Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mertua dan Ibu Kandung: Siapa yang Lebih Sering Jadi Sumber Konflik Rumah Tangga?

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Minggu, 24 Aug 2025 23:30 WIB

Ilustrasi mertua dan menantu
Ilustrasi Mertua dan Ibu Kandung: Siapa yang Lebih Sering Jadi Sumber Konflik Rumah Tangga?/Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur
Daftar Isi
Jakarta -

Perselisihan dalam rumah tangga menjadi hal wajar yang mungkin pernah dialami hampir semua pasangan. Dalam kebanyakan kasus, konflik seringkali disebabkan oleh pihak ketiga, salah satunya orang tua.

Lantas, siapa yang lebih sering menjadi sumber konflik dalam rumah tangga anak-anak? Simak penjelasannya berikut ini.

Siapa yang paling sering jadi sumber konflik rumah tangga?

Dilansir dari laman Nypost, sebuah studi terkini yang diterbitkan dalam jurnal Evolutionary Psychological Science menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan melaporkan memiliki lebih banyak konflik dengan ibu mertua mereka yakni sebesar 44 persen. Sedangkan konflik yang disebabkan oleh ibu kandung mendapatkan 39 persen.

Mayoritas konflik antara pasangan suami istri dan ibu mertua berkisar pada sumber daya keuangan dan pengasuhan anak. Seperti diketahui, keuangan dan anak-anak merupakan salah satu faktor stres utama dalam banyak hubungan.

Para peneliti juga menyarankan bahwa konflik ini mungkin dipengaruhi oleh genetik karena setiap orang secara tidak sadar bertindak demi kepentingan kerabat genetik mereka, alih-alih demi kepentingan terbaik masing-masing.

“Konflik genetik ini dapat menyebabkan kerabat (mertua) berselisih pendapat tentang distribusi sumber daya dan investasi, sama seperti kita melihat Bunda dan ayah berselisih pendapat dalam hal ini,” tulis penulis.

“Hasil penelitian kami konsisten dengan hipotesis bahwa konflik genetik dapat mendasari interaksi sosial negatif yang terjadi dalam hubungan kerabat (mertua),” sambungnya.

Para peneliti mencatat bahwa perselisihan antara mertua dan menantu juga kemungkinan disebabkan karena mereka tidak memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Namun, mereka terpaksa menjalin hubungan kekeluargaan karena anaknya.

Meskipun baik laki-laki maupun perempuan melaporkan konflik dengan ibu mertua, para ibu mertua melaporkan konflik yang lebih sedikit dengan pasangan putrinya yakni 17 persen. Dibandingkan pasangan putranya sebesar 18 persen.

Hubungan ibu mertua dan menantu perempuan

Seorang psikolog dari Cambridge University, Dr. Terri Apter, berfokus pada hubungan yang menegangkan antara istri dan ibu mertua dalam bukunya, What Do You Want From Me?

“Konflik sering kali muncul dari asumsi bahwa masing-masing pihak mengkritik atau meremehkan perempuan lain. Namun, keresahan bersama ini mungkin tidak terlalu berkaitan dengan sikap yang sebenarnya, melainkan lebih berkaitan dengan stereotip perempuan yang terus-menerus melekat dan hanya sedikit dari kita yang berhasil melepaskan sepenuhnya,” tulisnya.

Baik ibu mertua maupun istri berjuang untuk mencapai posisi yang sama dalam keluarga. Masing-masing berusaha membangun atau melindungi status mereka. Masing-masing merasa terancam oleh yang lain.

Di sisi lain, para ayah terlihat memiliki reaksi sebaliknya dan ditemukan memiliki hubungan lebih baik dengan menantu perempuan mereka daripada dengan putri mereka sendiri.

Para peneliti mencatat bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh naluri protektif sang ayah yang meningkat saat putrinya memasuki hubungan romantis yang baru. Namun, dapat berkurang seiring berjalannya waktu saat sang ayah mulai bersikap hangat terhadap menantu laki-lakinya.

Tips membangun hubungan positif

Dilansir dari laman Verywell mind, berikut beberapa strategi yang telah teruji dan benar-benar berhasil untuk membangun hubungan yang positif dengan mertua.

1. Validasi

Validasi perasaan ibu mertua, meskipun tidak setuju. Hal itu dapat meredakan ketegangan di antara kalian berdua.

2. Penguatan positif

Mengakui dan menghargai usahanya dapat menghasilkan interaksi yang lebih positif. Penguat positif dapat berkembang pesat dan pada akhirnya memperbaiki perilakunya terhadap Bunda.

3. Mindfulness

Melatih mindfulness dapat membantu Bunda mengelola reaksi dan emosi dalam situasi yang menantang. Mindfulness memungkinkan Bunda untuk merenung, bernapas, dan merespons dengan bijaksana, alih-alih bereaksi secara impulsif.

Nah, itulah penjelasan tentang ibu mertua yang lebih sering menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda