Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

9 Negara dengan Jam Kerja Terpendek di Dunia Tahun 2025, Adakah Indonesia?

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Jumat, 03 Oct 2025 15:10 WIB

A blue alarm clock sits on a white desk in a room.
Ilustrasi jam kerja/ Foto: Getty Images/NewSaetiew
Daftar Isi

Apakah Indonesia termasuk punya jam kerja yang singkat dari berbagai negara di seluruh dunia? Mari kita lihat faktanya, Bunda.

Fenomena jam kerja semakin mendapat sorotan global pada 2025. Negara-negara di dunia kini mulai menyadari bahwa produktivitas tidak semata-mata diukur dari lamanya seseorang bekerja setiap hari.

Justru semakin pendek jam kerja rata-rata, semakin besar kemungkinan pekerja merasakan kepuasan hidup, kesehatan mental yang lebih baik, hingga tingkat produktivitas yang tinggi. Fakta ini membuat banyak negara berusaha mendorong kebijakan work-life balance sebagai prioritas utama.

Hasil penelitian terbaru yang dirilis oleh World Population Review dan didukung laporan Autonomy Institute, menunjukkan bahwa sejumlah negara berhasil menekan rata-rata jam kerja mingguan menjadi di bawah 30 jam.

Menariknya, produktivitas mereka tetap terjaga bahkan meningkat. Negara-negara ini memiliki kesamaan dalam hal perlindungan tenaga kerja, fleksibilitas kerja, serta budaya yang menekankan pentingnya waktu bersama keluarga.

Di balik keberhasilan tersebut, muncul pertanyaan penting, bagaimana dengan Indonesia? Apakah negara kita masuk dalam daftar negara dengan jam kerja terpendek di dunia pada 2025 atau justru masih menjadi bagian dari negara-negara dengan jam kerja panjang?

Negara dengan jam kerja terpendek di dunia

Mengutip Jagran Josh, berikut daftar negara dengan jam kerja terpendek di dunia.

1. Yaman – 25,9 jam per minggu

Yaman menempati posisi pertama dengan jam kerja terpendek, rata-rata hanya 25,9 jam per minggu pada 2025. Menariknya, angka ini bukan semata hasil dari kebijakan ketenagakerjaan progresif seperti di Eropa, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang masih terbatas dan dominasi sektor informal.

Banyak masyarakat Yaman bekerja di sektor pertanian dan usaha kecil yang tidak menuntut jam kerja panjang. Bagi pekerja di Yaman, keseharian mereka lebih banyak dihabiskan untuk aktivitas rumah tangga dan komunitas.

Meski dari sisi ekonomi negara ini menghadapi banyak tantangan, jam kerja yang relatif singkat justru menumbuhkan pola hidup lebih berimbang antara pekerjaan dan keluarga.

2. Belanda – 26,8 jam per minggu

Belanda selalu menjadi acuan dalam hal kebijakan kerja fleksibel dan work-life balance. Dengan rata-rata 26,8 jam kerja per minggu, Belanda menempati posisi kedua dalam daftar.

Negara ini terkenal dengan budaya kerja paruh waktu, terutama bagi perempuan yang memungkinkan mereka tetap produktif tanpa kehilangan waktu bersama keluarga. Sistem ketenagakerjaan Belanda didukung oleh hukum yang progresif dan kepercayaan tinggi antara pekerja dan pemberi kerja.

Hasilnya, meski jam kerja relatif singkat, tingkat kepuasan kerja dan kebahagiaan masyarakat di Belanda selalu berada di atas rata-rata global.

3. Norwegia – 27,1 jam per minggu

Norwegia dengan jam kerja rata-rata 27,1 jam per minggu, menduduki peringkat ketiga. Negara Skandinavia ini memang dikenal memiliki sistem kesejahteraan sosial yang sangat kuat.

Jam kerja yang lebih singkat dipadukan dengan tunjangan sosial memadai membuat warganya memiliki kualitas hidup yang tinggi. Budaya Norwegia menempatkan waktu bersama keluarga sebagai prioritas utama.

Pemerintah pun mendukung hal ini dengan kebijakan cuti orang tua yang panjang, jam kerja fleksibel, dan perlindungan tenaga kerja yang ketat. Tidak heran bila tingkat kepuasan hidup masyarakat Norwegia selalu tinggi.

4. Austria – 28,4 jam per minggu

Austria berada di posisi keempat dengan rata-rata jam kerja mingguan 28,4 jam. Negara ini dikenal memiliki peraturan ketenagakerjaan progresif, termasuk batasan jam kerja harian yang ketat.

Selain itu, Austria juga memberikan banyak hari libur nasional dan cuti tahunan sehingga pekerja dapat menikmati waktu istirahat yang cukup. Dengan keseimbangan ini, Austria mampu menciptakan tenaga kerja yang tetap produktif meski tidak bekerja terlalu lama.

Warga Austria juga sangat menghargai waktu luang untuk kegiatan rekreasi, budaya, dan keluarga, memperkaya kualitas hidup mereka.

5. Denmark – 28,8 jam per minggu

Denmark menduduki posisi kelima dengan rata-rata jam kerja mingguan 28,8 jam. Budaya kerja di Denmark dibangun atas dasar kepercayaan, fleksibilitas, dan kebijakan pro-keluarga.

Banyak perusahaan menerapkan sistem job-sharing yang memungkinkan dua orang berbagi satu pekerjaan penuh waktu. Hal ini membuat masyarakat Denmark menikmati keseimbangan yang sangat baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Tidak mengherankan jika Denmark kerap masuk dalam daftar negara paling bahagia di dunia, berkat perpaduan antara jam kerja singkat, keamanan sosial, dan gaya hidup sehat.

6. Finlandia – 28,8 jam per minggu

Finlandia menempati peringkat keenam dengan jam kerja rata-rata 28,8 jam per minggu. Negara ini memiliki pendekatan kerja yang sangat inklusif, di mana jam kerja antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Ini mencerminkan budaya egaliter dan sistem kerja yang adil.

Selain itu, Finlandia dikenal memiliki sistem pendidikan dan kesehatan terbaik di dunia yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakatnya. Dengan jam kerja singkat, warga Finlandia dapat mengalokasikan lebih banyak waktu untuk keluarga, pendidikan, dan hobi, tanpa mengorbankan produktivitas.

7. Vanuatu – 29 jam per minggu

Vanuatu, negara kepulauan kecil di Pasifik, berada di peringkat ketujuh dengan rata-rata 29 jam kerja per minggu. Mayoritas penduduk Vanuatu bekerja di sektor pertanian dan pariwisata dengan pola kerja yang lebih longgar dibandingkan negara industri.

Kehidupan masyarakat Vanuatu yang erat dengan alam dan tradisi membuat mereka tidak terlalu terikat dengan konsep jam kerja panjang. Aktivitas komunitas dan keluarga sering kali menjadi prioritas utama sehingga jam kerja yang relatif singkat bukan hal yang mengejutkan.

8. Mozambik – 29 jam per minggu

Mozambik berada di posisi kedelapan dengan jam kerja rata-rata 29 jam per minggu. Meski demikian, konteks Mozambik berbeda dengan negara-negara Eropa.

Sebagian besar tenaga kerja di negara ini masih bergantung pada sektor pertanian tradisional yang jam kerjanya bervariasi sesuai musim. Meski rata-rata terlihat singkat, kenyataannya pekerja Mozambik seringkali menghadapi tantangan berat untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Hal ini menunjukkan bahwa jam kerja pendek tidak selalu berarti kemakmuran, tapi juga bisa menjadi cerminan keterbatasan ekonomi.

9. Swedia – 29,3 jam per Minggu

Swedia melengkapi daftar sembilan negara dengan jam kerja terpendek di dunia, yakni 29,3 jam per minggu. Negara ini menjadi teladan global dalam hal kebijakan cuti orangtua, cuti tahunan, dan dukungan terhadap kesetaraan gender.

Budaya kerja di Swedia sangat menekankan keseimbangan hidup. Banyak perusahaan di Swedia bahkan menguji coba sistem kerja empat hari dalam seminggu. Hasilnya, para pekerja tetap produktif dan memiliki kesehatan mental yang jauh lebih baik.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sayangnya, Indonesia tidak masuk dalam daftar deretan negara dengan jam kerja terpendek di dunia pada 2025. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, jam kerja di Indonesia masih mengacu pada aturan 40 jam per minggu, sesuai Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Dalam praktiknya, banyak pekerja yang justru bekerja lebih dari jam kerja normal, terutama di sektor informal dan manufaktur. Namun tren global menuju pengurangan jam kerja mulai mendapat perhatian di Indonesia.

Beberapa perusahaan rintisan (startup) dan multinasional yang beroperasi di Indonesia sudah mulai mencoba konsep kerja fleksibel, termasuk remote working dan jam kerja lebih singkat setelah pandemi COVID-19.

Jika tren ini terus berkembang, bukan tidak mungkin Indonesia suatu saat bisa mengejar negara-negara dengan work-life balance terbaik.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda