moms-life
Hujan di DKI Jakarta Ternyata Mengandung Mikroplastik Berbahaya, Ini 3 Faktanya
HaiBunda
Jumat, 24 Oct 2025 12:00 WIB
Daftar Isi
Bunda, ada kabar yang cukup mengkhawatirkan soal kualitas lingkungan di Jakarta. Dilansir dari detikcom, temuan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Ibu Kota ternyata mengandung mikroplastik.
Tentu saja, hal ini memunculkan kekhawatiran baru, apalagi mikroplastik dalam jangka panjang bisa membahayakan kesehatan manusia. Penasaran kan, dari mana sih asalnya hujan mikroplastik ini dan seberapa bahayanya? Yuk, kita simak tiga fakta penting yang wajib Bunda tahu.
Alasan di balik ramai air hujan DKI mengandung mikroplastik
Fenomena air hujan mengandung mikroplastik ini ternyata bukan hal yang mustahil, Bunda, dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Menurut Guru Besar IPB University, Prof. Etty Riani, mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa yang sangat ringan. Oleh karena sangat ringan inilah, partikel-partikel tersebut mudah terangkat ke atmosfer.
Prof. Etty menjelaskan, mikroplastik dan nanoplastik ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat. Sumber-sumbernya termasuk gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat dari pakaian berbahan sintetis. Hujan mikroplastik ini juga terjadi karena faktor lingkungan seperti suhu tinggi dan kondisi udara kering yang mempercepat pelapukan plastik dan mempermudah partikel halus beterbangan ke atmosfer.
Uniknya, hujan berperan seperti "pencuci udara". Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan terlihat bersih. Akar masalah utamanya adalah tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik, yang akhirnya terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik.
Bahaya mikroplastik plastik berbahaya
Bunda, temuan ini menjadi sinyal serius karena mikroplastik berpotensi membahayakan kesehatan dalam jangka panjang. Kepada detikcom, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa mikroplastik sudah ditemukan di berbagai bagian tubuh manusia, seperti paru-paru, darah, bahkan plasenta. Hal ini menunjukkan adanya potensi paparan kronis dan meluas.
Bahaya yang mengintai termasuk potensi peradangan kronis pada saluran napas atau usus, gangguan hormon endokrin disebabkan oleh bahan kimia aditif plastik seperti BPA (Bisphenol A), dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan stres oksidatif dari partikel mikro yang bersifat toksik.
Selain itu, mikroplastik juga menjadi perantara bagi sebaran penyakit, karena patogen bisa menempel di situ. Ini sama halnya dengan polutan yang bisa memperburuk situasi penyakit.
Fenomena hujan mikroplastik ini juga terjadi di banyak negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, China, Australia, hingga negara-negara di Benua Eropa. Artinya, mikroplastik bisa terbawa melalui atmosfer jarak ribuan kilometer, beredar layaknya karbondioksida dan air, dan menjadi bagian permanen dari sistem Bumi.Â
Cara mencegah mikroplastik berbahaya
Meskipun masalahnya berskala global, ada banyak cara untuk membantu mengurangi cemaran hujan mikroplastik ini. Pertama, penting untuk menetapkan standar ambang batas mikroplastik dalam air, udara, dan makanan. Perlu juga kampanye literasi lingkungan agar masyarakat memahami bahwa plastik tidak hanya mencemari laut, tapi juga ada di udara yang kita hirup dan air hujan.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga berpengaruh. Kita harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke bahan alami serta biodegradable (bahan yang dapat terurai alami oleh mikroorganisme). Prof. Etty menyarankan, "Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam".
Terakhir, Dicky menyarankan untuk menghindari membakar atau membuang plastik sembarangan. Kita juga perlu menghindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik dan memilih pakaian berbahan alami, seperti katun atau linen, untuk mengurangi pelepasan serat sintetis.Â
Selain usaha yang sudah disebutkan di atas, pemerintah daerah perlu meningkatkan edukasi dan sistem daur ulang air hujan serta limbah yang ramah lingkungan.
"Pemerintah daerah perlu untuk mengembangkan sistem pengelolaan air hujan dan limbah yang ramah lingkungan. Supaya mikroplastik tidak bersirkulasi," ujar Dicky.Â
Dengan tindakan kolektif, kita bisa membantu menjaga kualitas udara dan lingkungan kita agar tetap sehat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Mom's Life
Mirip Manusia, Tanaman juga 'Panik' Saat Hujan: Ilmuwan Ungkap Fakta Menarik
Mom's Life
Benarkah Kena Air Hujan Bikin Sakit? Ini Faktanya
Mom's Life
Prediksi BMKG soal Puncak Musim Hujan, Catat Bun
Mom's Life
BRIN Ungkap Penyebab Hujan Terus Turun di Indonesia, Kapan Akan Berakhir?
Mom's Life
Hati-hati Bun, Jakarta & Sekitarnya Diprediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang
5 Foto
Mom's Life
5 Potret Becky Tumewu Usai Operasi Mata Akibat Retina Lepas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Orang Indonesia Banyak Makan Plastik, Terbanyak dari Barang Rumah Tangga Ini!
BPOM Tanggapi Penemuan Kandungan Mikroplastik pada Kemasan Teh Celup
Studi Temukan Warga Indonesia Banyak Makan Plastik, Ternyata Ini Sumbernya...