moms-life
Alasan Ilmiah Berat Badan Naik setelah Menikah
HaiBunda
Kamis, 30 Oct 2025 23:10 WIB
Daftar Isi
Bunda dan Ayah merasa berat badan terus bertambah dan sulit turun setelah menikah? Mungkin perlu memahami alasan ilmiah mengapa berat badan naik setelah nikah.
Menikah sering kali dianggap sebagai fase bahagia dalam hidup seseorang. Namun di balik kebahagiaan itu, banyak pasangan yang menyadari satu hal tak terduga, yakni berat badan mereka mulai naik setelah menikah.
Fenomena ini bukan sekadar mitos atau kebetulan. Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kehidupan pernikahan memiliki hubungan erat dengan peningkatan berat badan, terutama pada laki-laki.
Mengutip Hindustan Times, sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari National Institute of Cardiology di Warsawa, Polandia, mengungkap fakta menarik bahwa pernikahan bisa secara signifikan meningkatkan risiko obesitas, khususnya pada laki-laki. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki yang sudah menikah memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih besar untuk mengalami obesitas.
|
Baca Juga : 12 Ciri-ciri Trophy Wife dalam Pernikahan
|
Sementara 62 persen laki-laki juga berisiko mengalami kelebihan berat badan dibandingkan mereka yang belum menikah. Sedangkan untuk perempuan, risiko obesitas tidak meningkat secara signifikan, meski kemungkinan mengalami kelebihan berat badan naik sekitar 39 persen setelah menikah.
Fenomena berat badan naik setelah menikah memang bukan tanpa alasan. Para peneliti menilai bahwa perubahan gaya hidup menjadi salah satu penyebab utama.
Pola makan yang lebih banyak, aktivitas fisik menurun, serta kenyamanan emosional dalam hubungan jangka panjang sering kali mendorong seseorang untuk kurang memperhatikan berat badan. Istilah 'happy fat' bahkan digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana kebahagiaan dalam hubungan berbanding lurus dengan meningkatnya berat badan.
Kata penelitian soal nikah dan kelebihan berat badan
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Economics & Human Biology ini melibatkan 2.405 responden dengan usia rata-rata 50 tahun. Dari jumlah tersebut, 35,3 persen memiliki berat badan normal, 38,3 persen mengalami kelebihan berat badan, dan 26,4 persen tergolong obesitas.
Analisis data menunjukkan adanya kaitan langsung antara status pernikahan dan indeks massa tubuh (BMI), terutama lima tahun pertama setelah menikah. Menariknya, fenomena peningkatan berat badan tidak hanya disebabkan oleh faktor biologis, tapi juga oleh  sosial dan psikologis.
Seiring berjalannya waktu, pasangan suami-istri cenderung lebih sering makan bersama, mencoba berbagai jenis makanan, dan mengurangi frekuensi olahraga. Rasa aman dan nyaman dalam pernikahan membuat sebagian orang merasa tidak perlu menjaga penampilan seketat saat masih lajang.
Perbedaan kenaikan berat badan laki-laki vs perempuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pernikahan terhadap berat badan tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, risiko obesitas meningkat tajam.
Studi sebelumnya dari Universitas Bath juga menemukan bahwa laki-laki yang sudah menikah rata-rata memiliki berat 1,4 kg lebih berat dibandingkan laki-laki lajang. Sedangkan penelitian di China pada 2024 menemukan bahwa indeks massa tubuh laki-laki meningkat selama lima tahun pertama setelah menikah karena peningkatan asupan kalori dan berkurangnya aktivitas fisik.
Berbeda dengan perempuan, pengaruhnya lebih ringan. Para ilmuwan menjelaskan bahwa perempuan cenderung tetap lebih memperhatikan berat badan mereka, sebagian karena tekanan sosial yang lebih besar terkait penampilan fisik.
Selain itu, faktor-faktor seperti depresi, literasi kesehatan yang rendah, dan lingkungan tempat tinggal juga berperan besar dalam memengaruhi berat badan perempuan. Sebagai contoh, perempuan yang mengalami depresi memiliki dua kali lipat risiko obesitas.
Sementara mereka yang tinggal di daerah kecil dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan dan olahraga juga lebih rentan mengalami peningkatan berat badan. Sebaliknya pada laki-laki, faktor sosial termasuk porsi makan yang lebih besar, sering makan bersama pasangan, dan menurunnya dorongan untuk berolahraga menjadi pemicu utama.
Dalam banyak kasus, laki-laki yang sudah menikah cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan rumahan kaya kalori atau sering ikut dalam kegiatan sosial berbasis makan bersama keluarga besar.
Pengaruh usia dengan kenaikan berat badan
Selain pernikahan, usia juga terbukti memengaruhi peningkatan berat badan. Studi di Warsawa menunjukkan bahwa setiap penambahan satu tahun usia dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan sebesar 3 persen pada laki-laki dan 4 persen perempuan.
Data juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko obesitas sebesar 4 persen pada laki-laki dan 6 persen perempuan. Dengan bertambahnya usia, metabolisme tubuh cenderung melambat, sementara gaya hidup setelah menikah sering kali sedentari (kebanyakan duduk, lebih sedikit bergerak).
Kombinasi faktor tersebut membuat berat badan mudah naik, terutama jika tidak diimbangi dengan pola makan sehat dan aktivitas rutin.
Penyebab berat badan naik setelah menikah
Mengutip The Guardian, peningkatan berat badan setelah menikah bukan sekadar akibat pilihan pribadi, melainkan hasil dari kombinasi kompleks antara faktor sosial, psikologis, dan lingkungan. Peningkatan berat badan pada laki-laki yang sudah menikah juga dapat dikaitkan dengan hilangnya motivasi untuk menjaga tubuh.
Laki-laki lajang biasanya lebih berusaha memperhatikan penampilan agar menarik di mata calon pasangan. Setelah menikah, dorongan itu menurun karena mereka sudah 'aman'.
Meski demikian, peningkatan BMI pada laki-laki menikah bisa juga dipicu oleh faktor pekerjaan yang menekan, jam kerja panjang, dan pola makan tidak teratur.
Jadi, pernikahan memang membawa banyak perubahan dalam hidup, termasuk pola makan dan aktivitas fisik. Meski penelitian menunjukkan bahwa menikah dapat meningkatkan risiko berat badan naik, namun hal ini bukan berarti tak dapat dicegah.
Bunda bisa menjaga gaya hidup tetap sehat bersama suami. Ini menjadi langkah penting agar kebahagiaan rumah tangga tidak dibarengi dengan risiko obesitas.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Â
(som/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Mom's Life
7 Tanda Istri Kecewa dengan Sikap Suami dan Cara Mengatasinya
Mom's Life
10 Cara Bijak Menghadapi Suami yang Selalu Menyalahkan Istri
Mom's Life
7 Tanda Kesepian dalam Pernikahan, Penyebab & Cara Mengatasinya
Mom's Life
7 Tujuan Menikah dalam Islam yang Perlu Diketahui
Mom's Life
5 Pelajaran Pernikahan yang Bisa Diambil dari Serial Layangan Putus
7 Foto
Mom's Life
7 Potret Mesra Melanie Putria dan Suami Dokter Ortopedi, Bikin Heboh Saat Dilamar di Helikopter
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
8 Cara Menghadapi Suami yang Tak Mau Berubah
Psikolog Ungkap 3 Kalimat Sederhana yang Mempererat Hubungan dengan Pasangan
4 Pertanyaan Psikolog untuk Mengukur Kekuatan Cinta Pasangan di Atas Rata-rata