Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Donor ASI secara Informal Ternyata Punya Risiko Tersembunyi, Simak Penjelasannya

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Senin, 24 Nov 2025 08:40 WIB

ASI perah
Donor ASI secara Informal Ternyata Punya Risiko Tersembunyi, Simak Penjelasannya/Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH
Daftar Isi
Jakarta -

Donor ASI kini makin dikenal sebagai solusi untuk membantu bayi yang membutuhkan ASI tambahan. Banyak Bunda yang memilih jalur informal atau langsung meminta ASI dari kerabat, teman, atau lewat grup komunitas. Sekilas terlihat praktis dan menghemat waktu.

Namun, ada risiko tersembunyi yang perlu Bunda pahami sebelum memutuskan untuk menerima ASI donor tanpa prosedur medis atau skrining resmi.

Apa itu donor ASI informal?

Donor ASI informal adalah praktik berbagi ASI tanpa melalui bank ASI resmi dan tanpa pemeriksaan kesehatan yang lengkap. Prosesnya biasanya hanya berdasarkan kepercayaan antar Bunda, tanpa adanya standar kebersihan, tes penyakit, ataupun penanganan khusus.

Padahal, menurut berbagai lembaga medis internasional seperti World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ASI donor idealnya harus melalui skrining kesehatan dan pasteurisasi agar aman untuk bayi.

Risiko tersembunyi dari donor ASI informal

Donor ASI informal memang terlihat praktis karena pendonor mudah ditemukan dan prosesnya cepat. Namun tanpa prosedur medis yang tepat, praktik ini menyimpan sejumlah risiko yang sering tidak disadari Bunda.

1. Risiko penularan penyakit infeksi

ASI dapat membawa patogen bila pendonor tidak melalui skrining kesehatan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui ASI meliputi:

  • HIV
  • Hepatitis B dan CCMV (Cytomegalovirus)
  • HTLV-1
  • Bakteri dari proses pemerahan yang tidak higienis

Bank ASI resmi selalu mewajibkan pemeriksaan kesehatan pendonor dan melakukan proses pasteurisasi untuk membunuh patogen.

2. Kontaminasi akibat penanganan yang tidak steril

Proses memerah, menyimpan, dan mengirim ASI harus mengikuti standar ketat. Pada donor informal, kebersihannya tidak terjamin, termasuk:

  • Wadah yang tidak steril
  • Lemari pendingin dengan suhu tidak sesuai
  • ASI yang terlalu lama disimpan
  • Risiko tercampur dengan ASI lain tanpa label jelas

Ini bisa memicu diare, infeksi, atau masalah saluran cerna pada bayi.

3. Kandungan ASI bisa tidak sesuai kebutuhan bayi

ASI berubah sesuai usia bayi. Sebagai contoh, ASI untuk bayi baru lahir kaya kolostrum, sedangkan ASI untuk bayi besar punya kadar nutrisi yang berbeda. ASI untuk bayi 1 bulan tidak sama dengan ASI untuk bayi 8 bulan. Jika bayi prematur atau memiliki kebutuhan medis khusus, menerima ASI dari usia bayi yang berbeda bisa memengaruhi:

  • Kecukupan nutrisi
  • Kadar kalori
  • Kadar protein, lemak, dan antibodi

Bank ASI resmi selalu menyesuaikan donor berdasarkan usia dan kondisi klinis bayi penerima.

4. Risiko ADULTERASI (ASI Dicampur cairan lain)

Dalam praktik informal, tidak ada pengawasan. Ada laporan internasional bahwa ASI bisa dicampur dengan:

  • Susu formula
  • ASI dari orang lain
  • Cairan lain untuk menambah volume

Ini berisiko besar bagi kesehatan bayi.

5. Risiko ketidaksesuaian informasi medis pendonor

Walaupun pendonor mengatakan sehat, beberapa kondisi tidak selalu tampak, seperti:

  • Konsumsi obat tertentu
  • Paparan alkohol
  • Penggunaan narkotika atau obat terlarang
  • Riwayat penyakit kronis
  • Alergi atau paparan zat tertentu

Semua ini bisa terbawa melalui ASI.

6. Risiko terkait microbiome dan alergi

ASI membawa bakteri baik (microbiome), antibodi, dan sel imun dari tubuh ibu pendonor. Pada donor informal, bayi bisa terpapar microbiome yang tidak sesuai atau bahkan berpotensi menimbulkan:

  • Reaksi alergi
  • Gangguan pencernaan
  • Perubahan flora usus bayi

Hal ini belum melalui skrining yang semestinya.

7. Risiko etika dan legalitas

Beberapa negara melarang jual beli ASI informal karena berbahaya. Selain itu:

  • Tidak ada perlindungan hukum
  • Tidak ada standar kualitas
  • Tidak ada tanggung jawab jika bayi mengalami efek samping

Ini berbeda dengan bank ASI rumah sakit yang memiliki protokol jelas dan perlindungan hukum.

Infografis Ketentuan Donor ASIKetentuan Donor ASI/ Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

Tips aman jika Bunda membutuhkan donor ASI

Mendapatkan cukup ASI untuk Si Kecil tentu jadi harapan setiap Bunda. Namun, dalam beberapa kondisi, produksi ASI bisa menurun atau kebutuhan bayi meningkat sehingga Bunda membutuhkan dukungan tambahan.

Di tengah kebutuhan ini, banyak yang akhirnya mencari solusi cepat dengan donor ASI informal yang sering dianggap praktis dan mudah ditemukan lewat kerabat atau komunitas.

Namun, sebelum memilih jalur ini, Bunda perlu tahu bahwa donor ASI tanpa pengawasan medis tetap memiliki risiko. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar Bunda bisa mengambil keputusan yang aman dan sesuai kebutuhan bayi. Karena itu, penting untuk memahami cara-cara yang lebih aman bila Bunda membutuhkan ASI tambahan.

1. Gunakan bank ASI resmi

Bank ASI rumah sakit menjalankan:

  • Proses skrining ketat
  • Pasteurisasi terstandar (Holder Method)
  • Pencatatan dan pelabelan jelas

Ini adalah pilihan yang aman dan direkomendasikan oleh WHO.

2. Konsultasi dengan konsultan laktasi

Jika suplai ASI Bunda kurang, konsultan laktasi bisa membantu meningkatkan produksi melalui:

  • Manajemen menyusui
  • Pijat laktasi
  • Teknik pumping yang tepat
  • Relaktasi

3. Pertimbangkan formula jika kondisi mendesak

Untuk kondisi tertentu, dokter bisa memberikan rekomendasi susu formula yang sesuai sebagai alternatif sementara.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda