menyusui
Ramai Dibahas! Studi Kontrasepsi & Kanker Payudara Sering Disalahartikan
HaiBunda
Rabu, 03 Dec 2025 08:50 WIB
Daftar Isi
Belakangan ini, topik soal kontrasepsi dan risiko kanker payudara kembali ramai jadi bahan perbincangan di media sosial. Banyak potongan informasi yang dibagikan tanpa konteks, sehingga bikin Bunda jadi was-was sendiri. Padahal, kalau kita baca penelitiannya secara utuh, hasilnya tidak semenakutkan yang muncul di media sosial.
Beberapa studi besar yang sering dikutip itu sering disalahartikan, sebagian informasi ternyata disalah pahami dan dilebih-lebihkan sehingga perlu penjelasan lebih lengkap agar tidak menimbulkan ketakutan yang tidak perlu.
Studi kontrasepsi & kanker payudara
Beberapa studi besar memang menemukan sedikit peningkatan risiko kanker payudara pada perempuan yang memakai kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, implan, suntik, dan IUD hormonal. Tapi dan ini penting peningkatan risikonya kecil sekali, serta risiko ini hilang kembali setelah pemakaian dihentikan.
Salah satu penelitian yang sering dikutip adalah studi dari The New England Journal of Medicine (NEJM) yang melibatkan lebih dari 1,8 juta perempuan. Studi ini menemukan bahwa pengguna kontrasepsi hormonal memiliki risiko kanker payudara sekitar 20 persen lebih tinggi secara relatif. Kedengarannya besar, ya? Tapi sebenarnya risiko absolutnya sangat kecil.
Contohnya gini, Bunda, pada perempuan usia 20–30 tahun, risiko alami terkena kanker payudara itu sudah sangat rendah. Peningkatan 20 persen itu bukan berarti 20 orang dari 100 akan terkena kanker, ya. Secara absolut, kenaikannya hanya sekitar 1–2 kasus tambahan per 10.000 perempuan per tahun. Jadi efeknya kecil banget.
Selain itu, dikutip dari Al Jazeera, terdapat sebuah penelitian besar di Swedia yang meneliti lebih dari 2 juta perempuan di bawah usia 50 tahun selama lebih dari 10 tahun. Studi ini melihat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal seperti pil KB, implan, suntik, dan IUD hormonal dengan risiko kanker payudara. Hasilnya memang menemukan adanya peningkatan risiko, tapi:
1. Peningkatannya kecil sekali
Penelitian menunjukkan kenaikan risiko sekitar 24 persen secara relatif. Tapi jika diubah ke angka nyata, risiko awal: Sekitar 54 kasus kanker payudara per 100.000 perempuan per tahun. Setelah menggunakan hormonal: Sekitar 67 kasus per 100.000
Artinya hanya ada 13 kasus tambahan per 100.000 perempuan per tahun. Dalam bentuk sederhana, sekitar 1 kasus tambahan per 7.800 perempuan pemakai KB hormonal per tahun. Angka ini kecil sekali, Bunda.
2. Risikonya bersifat sementara
Peneliti menemukan bahwa risiko paling tinggi saat kontrasepsi sedang dipakai. Setelah berhenti, risikonya kembali normal dalam 5–10 tahun.
3. Tidak semua kontrasepsi punya efek yang sama
Ini juga sering tidak dijelaskan di media sosial. Peneliti menemukan bahwa beberapa jenis progestin tertentu memiliki risiko lebih tinggi. Tapi beberapa kontrasepsi lain tidak menunjukkan peningkatan risiko sama sekali, termasuk suntik medroxyprogesterone acetate (jenis KB suntik tertentu) Jadi efeknya tidak bisa disamaratakan, Bun.
Sehingga Menurut laporan Al Jazeera, angka 24 persen sering dipotong dan disebarkan tanpa penjelasan bahwa itu adalah risiko relatif, bukan risiko absolut. Ini yang bikin masyarakat salah paham.
Misalnya, orang berpikir, “KB bikin risiko kanker naik 24 persen. Bahaya!” Padahal, kalau angka dasarnya sangat kecil, kenaikan relatif 24 persen sebenarnya menghasilkan peningkatan absolut yang sangat kecil. Para ahli statistik kesehatan memang sering mengingatkan bahwa angka relatif itu bisa membuat sesuatu terlihat lebih berbahaya daripada kenyataannya.
Banyak studi ungkap kontrasepsi bermanfaat besar
Di balik kekhawatiran soal risiko kanker payudara yang sering dibesar-besarkan, banyak penelitian justru menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal punya manfaat kesehatan yang sangat penting untuk perempuan, Bunda.
Sejumlah studi besar menemukan bahwa kontrasepsi hormonal membantu:
1. Mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium
Ini adalah manfaat paling konsisten yang ditemukan dalam berbagai penelitian internasional.
Banyak studi menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal menurunkan risiko kanker ovarium hingga 30–50 persen, dan efek perlindungan ini bisa bertahan lama bahkan setelah penggunaan dihentikan.
2. Membuat siklus haid lebih teratur
Untuk Bunda yang sering mengalami haid tidak teratur atau perdarahan berlebihan, kontrasepsi hormonal dapat membantu menstabilkan hormon sehingga siklus lebih nyaman dan dapat diprediksi.
3. Mengurangi nyeri haid dan gejala endometriosis
Kontrasepsi hormonal terbukti secara klinis dapat menurunkan rasa nyeri akibat haid, mengurangi kram hebat, serta membantu mengendalikan gejala endometriosis yang sering mengganggu aktivitas perempuan.
4. Mengurangi risiko anemia
Karena kontrasepsi membuat perdarahan haid lebih sedikit dan lebih pendek, risiko anemia akibat kekurangan zat besi menjadi lebih rendah.
5. Mengendalikan jerawat dan masalah kulit tertentu
Beberapa formulasi kontrasepsi hormonal dapat membantu menurunkan produksi sebum dan memperbaiki kondisi jerawat hormonal pada perempuan.
Pilah-Pilih Alat KB untuk Perencanaan Kehamilan/ Foto: HaiBunda / Novita Rizki |
Tips aman dan bijak memilih kontrasepsi
Setelah memahami manfaat dan risiko kontrasepsi hormonal, langkah berikutnya adalah memilih metode yang paling aman dan sesuai dengan kondisi tubuh Bunda. Karena setiap perempuan itu berbeda, pemilihan KB tidak bisa disamaratakan.
Berikut beberapa tips yang bisa Bunda jadikan panduan:
1. Kenali kondisi kesehatan Bunda terlebih dahulu
Sebelum memilih KB, penting untuk memahami kondisi tubuh sendiri.
Pertimbangkan hal-hal berikut:
- Apakah Bunda punya riwayat migren?
- Apakah ada tekanan darah tinggi?
- Apakah ada riwayat kanker payudara dalam keluarga?
- Apakah Bunda punya masalah pembekuan darah?
- Apakah siklus haid Bunda teratur?
Mengetahui kondisi kesehatan sejak awal membuat dokter bisa menentukan KB yang paling aman.
2. Konsultasi dengan dokter atau bidan
Dokter reproduksi, obgyn, atau bidan biasanya akan menilai riwayat kesehatan Bunda secara menyeluruh. Mereka bisa membantu memilih metode yang paling cocok, misalnya:
- KB hormonal (pil, suntik, implan, IUD hormonal)
- KB non-hormonal (IUD tembaga, kondom, metode kalender)
- KB jangka panjang atau jangka pendek
- KB yang nyaman untuk ibu menyusui
Jadi jangan sungkan bertanya, ya Bunda.
3. Pertimbangkan jenis kontrasepsi yang paling nyaman
Setiap metode punya kenyamanan yang berbeda:
- Pil KB cocok untuk Bunda yang bisa disiplin minum setiap hari
- Suntik cocok untuk yang ingin bebas ribet
- Implan & IUD cocok untuk Bunda yang ingin perlindungan jangka panjang
- IUD tembaga cocok kalau Bunda ingin KB tanpa hormon
Sesuaikan dengan gaya hidup dan preferensi Bunda.
4. Pahami efek samping yang mungkin muncul
Semua metode kontrasepsi termasuk yang non-hormonal tetap punya efek samping. Yang penting adalah Bunda mengetahui, menerima, dan siap menghadapi perubahan yang mungkin terjadi. Misalnya:
- Pil KB bisa menyebabkan mual di awal
- IUD bisa membuat haid lebih banyak 1–3 bulan pertama
- KB suntik bisa memengaruhi mood pada sebagian kecil perempuan
- Implan bisa menyebabkan flek
Jika efek samping berlangsung lama atau mengganggu, Bunda bisa kembali konsultasi untuk mengubah metode.
5. Jangan hanya mengikuti tren atau postingan viral
Banyak informasi kesehatan di media sosial yang tidak lengkap atau tidak akurat. Jadi daripada mengikuti apa yang sedang ramai dibahas, lebih baik Bunda memegang prinsip, tujuannya bukan ikut tren, tapi memilih yang paling aman untuk tubuh sendiri.
6. Rutin periksa payudara
Terlepas dari metode KB yang Bunda pilih, pemeriksaan payudara tetap penting.
Bunda bisa:
- Rutin SADARI setiap bulan
- Melakukan USG payudara jika dianjurkan dokter
- Melakukan tes tambahan jika punya riwayat keluarga tertentu
Ini bukan karena KB berbahaya, tapi karena pemeriksaan dini selalu memberi hasil terbaik.
7. Evaluasi setiap 6–12 bulan
Kondisi tubuh bisa berubah seiring waktu, Bunda. Jadi ada baiknya mengevaluasi ulang KB yang dipakai setiap, 6 bulan atau 1 tahun sekali dan jika ternyata sudah tidak cocok, Bunda bisa mengganti metode lain.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Menyusui
Deteksi Dini Kanker Payudara Ditanggung BPJS, Ini Cara & Syaratnya
Menyusui
Amankah Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayi? Ini Kata Dokter
Menyusui
Kenali Perbedaan Tumor Payudara Jinak & Ganas, Busui Perlu Tahu
Menyusui
4 Jenis Tes Kesehatan Payudara dan Kisaran Biayanya, Simak Bun
Menyusui
Cara Bedakan Benjolan Payudara Akibat Masalah Menyusui dan Kanker
5 Foto
Menyusui
5 Potret Nola Be3 Galau Menyapih Nakeya meski Telah Menyusui Lebih dari 2 Th
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Pilah-Pilih Alat KB untuk Perencanaan Kehamilan/ Foto: HaiBunda / Novita Rizki
Anggia Istri Agus Kuncoro Jalani Pet Scan Setelah 4 Tahun Didiagnosis Kanker Payudara
Nunung Bagikan Progres Pengobatan Kanker Payudara, Semangat demi Jadi Penyintas
Kisah Mengharukan Dua Triplet Didiagnosis Kanker Payudara Secara Berurutan dalam Hitungan Bulan