Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

dr. Bonita Effendi, Sp. P.D, BMedSc, M.Epid   |   HaiBunda

Senin, 30 Jun 2025 23:30 WIB

Dokter Sisipan
dr. Bonita Effendi, Sp. P.D, BMedSc, M.Epid
Menamatkan magister Epidemiologi Klinik dan spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia. Beliau kerap menjadi narasumber talkshow kesehatan. Praktik di RSPI – Puri Indah setiap Senin-Sabtu.
Hipertensi di usia muda
Hipertensi di usia muda/ Foto: Getty Images/Wasana Kunpol
Daftar Isi
Jakarta -

Hipertensi menjadi salah satu silent killer yang perlu diwaspadai. Banyak orang tidak menyadari gejala hipertensi, sampai terjadi komplikasi yang menyebabkan masalah pada jantung.

Dikenal pula dengan istilah darah tinggi, penyakit ini sering disebut 'penyakit orang tua'. Namun belakangan, prevalensinya meningkat di kalangan usia muda.

Hipertensi adalah kondisi ketika terjadi peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah sendiri terdiri dari dua, yakni sistolik dan diastolik. Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHG, atau diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.

Umumnya hipertensi diidap oleh pasien usia di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini ternyata banyak juga anak muda usia 18-20 tahun yang sudah mulai terdeteksi mengidap tekanan darah tinggi.

Lantas, apa penyebab, gejala, hingga cara pencegahan hipertensi di usia muda?

Penyebab hipertensi di usia muda

Hipertensi di usia muda dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya kesadaran untuk melakukan screening atau rasa ingin mengetahui kondisi kesehatan lebih dini. Hal ini membuat hipertensi mereka terdeteksi lebih cepat dan lebih pasti.

Perlu diketahui juga bahwa tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua, yakni kondisi yang tidak diketahui penyebabnya atau primer, dan akibat dari penyakit tertentu atau sekunder.

1. Hipertensi primer

Tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya biasanya dihubungkan dengan riwayat orang tua atau faktor genetik. Hal ini juga berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat.

2. Hipertensi sekunder

Peningkatan darah pada hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Beberapa di antaranya pada orang yang memiliki riwayat penyakit ginjal, kelenjar tiroid, atau bersifat hormonal seperti kelenjar adrenal di ginjal.

Namun, berdasarkan beberapa laporan dapat disimpulkan bahwa faktor utama tekanan darah tinggi berkaitan dengan sedentary lifestyle dan pola makan saat ini yang sangat berbeda dengan zaman dahulu.

Golongan orang yang lebih berisiko alami hipertensi

Hipertensi lebih berisiko terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut, dengan kemungkinan risiko sebagai berikut:

  • Risiko hipertensi pada orang usia 45-54 tahun meningkat 45 persen
  • Risiko hipertensi pada orang usia 55-65 tahun meningkat 55 persen
  • Risiko hipertensi pada orang usia 65-74 tahun meningkat 63 persen
  • Bahkan, jika usia harapan hidup meningkat, sebanyak 69 persen orang berusia 70 tahun ke atas dapat mengalami hipertensi

Risiko hipertensi mulai meningkat di usia 45 tahun ke atas. Namun, berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), masyarakat berusia 18-24 tahun memiliki risiko hipertensi sebesar 13 persen. Sedangkan pada usia 34-40 tahun risiko hipertensi mencapai 30 persen.

Gejala hipertensi di usia muda

Jika mulai mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, atau pandangan terlihat agak buram, dianjurkan untuk lebih waspada. Hipertensi sebagai silent killer, menjadi penyakit yang berbahaya karena tidak menunjukkan gejala dan keluhan yang khas.

Bisa saja pasien atau individu tidak merasakan adanya gejala. Namun, ternyata saat melakukan screening tekanan darahnya tinggi. Pada beberapa kasus, hipertensi baru terdeteksi dengan banyak komplikasi penyerta.

Melihat semakin banyak anak muda mengalami hipertensi, lebih baik melakukan screening kesehatan lebih awal.

Risiko komplikasi hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai pembuluh darah di tubuh, termasuk pembuluh darah menuju otak, mata, jantung, ginjal, dan kaki.

Tekanan darah tinggi pada otak dapat memicu terjadinya stroke. Sedangkan tekanan darah yang terjadi pada mata disebut dengan kondisi retinopati, yang menyebabkan gangguan penglihatan. Tekanan pembuluh darah berisiko mengakibatkan kerusakan pada retina.

Sementara tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan serangan jantung. Selain itu, ginjal juga dapat terkena komplikasi akibat hipertensi. Hal ini dapat menyebabkan ukuran ginjal semakin kecil, fungsinya terganggu, hingga menyebabkan gagal ginjal.

Pembuluh darah kaki yang terganggu juga dapat menyebabkan luka atau pembengkakan.

Cara mencegah hipertensi di usia muda

Ada banyak cara yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah tekanan darah tinggi. Berikut beberapa di antaranya:

1. Menjalani diet DASH atau mengurangi asupan garam

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) termasuk diet untuk mengurangi konsumsi garam. Asupan garam yang disarankan dokter adalah 5 gram per hari atau setara dengan satu sendok teh. Sudah termasuk dengan kandungan garam dalam masakan sehari-hari atau makanan olahan, seperti roti-rotian.

2. Konsumsi makanan sehat dan seimbang

Makanan sehat bervariasi juga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan daging rendah lemak. Disarankan juga mengonsumsi sayur dan buah paling tidak 4-5 porsi per hari.

Bunda dianjurkan juga untuk membatasi asupan lemak jenuh dan makanan seperti junk food, kue-kue, atau makanan dengan banyak kandungan margarin.

3. Berolahraga

Berolahraga tentunya sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi. Disarankan untuk melakukan latihan fisik setidaknya 150 menit atau lima kali dalam seminggu. Jadwal olahraga dapat dibagi menjadi 30 menit per hari.

Meski tidak ada olahraga khusus, pasien hipertensi dengan obesitas atau kelebihan berat badan dianjurkan mengikuti olahraga aerobik non weight bearing karena harus meningkatkan pompa jantung agar kondisinya tetap baik.

4. Mengatur stres dengan baik

Stres memang tidak menyebabkan hipertensi secara langsung. Namun, stres menjadi faktor risiko seseorang mengalami hipertensi.

Orang yang stres cenderung menjalani gaya hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan, merokok, mengonsumsi alkohol, hingga malas beraktivitas.

Karenanya, disarankan untuk mengatasi stres dengan baik agar dapat menjalani pola hidup sehat yang maksimal.

5. Pemeriksaan kesehatan dini

Menjalani screening kesehatan lebih cepat, tentunya lebih baik. Hal ini juga berlaku bagi Bunda untuk mencegah hipertensi. Setidaknya lakukan medical checkup satu kali dalam setahun untuk mengetahui tekanan darah dan risiko penyakit lainnya.

Perawatan untuk pasien hipertensi

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi pengobatan (farmakologis) dan perubahan gaya hidup (non-farmakologis). Berikut perbedaan dari keduanya:

1. Perawatan farmakologis

Farmakoterapi hipertensi melibatkan berbagai jenis obat untuk mengontrol tekanan darah. Namun harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Setiap golongan obat memiliki mekanisme kerja, indikasi, dan efek samping yang berbeda, sehingga pemilihannya harus disesuaikan dengan kondisi medis pasien.

2. Perawatan non-farmakologis

Perawatan non-farmakologis yaitu melakukan perubahan gaya hidup, seperti pola diet sehat, pembatasan natrium, meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga teratur, membatasi asupan alkohol, tidak merokok atau mengonsumsi produk tembakau lainnya, hingga pengendalian berat badan.

Kapan harus menemui dokter?

Jika mengalami keluhan pusing dan sakit kepala, sebaiknya langsung melakukan pemeriksaan tekanan darah. Kemudian, jika di keluarga ada faktor risiko darah tinggi, diabetes, penyakit jantung di usia muda, dan stroke, maka sebaiknya lakukan screening kesehatan minimal satu tahun sekali.

Jika mengalami gejala tertentu seperti mudah berdebar, sesak dada yang tidak nyaman, hingga berat badan turun atau naik drastis, ada kalanya dilakukan pemeriksaan ke dokter.

Hipertensi menjadi penyakit yang berbahaya karena terkadang tidak menunjukkan gejala khusus. Apalagi kini kasusnya meningkat pada masyarakat berusia yang lebih muda. Oleh karena itu, lebih baik melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Pencegahan sejak dini menjadi kunci utama untuk menekan angka kejadian hipertensi di usia produktif. Pola hidup sehat, seperti diet seimbang, olahraga teratur, dan pengelolaan stres, sangat penting untuk pencegahan hipertensi di usia muda. Semoga informasinya membantu!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(asa/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda