Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Pengangguran Muda di Sektor Teknologi Melonjak Akibat AI, Simak Dampaknya

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Senin, 11 Aug 2025 13:03 WIB

Ilustrasi AI
Ilustrasi AI/ Foto: Getty Images/Supatman
Daftar Isi

Artificial Intelligence (AI) kini sangat memengaruhi dunia kerja. Bahkan berdasarkan laporan terbaru, banyak pekerja muda menganggur karena AI. Kok bisa?

Lonjakan pengangguran di kalangan pekerja muda teknologi menyoroti sisi gelap dari kemajuan kecerdasan buatan (AI). Meskipun AI menjanjikan produktivitas dan efisiensi, gelombang otomatisasi justru menciptakan hambatan besar bagi generasi muda yang ingin membangun karier di industri teknologi.

Laporan terbaru dari Goldman Sachs mengungkapkan bahwa sejak awal 2024, tingkat pengangguran di kalangan profesional teknologi berusia 20 hingga 30 tahun meningkat tajam. Bahkan jauh melampaui kenaikan rata-rata pengangguran nasional.

Fenomena ini menandai perubahan besar dalam struktur pasar tenaga kerja teknologi, di mana AI mulai menggantikan tugas-tugas yang dulunya dilakukan oleh staf level pemula, termasuk coding dan analisis data. Chief Economist Goldman Sachs, Jan Hatzius, menyebut bahwa tren ini semakin terlihat sejak November 2022, bertepatan dengan peluncuran ChatGPT.

"Memang benar bahwa AI mulai terlihat lebih jelas dalam data," tulis Jan Hatzius, kepala ekonom Goldman Sachs, mengutip Business Insider.

Sejak saat itu, proporsi sektor teknologi dalam keseluruhan pasar tenaga kerja Amerika Serikat menurun di bawah tren jangka panjang. Dalam catatan terbarunya, Hatzius memperingatkan bahwa AI generatif akan menggantikan sekitar 6 persen sampai 7 persen tenaga kerja di Amerika selama satu dekade mendatang.

Meskipun angka ini tampak kecil secara keseluruhan, dampaknya sangat besar bagi pekerja muda. Mereka akan menghadapi proses pencarian kerja lebih lama dan minimnya kesempatan pelatihan di tempat kerja.

AI bikin pekerja muda jadi pengangguran

Otomatisasi yang didorong oleh AI generatif mulai menciptakan kemacetan pada jalur masuk ke dunia kerja teknologi. Lulusan baru menghadapi tantangan serius karena peran awal yang selama ini menjadi batu loncatan menuju jenjang karier lebih tinggi.

Menurut laporan Futurism, efisiensi yang diperoleh perusahaan melalui AI justru mengorbankan peran manusia, terutama pada posisi junior. Alat-alat berbasis AI kini dapat menghasilkan coding dan konten dalam waktu yang jauh lebih singkat, mengurangi kebutuhan terhadap tenaga kerja manusia dalam tugas-tugas rutin.

Mantan eksekutif Google, Mo Gawdat, dalam pernyataannya yang dikutip WebProNews, bahkan memprediksi akan terjadi gangguan besar mulai 2027, tidak hanya di level pemula, tapi juga pekerjaan level tinggi. Prediksi tersebut selaras dengan estimasi Goldman Sachs bahwa hingga 300 juta pekerjaan secara global bisa hilang atau mengalami degradasi akibat AI.

Ancaman ini bukan hanya sekadar peringatan futuristik, melainkan mulai terasa dalam data pasar tenaga kerja yang nyata.

Ketimpangan ekonomi

Meskipun AI menjanjikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas, narasi ini datang dengan catatan penting, yakni pertumbuhannya mungkin tertunda dan tidak merata. Fortune melaporkan bahwa Goldman Sachs memperkirakan manfaat ekonomi penuh dari AI, termasuk peningkatan PDB dan efisiensi besar-besaran, baru akan terasa sekitar 2027.

Sebelum masa itu tiba, ada risiko meningkatnya ketimpangan ekonomi antara kelompok pekerja yang mampu beradaptasi dan terdampak pemutusan hubungan kerja. Situs GV Wire mencatat bahwa teknologi AI dapat memperlebar kesenjangan antara 'elite terampil' dengan jutaan pekerja yang kehilangan mata pencaharian mereka.

Hatzius juga menyoroti bahwa perlambatan pertumbuhan output ekonomi AS menjadi persoalan jangka pendek yang lebih besar daripada dampak langsung AI. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil hanya meningkat sebesar 1,2 persen secara tahunan pada paruh pertama 2025 dan tren ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir tahun.

"Meskipun kondisi keuangan dan peningkatan bisnis seharusnya mendukung pertumbuhan, pendapatan riil yang dapat dibelanjakan konsumen kemungkinan akan tumbuh sangat lambat, tidak hanya karena lemahnya pertumbuhan lapangan kerja, tapi juga sebagian besar dampak dari tarif ke harga konsumen masih jauh di depan," tulis Hatzius.

Untuk itu, para profesional muda di sektor teknologi didorong untuk segera melakukan penyesuaian. Laporan dari IndexBox menyarankan agar pekerja muda mulai mengembangkan keterampilan baru di bidang yang melengkapi AI, seperti etika AI, keamanan siber, atau integrasi manusia dan mesin, dibandingkan bersaing langsung dengan teknologi.

Viral di media sosial

Di media sosial, terutama platform X (sebelumnya Twitter), muncul gelombang kekhawatiran yang meluas. Banyak pengguna membagikan data Goldman Sachs tentang lonjakan pengangguran muda di sektor teknologi disertai kisah nyata tentang lamanya pencarian kerja akibat efisiensi yang dihasilkan oleh AI.

Menanggapi hal ini, sejumlah perusahaan mulai berinvestasi dalam program pelatihan internal dan peningkatan keterampilan. Bahkan WebProNews menekankan pentingnya pembelajaran berkelanjutan karena diperkirakan jutaan pekerja akan terdampak sebelum akhir 2025 jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan.

Strategi bertahan di era AI

Untuk menghadapi transformasi ini, baik pekerja maupun perusahaan harus mengubah pendekatan. Profesional muda perlu mengembangkan keterampilan yang bersifat strategis, seperti pemikiran kritis, kepemimpinan proyek, dan pemahaman lintas disiplin.

Sementara itu, perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar efisiensi, namun juga menciptakan sistem pelatihan internal dan jalur karier yang berkelanjutan.

Jadi, meski AI membawa era baru dengan potensi luar biasa, implikasi jangka pendeknya terhadap angkatan kerja muda sangat nyata dan mengkhawatirkan. Data dari Goldman Sachs dan berbagai laporan industri menunjukkan bahwa sektor teknologi berada di persimpangan penting, yakni antara inovasi dan ketimpangan.

Oleh karena itu, para pekerja muda diharapkan lebih bisa mempersiapkan diri lebih baik agar tidak kalah dengan perkembangan AI masa kini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda