Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Fakta Baru: Uranium Bukan dari ASI Bunda, tapi dari Kualitas Air

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Kamis, 11 Dec 2025 08:50 WIB

Ilustrasi menyusui
Fakta Baru: Uranium Bukan dari ASI Bunda, tapi dari Kualitas Air/Foto: Getty Images/iStockphoto/SVPhilon
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda mungkin sempat melihat pemberitaan tentang temuan uranium dalam sampel ASI pada sebuah studi terbaru. Wajar kalau hal ini membuat banyak ibu khawatir soal keamanan ASI untuk buah hati. Namun, temuan lengkap para peneliti justru menunjukkan fakta yang melegakan: sumber utama uranium bukan berasal dari ASI, melainkan dari kualitas air minum yang digunakan sehari-hari.

Temuan ini membuat para ahli kembali menegaskan bahwa ASI tetap menjadi sumber nutrisi paling aman dan terbaik bagi bayi.

Uranium di ASI

Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports (Nature Publishing Group) meneliti sampel ASI dari 40 ibu menyusui di Bihar, India. Penelitian tersebut menemukan jejak uranium pada seluruh sampel, dengan konsentrasi bervariasi antara 0 hingga 5,25 mikrogram per liter (µg/L). Meski terdengar mencemaskan, penjelasan lengkap para peneliti justru menempatkan masalah ini pada konteks yang tepat.

Faktanya, uranium yang terdeteksi bukan berasal dari tubuh ibu atau proses menyusui. Kontaminasi berasal dari air minum rumah tangga yang mengandung uranium akibat kondisi geologi setempat.

Para peneliti menjelaskan bahwa wilayah Bihar memiliki air tanah dengan kadar uranium tinggi. Akibatnya, paparan terjadi bukan karena menyusui, melainkan karena air yang digunakan ibu untuk minum dan kebutuhan rumah tangga.

Air minum terkontaminasi: Sumber utama paparan uranium

Temuan dari Bihar ini sejalan dengan berbagai penelitian terkait kualitas air di wilayah lain, terutama daerah dengan kandungan mineral tinggi di tanahnya.

Beberapa studi menunjukkan bahwa:

  • Di Rajasthan, dari 205 sampel air, 18 persen melebihi batas aman uranium menurut WHO (30 µg/L).
  • Di Bangalore, beberapa sampel air bahkan mencapai kadar uranium lebih dari 2.000 µg/.
  • Di kawasan pertambangan Khetri, 28 persen sampel air melampaui batas aman.

Penelitian-penelitian tersebut menegaskan bahwa paparan uranium terjadi melalui air minum, bukan melalui ASI.

Kenapa uranium sulit masuk ke ASI?

Meski beberapa penelitian menemukan jejak uranium pada ASI, para ahli menegaskan bahwa kadarnya sangat rendah dan tidak berasal dari proses menyusui itu sendiri. Menurut para ahli kesehatan lingkungan, tubuh ibu memiliki mekanisme alami yang menyaring banyak logam berat, termasuk uranium. Tubuh ibu memiliki sistem perlindungan yang sangat kuat. 

1. Uranium mengikat pada tulang dan jaringan lain, bukan ke payudara

Ketika uranium masuk ke tubuh, biasanya dari air minum yang tercemar, logam berat ini cenderung mengikat ke tulang, tersimpan di ginjal, terdeteksi di darah dalam jumlah sangat kecil. Proses ini membuat uranium tidak mudah mencapai jaringan payudara, sehingga jumlah yang bisa masuk ke ASI hampir tidak signifikan.

2. Kelenjar payudara punya 'filter' alami

ASI diproduksi melalui proses yang sangat selektif. Kelenjar payudara hanya mengambil komponen yang dibutuhkan bayi, seperti:

  • Protein
  • Lemak
  • Laktosa
  • Antibodi
  • Mineral esensial

Zat beracun dan logam berat umumnya tidak lolos, atau hanya lolos dalam jumlah yang sangat kecil. Karena itu, uranium memiliki hambatan biologis besar untuk masuk ke ASI.

3. Molekul uranium terlalu besar dan bermuatan

Uranium dalam tubuh biasanya berada dalam bentuk senyawa bermuatan (ion). Karakteristik ini membuatnya, sukar melewati membran sel, tidak mudah lolos ke dalam 'alur produksi' ASI dan lebih cenderung tetap berada di darah atau ginjal. Sementara komponen ASI diproduksi oleh sel epitel yang sangat selektif.

4. ASI mengutamakan zat yang bermanfaat untuk bayi

Tubuh ibu memiliki prioritas biologis, memberikan yang terbaik untuk bayi. Itu sebabnya, banyak zat berbahaya secara alami dibatasi untuk masuk ke ASI, termasuk, Bakteri, Virus, Logam berat seperti timbal, merkuri, atau uranium. Karena proses seleksi ini, bahkan zat yang beredar dalam darah ibu pun belum tentu masuk ke ASI.

5. Penelitian menunjukkan transfer uranium ke ASI sangat rendah

Dalam studi Scientific Reports (Nature Publishing Group, 2025), peneliti menemukan, kadar uranium di air minum ibu bisa mencapai >200 µg/L tetapi kadar di ASI hanya 0–5,25 µg/L. Artinya, transfer uranium ke ASI sangat kecil meski ibu terpapar dalam kadar tinggi. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menyimpulkan hal yang sama bahwa ASI bukan jalur utama paparan uranium pada bayi.

6. Justru risiko lebih tinggi datang dari air yang diminum langsung

Bayi yang minum air matang dan susu formula yang dicampur air terkontaminasi berisiko terpapar uranium jauh lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat ASI eksklusif. Karena itu, WHO menegaskan bahwa menyusui adalah metode paling aman dalam kondisi lingkungan dengan risiko kontaminasi logam berat. Karena itu, para peneliti menegaskan bahwa menyusui tidak meningkatkan risiko paparan uranium pada bayi.

Justru bayi yang tidak disusui berisiko lebih tinggi

Bunda, ada fakta penting dari penelitian terbaru bahwa paparan uranium justru lebih tinggi pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, terutama yang mengonsumsi susu formula yang dicampur dengan air minum yang kualitasnya buruk.

Dalam studi yang sama, bayi yang mendapat ASI eksklusif tercatat memiliki paparan uranium paling rendah. Sebaliknya, bayi yang mengonsumsi susu formula berpotensi terpapar lebih tinggi apabila air yang digunakan untuk melarutkan formula tercemar uranium atau logam berat lainnya. WHO sendiri menegaskan bahwa bayi sangat sensitif terhadap paparan logam berat, sehingga kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan mereka harus sangat diperhatikan.

1. ASI punya mekanisme 'penyaring alami'

Dalam beberapa penelitian toksikologi, termasuk laporan Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) dan World Health Organization (WHO), dinyatakan bahwa tubuh ibu menyaring logam berat seperti timbal, kadmium, hingga uranium. Karena proses ini, kadarnya di ASI sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan yang masuk ke tubuh ibu.

Artinya, air yang diminum ibu bisa mengandung uranium, tapi hanya sangat sedikit yang bisa menembus ke ASI. Ini sebabnya bayi yang disusui justru lebih aman.

2. Risiko lebih tinggi pada bayi yang minum formula

Beberapa studi menemukan bahwa kandungan uranium dalam urine bayi yang tidak disusui bisa jauh lebih tinggi. Karena susu formula harus dicampur air. Nah jika kualitas air tidak baik, mengandung uranium atau logam berat lainnya, bayi bisa terekspos langsung. Selain itu, bayi sangat sensitif, terutama ginjalnya yang belum matang.

Menurut studi Environmental Health Perspectives, bayi formula di daerah dengan kualitas air buruk punya paparan uranium 2–5 kali lebih besar dibanding bayi ASI. Selain itu, bayi non-ASI menunjukkan konsentrasi uranium lebih tinggi dalam biomonitoring.

3. ASI memberikan 'proteksi ganda'

Selain kadarnya rendah, ASI juga mengandung, antioksidan, protein pengikat logam dan zat imunologis. Semua ini membantu tubuh bayi menetralkan dan membuang zat berbahaya lebih efektif. Bayi yang tidak mendapat ASI kehilangan proteksi alami ini, sehingga lebih mudah terdampak oleh kontaminasi dari air atau bahan makanan lainnya.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan Bunda?

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menakuti para ibu, melainkan meningkatkan kesadaran bahwa kualitas air minum adalah faktor penting dalam kesehatan keluarga.

Berikut langkah yang bisa Bunda lakukan:

1. Periksa kualitas air rumah

Terutama jika menggunakan air sumur bor. Tes kualitas air sebaiknya dilakukan setidaknya setiap 1–2 tahun.

2. Gunakan filter air yang memadai

Teknologi reverse osmosis (RO) efektif menyaring logam berat termasuk uranium.

3. Pastikan depot air isi ulang bersertifikat

Gunakan depot yang memiliki pengecekan kualitas rutin.

4. Hindari memberikan air minum pada bayi di bawah 6 bulan

Ini sangat penting untuk mengurangi risiko paparan logam berat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda