Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Kesalahan Bunda Penyebab Anak Laki-laki Menjadi Kekanakan Tidak Dewasa

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Kamis, 20 Jun 2024 04:00 WIB

Kesalahan mendidik anak laki-laki
Kesalahan Bunda dalam mendidik anak laki-laki/ Foto: Getty Images/FatCamera
Daftar Isi

Masa anak-anak adalah periode penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Namun, tidak semua anak laki-laki menunjukkan perkembangan yang optimal menuju kedewasaan.

Beberapa anak laki-laki tampak lebih kekanak-kanakan dan sulit bertransisi menuju perilaku yang lebih dewasa. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku dan sikap anak-anak, terutama para Bunda yang sering tidak sadar menunjukkan sikap terlalu sayang pada anak laki-lakinya.

Pola asuh yang terlalu protektif atau permisif menyebabkan anak laki-laki menjadi kekanak-kanakan dan kurang mandiri. Ketika Bunda cenderung menghindari memberikan tanggung jawab atau gagal menegakkan batasan yang jelas, Si Kecil akan tumbuh tanpa memahami pentingnya kedewasaan dan tanggung jawab yang mereka miliki.

Di era digital saat ini, media dan teknologi memainkan peran besar dalam kehidupan anak-anak. Terlalu banyak waktu mengakses video, game, dan media sosial dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial anak laki-laki.

Masalah psikologis seperti gangguan perkembangan, kecemasan, dan kurangnya rasa percaya diri juga mempengaruhi kemampuan anak untuk tumbuh dan berkembang secara emosional. Bunda perlu mengenali kesalahan pola asuh dan bagaimana langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

Kesalahan Bunda penyebab anak laki-laki menjadi kekanak-kanakan dan tidak dewasa

Menilik The Minds Journal, terdapat kesalahan yang perlu Bunda hindari dalam mengasuh anak laki-laki. Simak selengkapnya, Bunda.

1. Perlindungan secara berlebihan

Sebagai orang tua, Bunda memiliki tanggung jawab dalam melindungi anak. Tetapi Bunda terkadang melampaui batas dalam melindungi anaknya dari tantangan dan kekecewaan dalam hidup. Walaupun tujuannya sering kali murni dari cinta dan kepedulian, terkadang Bunda tidak menyadari bahwa terlalu protektif bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Apabila dilakukan secara terus-menerus untuk menyelamatkan anak dari kesulitan dan menyelesaikan masalah mereka, tanpa sadar Bunda dapat merampas kesempatan berharga bagi anak untuk belajar dan mengembangkan keterampilan hidup yang vital.

2. Ketergantungan emosional

Ketergantungan emosional merupakan kesalahan kritis lain yang sering kali tidak disadari oleh Bunda dalam membesarkan anak laki-laki. Apabila dilakukan secara terus-menerus memenuhi kebutuhan emosional anak, hal ini berisiko menghambat kemampuan anak untuk mengelola emosi mereka sendiri.

Ketika anak terlalu bergantung pada Bunda untuk mendapatkan dukungan emosional, mereka akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan mekanisme penanggulangan dan keterampilan pemecahan masalah sendiri. Ketergantungan ini dapat menghalangi kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup secara mandiri dan menyebabkan kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat di masa dewasa. 

3. Kurang memberikan tanggung jawab pada usianya

Anak perlu diberikan tanggung jawab yang sesuai usianya, guna pertumbuhan dan perkembangannya. Tetapi, Bunda yang terlalu protektif terkadang tanpa sengaja melindungi anak dari tanggung jawab tersebut karena takut gagal atau menghadapi kesulitan.

Padahal, Bunda perlu membiarkan anak untuk menjalankan tugas-tugas yang sesuai dengan usianya. Sebaliknya Bunda akan menghambat anak untuk mempelajari keterampilan hidup seperti pemecahan masalah, manajemen waktu, dan akuntabilitas.

Dampak kurangnya tanggung jawab pada usianya, anak akan sulit berkembang menuju masa dewasa dan meningkatkan rasa ketergantungan pada orang lain. 

4. Tidak pernah memberikan batasan

Dalam menjalani kehidupan, diperlukan batasan-batasan yang sehat dari Bunda untuk perkembangan emosional dan sosial anak. Terkadang Bunda merasa kesulitan menetapkan batasan yang tepat. Alhasil, membiarkan anak menjadi bergantung akan mencampur antara kebutuhan Bunda dan kebutuhan anak.

Disarankan Bunda untuk memprioritaskan kesejahteraannya dan memberikan contoh merawat diri sendiri, sehingga dapat mengajarkan anak dalam memahami otonomi dan menghormati batasan pribadi masing-masing. 

5. Terlalu memanjakan

Memanjakan anak dengan harta benda dan pujian yang berlebihan hanya akan menimbulkan rasa berhak dan ketergantungan. Ketika Bunda terus memberikan pujian dan penghargaan tanpa mengajarkan nilai kerja keras dan ketekunan, itu sama dengan membesarkan anak laki-laki yang mengharapkan kepuasan instan. Anak menjadi tidak siap menghadapi realitas kehidupan.

Disarankan Bunda untuk tidak mengabulkan semua permintaan anak. Hal ini dilakukan guna mencapai keseimbangan antara mengasuh dan mengajarkan anak pada pentingnya berusaha, ketahanan, dan kemampuan dalam menunda kepuasan. Mengutip Times of India, terdapat kesalahan yang perlu Bunda hindari dalam mengasuh anak laki-laki.

6. Tidak mengajarkan pengaturan emosi

Tidak adanya pengaturan emosi pada anak laki-laki mengakibatkan mereka menjadi tidak dewasa. Ketika anak laki-laki tidak diajari cara yang tepat untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi mereka, mereka cenderung menghadapi kesulitan dalam mengatasi situasi yang menantang secara emosional.

Hal ini membuat anak bereaksi dengan cara yang tidak dewasa, seperti meledak-ledak, menarik diri, atau bergantung pada orang lain untuk menenangkan mereka. Kurangnya keterampilan dalam pengaturan emosi akan menghambat perkembangan kedewasaan emosional mereka. Alhasil, mereka akan menunjukkan perilaku yang kekanak-kanakan dan kurang mampu menghadapi tantangan hidup dengan mandiri, Bunda.

Seorang konselor anak di sekolah SK Education & AHPS, Aakanksha Gupta, juga mengatakan bahwa anak laki-laki yang mudah meledak emosinya bisa berdampak buruk jika tidak diatasi sedini mungkin.

"Tidak mengajari anak untuk mengelola emosi dan menangani stres secara konstruktif dapat mengakibatkan kesulitan dalam mencapai kematangan emosional," sambungnya dikutip dari Times of India. 

7. Tidak mengajarkan literasi keuangan

Literasi keuangan mencakup pemahaman tentang pengelolaan uang, menabung, membuat anggaran, dan membuat keputusan keuangan yang bijak. Ketika anak laki-laki tidak diajari keterampilan ini, mereka tidak memahami nilai uang dan cara mengelolanya dengan baik, Bunda.

Dr. Gupta juga mengatakan "Tidak memberikan pendidikan kepada anak tentang bagaimana mengelola uang bisa menghambat masa dewasanya dalam bertanggung jawab dan merencanakan keuangan."

Hal ini menyebabkan mereka menghabiskan uang tanpa pertimbangan, bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan finansial, dan kurang tanggung jawab dalam mengelola keuangan pribadi mereka. Tidak adanya pendidikan keuangan menghambat mereka dalam mengembangkan sikap dewasa dan mandiri dalam keuangan.

Akibatnya, mereka akan menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan kekanakan ketika menghadapi situasi keuangan, seperti mengandalkan orang tua atau orang lain untuk bantuan keuangan alih-alih mencari solusi sendiri. Literasi keuangan yang baik, penting untuk membantu anak laki-laki tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mandiri secara finansial. 

8. Tidak menanamkan etos kerja

Etos kerja mencakup nilai-nilai seperti ketekunan, kerja keras, tanggung jawab, dan kedisiplinan dalam mencapai tujuan. Ketika anak laki-laki tidak diajarkan pentingnya etos kerja, mereka tidak memahami arti nilai-nilai tersebut dalam mencapai kesuksesan.

Tanpa pemahaman yang kuat tentang etos kerja, anak laki-laki cenderung menjadi kurang termotivasi untuk mengejar cita-cita atau meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan, Bunda. Mereka akan menunjukkan sifat-sifat seperti malas, tidak bertanggung jawab, dan kurang ambisius, sehingga menghambat perkembangan mereka ke arah kematangan dan kemandirian. 

9. Tidak mengajarkan keterampilan komunikasi

Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki semua orang. Kemampuan ini dilakukan untuk menyampaikan pemikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan jelas dan efektif, serta kemampuan untuk mendengarkan dan memahami orang lain, Bunda.

Ketika anak laki-laki tidak diajarkan keterampilan komunikasi yang tepat, mereka akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dengan baik, memahami perasaan dan perspektif orang lain, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat dan produktif.

Hal ini menyebabkan mereka menjadi kurang terampil dalam berinteraksi sosial, cenderung bertindak secara impulsif atau agresif dalam situasi yang membutuhkan komunikasi yang baik, dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang lain.

Demikian kesalahan pola asuh Bunda yang menyebabkan anak laki-laki menjadi kekanakan dan tidak dewasa. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda