kadarnya meningkat kembali pada pasien Alzheimer, meski tidak setinggi pada bayi baru lahir.

Pola ini menunjukkan bahwa ada potensi p-tau217 memainkan peran penting dalam perkembangan otak di tahap awal, terutama di area yang mengontrol gerakan. Jadi, alih-alih menyebabkan kerusakan, protein ini diduga kuat turut mendukung pembentukan jaringan saraf baru.

Tinjauan ulang hasil studi terhadap Alzheimer

Dikutip dari Science Alert, temuan studi tersebut memperjelas cara menafsirkan tes darah untuk p-tau217, yang baru-baru ini disetujui oleh Amerika Serikat untuk membantu diagnosis demensia.

Kadar tinggi tidak selalu menandakan penyakit, sebab faktanya pada bayi hal ini justru menjadi bagian dari perkembangan otak yang normal dan sehat.

Hal yang lebih menarik, penelitian ini menimbulkan pertanyaan lanjutan. Mengapa otak bayi baru lahir tidak terpengaruh negatif dari jumlah besar p-tau217, sementara protein yang sama justru merusak otak orang dewasa yang lebih tua?

Diharapkan jika nanti para ilmuwan bisa mengungkap mekanisme perlindungan ini, pengobatan untuk penyakit Alzheimer bisa diperbarui. 

Memahami bagaimana otak bayi mengelola kadar tau tinggi tanpa membentuk kerusakan, diharapkan bisa membuka pendekatan terapeutik baru.

Apa itu penyakit Alzheimer?

doctor with human Brain anatomy model and tablet. World Brain Tumor day, Brain Stroke, Dementia, alzheimer, parkinson and world mental health conceptIlustrasi penyakit Alzheimer/Foto: Getty Images/Panuwat Dangsungnoen

Dikutip dari Alzheimer's Association, Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia, istilah umum untuk hilangnya daya ingat dan kemampuan kognitif lain yang cukup serius. Penyakit Alzheimer menyumbang sekitar 60–80 persen dari kasus demensia.

Faktor risiko terbesar yang diketahui adalah pertambahan usia, sehingga sebagian besar pasien Alzheimer berusia 65 tahun ke atas. 

Penyakit Alzheimer dianggap sebagai Alzheimer usia muda atau younger-onset Alzheimer, jika terjadi pada seseorang yang berusia di bawah 65 tahun.

Gejala awal yang paling umum dari Alzheimer adalah kesulitan mengingat informasi yang baru saja dipelajari.

Perubahan yang disebabkan oleh Alzheimer biasanya berawal dari bagian otak yang mengatur proses belajar. Seiring perkembangan Alzheimer ke bagian otak lainnya, gejalanya menjadi semakin parah, termasuk:

  • Kebingungan
  • Perubahan suasana hati dan perilaku
  • Kebingungan mendalam tentang kejadian, waktu, dan tempat
  • Selalu curiga 
  • Kehilangan memori yang semakin parah
  • Perubahan perilaku
  • Kesulitan berbicara, menelan, dan berjalan

Banyak orang mengalami masalah dengan daya ingat, tapi ini bukan berarti mereka pasti mengalami penyakit Alzheimer. Faktanya, terdapat banyak penyebab berbeda dari hilangnya ingatan.

Jika ada seseorang yang mengalami gejala-gejala serupa demensia, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter agar penyebab pastinya dapat diketahui dan ditangani dengan tepat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda