Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Intoleransi Laktosa dan Bedanya dengan Alergi Susu Sapi pada Anak

Dr. Himawan Aulia Rahman, SpA Subsp. GH   |   HaiBunda

Kamis, 19 Jun 2025 16:25 WIB

Dokter Sisipan
Dr. Himawan Aulia Rahman, SpA Subsp. GH
Spesialis anak subspesialisasi gastrohepatologi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk setiap Selasa & Kamis pukul 17.00-20.00. Berpengalaman menangani berbagai masalah pencernaan & kesehatan anak.
Intoleransi laktosa
Intoleransi laktosa/ Foto: Getty Images/Sasiistock
Daftar Isi
Jakarta -

Susu menjadi salah satu sumber nutrisi untuk mendukung pertumbuhan anak. Namun sayangnya, tidak semua anak aman mengkonsumsi susu sapi, karena kondisi yang disebut intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana saluran cerna seseorang tidak bisa mencerna atau tidak bisa memecah laktosa di dalam makanan. Laktosa sendiri adalah suatu gula yang mayoritas berada di dalam susu.

Angka kejadian intoleransi laktosa tergolong tinggi di Indonesia. Pada anak yang mengalami intoleransi laktosa, akan muncul beberapa gejala saat mengkonsumsi susu.

Banyak orang mengira intoleransi laktosa mirip dengan alergi susu sapi. Apa saja tandanya? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

Tanda intoleransi laktosa pada anak

Gejala intoleransi laktosa sangat dipengaruhi pada seberapa banyak asupan laktosa masuk dalam makanannya. Lalu, akan terlihat beberapa gejala sebagai berikut:

  • Kembung
  • Sakit perut
  • Diare dengan tinja berbau asam
  • Ruam di sekitar anus (pada kondisi intoleransi laktosa berat)
  • Lebih sering kentut
  • Sendawa

Kapan intoleransi laktosa bisa terjadi?

Kondisi intoleransi laktosa lebih mungkin terjadi pada orang-orang Asia, termasuk Indonesia. Mengapa? Secara genetik, orang Asia tidak bisa menghasilkan dan tidak bisa mencerna laktosa dalam waktu banyak dibanding orang Barat.

Itu sebabnya anak-anak Indonesia di atas usia dua tahun, tidak bisa mengkonsumsi susu terlalu banyak. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan intoleransi laktosa.

Namun, pada anak usia di bawah dua tahun, tubuh memang diciptakan untuk mencerna laktosa. Ada enzim yang keluar untuk memecah laktosa, sehingga risiko mengalami intoleransi laktosa lebih kecil.

Saat mereka banyak minum susu sapi dalam jumlah banyak pun tubuh akan lebih kuat mencernanya.

Selain itu, intoleransi laktosa sangat mungkin terjadi setelah anak mengalami episode infeksi diare. Kondisi ini dinamakan intoleransi laktosa sementara, yang diakibatkan adanya kerusakan usus.

Intoleransi laktosa pada bayi ASI

Intoleransi laktosa bisa terjadi di usia kurang dari 2-3 bulan, pada anak yang diberi ASI maupun susu formula. Tanda-tandanya dapat dilihat dari feses yang lebih encer dan berbau asam.

Namun, pada bayi yang disusui tidak perlu khawatir karena biasanya hanya bersifat sementara. Intoleransi laktosa yang terjadi tidak terlalu mengganggu kondisi kesehatan bayi-bayi muda tersebut.

Pada umumnya, intoleransi laktosa hanya terjadi pada tiga bulan pertama. Setelah itu, kondisi anak akan semakin membaik karena produksi enzim untuk memecah laktosa di dalam tubuh sudah memadai.

Cara membedakan intoleransi laktosa dan alergi susu sapi

Intoleransi laktosa terjadi karena ketidakmampuan tubuh memecah gula dalam susu yang disebut laktosa. Sedangkan alergi lebih dikarenakan adanya masalah dengan protein susu sapinya.

Gula dan protein adalah dua hal yang berbeda. Anak yang alergi pada protein susu sapi, tidak dipengaruhi dengan seberapa banyak asupan susu yang masuk ke dalam tubuhnya. Pada anak yang alergi susu sapi, begitu anak minum susu sapi meskipun hanya sedikit, biasanya langsung muncul gejala alerginya.

Gejala alergi susu sapi

  • Terjadi masalah pencernaan, seperti diare dan muntah
  • Masalah pada kulit, muncul ruam di kulit seperti dermatitis
  • Muncul masalah pernapasan seperti batuk

Gejala intoleransi laktosa hanya di pencernaan, tidak merambat pada masalah pernapasan dan kulit. Ini yang bisanya menjadi pembeda dengan alergi susu sapi.

Apakah intoleransi laktosa bisa sembuh?

Intoleransi laktosa sangat dipengaruhi genetik. Pada orang Asia yang tidak bisa terlalu banyak mengonsumsi susu, tentunya akan terbawa sampai dewasa.

Namun, bukan berarti anak yang intoleransi laktosa tidak bisa minum susu. Tubuh tetap bisa menerima asupan susu dalam jumlah terbatas, misalnya dalam jumlah 1-2 gelas per harinya.

Cara mengatasi anak dengan intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa bukan penyakit berbahaya, yang dapat membaik bila konsumsi susu dibatasi. Bunda hanya perlu mengurangi pemberian susu pada anak, maka nanti akan hilang gejalanya.

Mengatur pola makan anak dengan intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa mungkin menyebabkan kekhawatiran pada sebagian orang tua. Jika anak tidak bisa mengonsumsi susu sapi dalam jumlah banyak, perlu diperhatikan pemberian nutrisi lainnya.

Pada anak yang sudah berusia dua tahun ke atas, idealnya sudah mengonsumsi makanan keluarga. Anak sudah harus diberikan makanan padat, dan tidak boleh mengkonsumsi susu secara berlebihan.

Pada usia ini, memang disarankan untuk menurunkan pemberian susu sapi. Tujuannya agar anak tidak merasa kenyang terus, yang dapat membuat mereka malas makan.

Anak usia dua tahun hanya disarankan minum susu sebanyak 1-2 gelas per hari. Tujuannya agar makanan padat dan sumber nutrisi lain bertambah, serta untuk mengurangi risiko terjadinya intoleransi laktosa.

Beberapa makanan pengganti susu yang juga tinggi lemak, protein, dan mineral bisa didapatkan dari lauk hewani. Berikan anak variasi menu seperti daging, ikan laut, ayam yang banyak mineral, kalsium, zat besi bahkan kadarnya lebih tinggi dari susu sapi.

Menu makanan yang variatif akan membuat gizi dan nutrisi anak tercukupi. Artinya, anak sudah tidak membutuhkan suplemen atau tambahan seperti susu sapi.

Demikian ulasan mengenai intoleransi laktosa pada anak. Dapat dicegah dengan mengurangi pemberian susu sapi pada anak, dan mendorong pemberian nutrisi dari sumber makanan sehat lainnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda