Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Ibu dan Anak Ini Tinggal di Rumah Penuh Sampah Bertahun-tahun Meski Dapat Uang Sewa Rp43,8 Juta per Bulan

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Kamis, 14 Aug 2025 06:30 WIB

Ilustrasi rumah dengan tumpukan sampah
Ilustrasi Ibu dan Anak Ini Pilih Tinggal di Rumah Penuh Sampah Bertahun-tahun Meski Dapat Uang Sewa Rp43,8 Juta per Bulan/Foto: Getty Images/joey333
Jakarta -

Orang kaya tinggal dengan tumpukan sampah di rumah mungkin terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang. Namun, siapa sangka? Ternyata hal ini benar-benar terjadi di Tokyo, Jepang.

Seorang ibu dan anak perempuan di Jepang telah tinggal di rumah yang penuh sampah selama bertahun-tahun, meskipun memperoleh penghasilan sewa dari unitnya.

Ibu dan anak di Jepang tinggal di rumah dengan tumpukan sampah

Kabar tersebut diketahui melalui sebuah acara varietas Jepang yakni Can I Come to Your House? yang menghadirkan ibu dan anak itu.

Program itu mewawancarai orang-orang yang ketinggalan bus terakhir, dan sebagai imbalannya menanggung ongkos perjalanan mereka, memfilmkan bagian dalam rumah mereka.

Dilansir dari laman South China Morning Post, Nachiko Tanaka (83 tahun) dan putrinya Akane (47 tahun) yang berasal dari distrik Tokyo menjadi orang terpilih dalam program tersebut.

Nachiko dan Akane pun memperlihatkan kondisi rumah mereka yang penuh dengan tumpukan sampah. Pintu masuk rumah mereka berantakan dengan kotak-kotak pengiriman yang belum dibuka, sementara ruang tamunya penuh dengan buku, kaleng, dan tas belanja.

Meja dapur juga penuh dengan bumbu-bumbu dan perkakas, tetapi penanak nasinya rusak, dan banyak makanan belum dibuka dan sudah lewat tanggal kedaluwarsa.

Bukan hanya ruang tamu dan dapur, kamar mereka pun dipenuhi sampah sampai pintu kamarnya tidak bisa dibuka penuh karena berantakan, Bunda.

Nachiko duduk di atas tumpukan barang, kemudian menyingkirkan barang ke samping, dan berbaring sambil menjelaskan bahwa begitulah cara mereka tidur.

“Kita membeli barang yang kita suka, tapi tidak pernah dipakai tepat waktu, jadinya terus menumpuk. Saat mulai bersih-bersih, kita jadi terlalu lelah dan menyerah,” ungkap Nachiko kepada pembawa acara.

Usut punya usut, kehidupan yang dijalani mereka ini dimulai setelah sang kepala keluarga meninggal. Kemudian, ibu dan anak satu ini berjuang untuk hidup mandiri hingga kehilangan arah.

Jadi pengangguran tetapi punya penghasilan

Meskipun kini mereka menganggur, Nachiko dan Akana memiliki sebidang flat dengan tujuh unit.

Mereka tinggal di empat flat dan menyewakan sisanya, menghasilkan lebih dari 400.000 yen atau setara dengan Rp43 juta setiap bulannya. Selain itu, almarhum ayah Akana juga meninggalkan uang pensiun.

Mereka menggunakan uang itu untuk bertahan hidup, mulai dari memesan makanan untuk dibawa pulang, mandi di pemandian umum, dan menggunakan mesin cuci swalayan di dekatnya.

Nachiko pun mengatakan berasal dari keluarga pengusaha kaya dan memiliki suami yang bekerja di bidang pendidikan, Bunda.

Sang putri juga menceritakan bahwa almarhum ayahnya dulu sering mengajak mereka jalan-jalan ke luar negeri. Keluarga mereka selalu menikmati makanan dan barang-barang terbaik.

“Ayah saya sangat mengutamakan keluarga, dia memasak untuk kami. Asisten rumah tangga yang mengurus pekerjaan rumah. Kami punya anjing, dan keluarga kami sangat bahagia,” ungkapnya.

Namun, setelah sang ayah meninggal, saudara laki-laki dan perempuan Akane pindah, hanya menyisakan Akane dan ibunya.

Mereka pun kehilangan arah dan berjuang untuk mengurus diri sendiri, secara bertahap mengubah rumah mereka bak tempat pembuangan sampah.

Akane mengaku bukan tidak ingin berubah, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. “Bukannya kami tidak ingin berubah, kami hanya tidak tahu harus mulai dari mana.”

Kisah mereka tentunya langsung menjadi pusat perhatian di media sosial. Tak sedikit netizen yang turut mengomentari kehidupan Nachiko dan putrinya.

“Ternyata, bahkan tanpa kekhawatiran pekerjaan atau pinjaman rumah, orang-orang masih bisa hidup dengan sangat buruk,” ujar seorang pengamat.

“Ketika hidup kehilangan fokus, ia mudah terhanyut oleh hal-hal remeh,” ujar netizen yang lain.

“Saya harap mereka mencari bantuan psikolog dan menemukan jalan keluar dari kabut ini. Ayahnya tentu tidak ingin melihat mereka hidup seperti ini,” tutur netizen lainnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda