
moms-life
Kenali Weaponized Incompetence, Taktik Pasangan Tak Mau Repot di Rumah
HaiBunda
Minggu, 07 Sep 2025 23:30 WIB

Daftar Isi
Kebanyakan pasangan suami dan istri kompak membagi tugas pekerjaan rumah dengan adil. Namun, beberapa mungkin memilih untuk pura-pura tidak bisa melakukan untuk membantu pasangan mengurus rumah.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan weaponized incompetence, atau taktik yang dilakukan ketika seseorang menghindari atau menolak melakukan tugas.
Istilah weaponized incompetence semakin populer di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X (dulunya Twitter), di mana orang-orang berbagi cerita tentang bagaimana pasangan mereka menggunakan taktik itu untuk menghindari tanggung jawab.
Apa itu weaponized incompetence?
Dilansir dari lama Cleveland Clinic, weaponized incompetence adalah dinamika psikologis di mana seseorang menghindari atau menolak melakukan tugas dan menggunakan ketidakmampuannya sebagai alasan.
Hal ini dapat terjadi dalam hubungan. Namun, terkadang ditemukan juga di tempat kerja atau lingkaran pertemanan.
Baca Juga : 15 Ciri-ciri Rumah Tangga Tidak Sehat
|
Ini termasuk menghindari tugas-tugas rumah tangga dan mengalihkan tanggung jawab kepada pasangan, atau menolak untuk menjadi lebih baik dalam tugas-tugas tertentu, bahkan ketika pasangannya meminta bantuan.
Dalam beberapa kasus, orang yang menggunakan ketidakmampuan sebagai senjata itu bahkan dapat mengalihkan kesalahan kepada pasangannya karena tidak menunjukkan cara menyelesaikan suatu tugas.
Alasan orang menggunakan taktik weaponized incompetence
Dilansir dari laman Verywell Mind, berikut beberapa alasan mengapa orang mungkin menjadikan ketidakmampuannya itu sebagai senjata:
1. Menghindari tanggung jawab
Mempraktikkan weaponized incompetence membantu orang menghindari tanggung jawab seperti pekerjaan rumah tangga, tugas mengasuh anak, tanggung jawab keuangan, atau pekerjaan emosional.
2. Hindari ketidaknyamanan
Weaponized incompetence dapat membantu seseorang menghindari ketidaknyamanan karena harus menghadapi tugas-tugas yang menyebabkan mereka merasa tidak aman, ragu, atau takut.
3. Mencari perhatian
Beberapa orang menggunakan weaponized incompetence untuk mencari perhatian dari pasangannya.
Dengan tampak tak berdaya atau tidak mampu, mereka mungkin mendapatkan perhatian, simpati, atau dukungan dari pasangannya.
4. Mempertahankan kendali
Dalam hubungan yang memiliki ketidakseimbangan kekuasaan yang parah, seperti hubungan yang penuh kekerasan, orang mungkin menggunakan ketidakmampuan sebagai senjata untuk memanipulasi pasangannya dan mempertahankan kendali atas mereka.
Tanda weaponized incompetence dalam rumah tangga
Dalam hubungan pasangan suami dan istri, weaponized incompetence seringkali muncul dalam tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan anak.
Mengutip ACB, ini menunjukkan ketidakberdayaan, nyata atau palsu, untuk menghindari tugas atau tanggung jawab tertentu, sehingga membuat orang lain merasa mereka harus turun tangan dan melakukannya untuk mereka.
Berikut beberapa tanda pasangan dengan weaponized incompetence dalam hubungan rumah tangga menurut para pakar:
- Pergi belanja, tetapi kembali dengan setengah daftar, atau barang yang salah
- Mencuci piring, tetapi membiarkannya terendam di wastafel selama berhari-hari
- Memasak makanan yang tidak menggugah selera
- Mencuci pakaian, tetapi tidak memisahkan barangnya dengan benar
- Menolak mengganti popok anak karena tidak tahu caranya
- Tidak terlibat dalam pengorganisasian janji temu atau kegiatan sosial
- Menghindari pembahasan tanggung jawab keuangan
- Pasangan menghindari pengambilan keputusan besar
- Meninggalkan kekacauan di dapur yang harus Bunda bereskan sendiri
- Menyapu lantai dengan waktu yang lama dan terus-menerus mengeluh tentang hal itu
- Tidak membersihkan debu di sekitar rumah secara menyeluruh
Dampak buruk weaponized incompetence dalam hubungan
Seiring waktu, efek weaponized incompetence dapat mengikis hubungan. Berikut beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi dalam hubungan rumah tangga karena hal itu:
1. Ketidakseimbangan
Weaponized incompetence menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan di mana salah satu pasangan memikul sebagian besar tanggung jawab.
2. Kebencian
Ketidakseimbangan tanggung jawab dapat menyebabkan konflik perasaan dalam hubungan. Mungkin Bunda akan merasa frustrasi dan mulai membenci pasangan karena tidak banyak membantu.
3. Kurangnya kepercayaan
Sulit untuk percaya pada pasangan ketika Bunda tidak bisa mengandalkan bantuan dan dukungan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konflik
Bunda dan pasangan mungkin kerap bertengkar atau debat karena distribusi tanggung jawab yang tidak seimbang.
5. Gangguan komunikasi
Bunda mungkin ragu untuk mengungkapkan kekhawatiran atau frustrasi karena takut pasangan akan menggunakan kepolosan dan ketidakmampuannya sebagai mekanisme pertahanan diri untuk mengelak dari tanggung jawab.
6. Keterputusan emosional
Saat merasa semakin tidak didukung dalam hubungan, Bunda mungkin mulai terputus secara emosional dari pasangan.
Cara mengatasi weaponized incompetence
Berikut beberapa langkah yang dapat Bunda ambil untuk mengatasi ketidakmampuan yang dijadikan senjata dalam hubungan:
1. Kenali polanya
Mulai mengenali pola dalam hubungan, perhatikan kata-kata dan perilaku pasangan, serta reaksi terhadapnya.
2. Diskusikan masalahnya
Berdiskusi secara terbuka dan jujur dengan pasangan. Fokus untuk menjelaskan bagaimana perilaku tersebut memengaruhi perasaan Bunda dan bagaimana mereka dapat membantu memenuhi kebutuhan Bunda.
3. Dengarkan secara aktif
Beri pasangan kesempatan untuk menjelaskan perspektifnya. Coba mendengarkan secara aktif dan biarkan mereka mengungkap pikiran dan perasaannya.
Coba untuk memahami alasan di balik perilaku tersebut, meskipun mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan mereka.
4. Tetapkan batasan dan ekspektasi
Tetapkan dan komunikasikan batasan dan ekspektasi Bunda dengan jelas dalam hubungan ini. diskusikan apa yang dianggap adil dan setara dalam hal tanggung jawab.
Usahakan untuk mencapai pemahaman bersama tentang apa yang diharapkan dari masing-masing pihak di akhir diskusi.
5. Menilai kemajuan
Saling memeriksa secara berkala mengenai kemajuan yang telah dicapai menuju keseimbangan tanggung jawab yang lebih seimbang. Diskusikan apa yang berhasil, apa yang tidak, dan apa yang dapat diubah atau ditingkatkan.
6. Cari bantuan profesional
Jika masalah terus berlanjut atau komunikasi dengan pasangan menjadi lebih sulit, pertimbangkan untuk mencari bantuan terapis pasangan.
Seorang profesional mungkin dapat memberikan sudut pandang yang objektif, memfasilitasi percakapan yang produktif, mengatasi masalah yang lebih mendalam, dan membantu menyelesaikan konflik.
Nah, itulah beberapa hal yang dapat Bunda kenali tentang weaponize incompetence. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Jadi Korban KDRT Pilih Pisah atau Memaafkan? Ini Saran Psikolog

Mom's Life
7 Dosa Istri yang Paling Dibenci Allah Sejak Malam Pertama

Mom's Life
Ini Kesalahan Suami yang Tidak Dimaafkan dalam Islam, Beritahu Ayah Bun!

Mom's Life
7 Hak & Kewajiban Istri Dalam Rumah Tangga Menurut Islam Beserta Detail Dalilnya

Mom's Life
Viral Perjanjian Pra Nikah Astrid Tiar, Salah Satunya Tetap Kerja Sesuai Pesan Ibundanya


5 Foto
Mom's Life
5 Seleb yang Dekat dengan Mertua, Jadi Menantu Kesayangan!
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda