
menyusui
Perempuan yang Lewatkan Skrining Payudara Pertama, Risiko Meninggal akibat Kanker Naik 40 Persen
HaiBunda
Sabtu, 04 Oct 2025 10:30 WIB

Daftar Isi
Perempuan terkadang tak menganggap penting skrining payudara. Padahal, melewatkan skrining payudara pertama meningkatkan risiko meninggal akibat kanker sebesar 40 persen.
Selama ini, kebanyakan perempuan baru memeriksakan diri saat sudah ada benjolan. Padahal dengan skrining payudara atau mammografi bisa mendeteksi tumor sekecil 0,5 cm, bahkan sebelum bisa diraba tangan.
Selain mammografi, perempuan juga dapat melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) setiap bulan, 7–10 hari setelah haid.
Penelitian tentang risiko kanker meningkat jika lewatkan skrining payudara
Melansir TheGuardian, para ahli dari Karolinska Institute di Swedia menganalisis data sekitar setengah juta perempuan di seluruh Swedia. Perempuan tersebut menerima undangan skrining pertama antara tahun 1991 dan 2020 serta dipantau selama 25 tahun.
Temuan para ahli yang dipublikasikan di British Medical Journal memperhitungkan faktor-faktor sosial, ekonomi, reproduksi, dan kesehatan. Hasilnya, hampir satu dari tiga (32 persen) perempuan tidak hadir sesuai dengan janji temu mammogram pertamanya.
Tidak datang pada skrining pertama dikaitkan dengan risiko kematian akibat kanker payudara yang jauh lebih tinggi – 9,9 kematian per 1.000 perempuan selama 25 tahun, dibandingkan dengan tujuh kematian pada mereka yang diskrining.
Para perempuan ini juga cenderung tidak menghadiri skrining berikutnya dan lebih mungkin didiagnosis kanker payudara stadium lanjut dibandingkan perempuan yang diskrining.
Sebaliknya, menurut tim peneliti, tingkat kanker payudara 25 tahun serupa antar kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa risiko kematian yang lebih tinggi di antara perempuan yang tidak menghadiri janji temu pertama mencerminkan deteksi yang tertunda, alih-alih peningkatan insiden penyakit.
"Mereka yang tidak mengikuti skrining pertama memiliki risiko kematian akibat kanker payudara 40 persen lebih tinggi daripada mereka yang berpartisipasi, dan bertahan selama 25 tahun.
"Jika perilaku skrining dini dapat memprediksi diagnosis stadium lanjut dan risiko kematian, hal ini dapat memberikan peluang berharga untuk mengidentifikasi populasi berisiko tinggi beberapa dekade sebelum hasil yang merugikan terjadi," tulis peneliti.
Penelitian terpisah menunjukkan angka kematian akibat kanker global tahunan diperkirakan akan meningkat hampir 75 persen menjadi 18,6 juta pada tahun 2050. Menurut studi yang dipublikasikan di The Lancet, kasus baru diperkirakan akan meningkat 61 persen dalam 25 tahun ke depan menjadi 30,5 juta,Â
Sebuah tim peneliti global mengatakan tren ini sebagian besar merupakan akibat dari pertumbuhan populasi dan populasi yang semakin menua. Namun mereka juga mengatakan 42 persen kematian akibat kanker terkait dengan risiko yang dapat dimodifikasi, termasuk merokok, pola makan yang tidak sehat, gula darah tinggi, dan paparan racun.
Alasan skrining payudara pertama sangat penting
Melansir laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa skrining kanker payudara memang tidak dapat mencegah kanker payudara, namun skrining dapat membantu mendeteksi kanker payudara sejak dini. Apalagi menurut American Cancer Society (ACS) dan WHO, kanker payudara sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Padahal, jika ditemukan dini peluang sembuh mencapai 90-99 persen.
Jika kanker payudara terdeteksi sejak dini, saat masih kecil dan belum menyebar, pengobatannya akan lebih mudah berhasil. Melakukan tes skrining secara teratur merupakan cara paling andal untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Kapan sebaiknya dilakukan skrining payudara pertama?
Menurut rekomendasi ACS, seorang perempuan dianggap berisiko rata-rata jika ia tidak memiliki riwayat kanker payudara pribadi, riwayat kanker payudara keluarga yang kuat, atau mutasi genetik yang diketahui meningkatkan risiko kanker payudara (seperti pada gen BRCA), dan belum menjalani terapi radiasi dada sebelum usia 30 tahun, antara lain:
- Perempuan berusia antara 40 dan 44 tahun memiliki pilihan untuk memulai skrining dengan mammogram setiap tahun.
- Perempuan berusia 45 hingga 54 tahun sebaiknya menjalani mammogram setiap tahun.
- Perempuan berusia 55 tahun ke atas dapat beralih ke mammogram setiap dua tahun sekali, atau mereka dapat memilih untuk melanjutkan mammogram tahunan. Skrining harus dilanjutkan selama seorang perempuan dalam kondisi kesehatan yang baik dan diperkirakan akan hidup setidaknya 10 tahun lagi.
Pemeriksaan payudara klinis (pemeriksaan fisik yang dilakukan tenaga kesehatan profesional) tidak direkomendasikan untuk skrining kanker payudara pada perempuan dengan risiko rata-rata di segala usia.
Sementara itu, untuk risiko yang lebih tinggi dari rata-rata, penyedia layanan kesehatan mungkin masih menawarkan pemeriksaan payudara klinis, serta memberikan konseling tentang risiko dan deteksi dini.Â
Beberapa perempuan mungkin masih merasa lebih nyaman melakukan pemeriksaan mandiri secara teratur untuk memantau penampilan dan rasa payudara mereka. Namun, penting untuk dipahami bahwa hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa melakukan pemeriksaan ini secara rutin bermanfaat bagi perempuan dengan risiko kanker payudara rata-rata.
Rekomendasi skrining untuk perempuan berisiko tinggi
Menurut ACS, perempuan yang berisiko tinggi terkena kanker payudara berdasarkan faktor-faktor tertentu sebaiknya menjalani MRI payudara dan mammogram setiap tahun, biasanya dimulai pada usia 30 tahun. Ini termasuk perempuan yang:
- Memiliki risiko kanker payudara seumur hidup sekitar 20 persen hingga 25 persen atau lebih, menurut alat penilaian risiko yang terutama didasarkan pada riwayat keluarga.
- Memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 yang diketahui (berdasarkan hasil tes genetik).
- Memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau anak) dengan mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, dan belum pernah menjalani tes genetik sendiri.
- Menjalani terapi radiasi pada dada sebelum usia 30 tahun.
- Memiliki sindrom Li-Fraumeni, sindrom Cowden, atau sindrom Bannayan-Riley-Ruvalcaba, atau memiliki kerabat tingkat pertama dengan salah satu sindrom ini.
American Cancer Society tidak menganjurkan skrining MRI untuk perempuan yang risiko kanker payudara seumur hidupnya kurang dari 15 persen.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Menyusui
Mpok Alpa Temukan Benjolan sejak Sebelum Hamil, Begini Cara Deteksi Kanker Payudara sejak Dini

Menyusui
Kenapa Ada Benjolan di Payudara? Ketahui Kondisi yang Perlu Diperiksa Dokter

Menyusui
Mengenal Mammografi, Prosedur untuk Deteksi Dini Risiko Kanker Payudara

Menyusui
Bolehkah Ibu Menyusui USG Payudara untuk Skrining Kanker?

Menyusui
Amankah Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayi? Ini Kata Dokter


5 Foto
Menyusui
5 Potret Nola Be3 Galau Menyapih Nakeya meski Telah Menyusui Lebih dari 2 Th
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda