kehamilan
Viral Kasus Donor Sperma di Eropa, 197 Anak Lahir dengan Risiko Gen Kanker
HaiBunda
Rabu, 24 Dec 2025 20:20 WIB
Daftar Isi
Kasus donor sperma di Eropa baru-baru ini menggemparkan dunia medis dan publik internasional. Seorang donor sperma anonim diketahui telah menjadi ayah biologis bagi setidaknya 197 anak di 14 negara Eropa, sementara sebagian dari anak-anak tersebut kini menghadapi risiko kanker genetik hingga 90 persen akibat mutasi gen berbahaya.
Mengutip laman BBC, investigasi yang melibatkan 14 lembaga penyiaran publik Eropa termasuk BBC mengungkap bahwa sperma dari satu donor anonim telah digunakan selama sekitar 17 tahun, sejak 2005. Donor sperma tersebut didistribusikan oleh European Sperm Bank di Denmark dan digunakan oleh 67 klinik fertilitas di 14 negara.
Awalnya, sang donor dinyatakan sehat dan telah lulus seluruh proses skrining donor sperma yang berlaku. Namun, belakangan diketahui bahwa sebagian DNA dalam spermanya membawa mutasi gen TP53, sebuah gen penting yang berfungsi mencegah pertumbuhan sel kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ada 20 persen sperma donor tersebut mengandung mutasi genetik berbahaya, dan anak-anak yang terlahir dari sperma tersebut mewarisi mutasi itu di seluruh sel tubuh mereka.
Sindrom Li Fraumeni: Risiko kanker hingga 90 persen
Mutasi gen TP53 ini menyebabkan kondisi langka yang dikenal sebagai Sindrom Li Fraumeni, sebuah kelainan genetik dengan risiko kanker yang sangat tinggi. Menurut Prof Clare Turnbull, ahli genetika kanker dari Institute of Cancer Research di London, kepada BBC mengatakan bahwa diagnosis ini yang sangat mengerikan.
"Diagnosis ini sangat berat bagi sebuah keluarga, karena ada beban seumur hidup untuk hidup dengan risiko tersebut. Dampaknya jelas sangat menghancurkan," tutur Prof Clare Turnbull dikutip dari laman BBC.
Menurutnya, pemeriksaan MRI pada seluruh tubuh dan otak perlu dilakukan setiap tahun, serta USG perut, untuk mencoba mendeteksi tumor sedini mungkin. Para perempuan sering kali memilih untuk menjalani pengangkatan payudara guna menurunkan risiko kanker.
Sementara itu, European Sperm Bank menyatakan bahwa donor itu sendiri dan anggota keluarganya tidak menderita penyakit. Mutasi semacam ini tidak dapat dideteksi secara preventif melalui skrining genetik. Mereka juga mengatakan bahwa pihaknya segera memblokir donor tersebut begitu masalah pada spermanya diketahui.
Anak-anak donor sperma telah meninggal
Pada pertemuan European Society of Human Genetics tahun ini para dokter yang menangani anak-anak dengan kanker yang dikaitkan dengan donor sperma menyampaikan kekhawatiran. Mereka melaporkan telah menemukan 23 anak dengan varian gen tersebut dari 67 anak yang diketahui pada saat itu. Sepuluh di antaranya telah didiagnosis menderita kanker.
Melalui permintaan informasi publik (Freedom of Information) serta wawancara dengan para dokter dan pasien, terungkap bahwa jumlah anak yang lahir dari donor tersebut jauh lebih banyak.
Jumlahnya setidaknya 197 anak, namun angka ini kemungkinan belum final karena data dari semua negara belum diperoleh. Selain itu, masih belum diketahui berapa banyak dari anak-anak tersebut yang mewarisi varian gen berbahaya tersebut.
Dr Edwige Kasper, ahli genetika kanker di Rumah Sakit Universitas Rouen, Prancis, yang memaparkan data awal, mengatakan kepada tim investigasi menemukan banyak anak yang sudah mengalami kanker.
"Beberapa anak bahkan telah mengalami dua jenis kanker yang berbeda, dan sebagian dari mereka telah meninggal dunia pada usia yang sangat dini," tutur Dr Edwige Kasper.
Kisah nyata ibu tunggal korban donor sperma
Celine (nama samaran), seorang ibu tunggal di Prancis, mengetahui bahwa putrinya membawa mutasi gen tersebut setelah dihubungi klinik fertilitas. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak menyalahkan donor, tetapi mempertanyakan sistem yang memperbolehkan distribusi sperma berisiko.
Ia sama sekali tidak menyimpan rasa sakit hati terhadap sang donor, namun menilai tidak dapat diterima bahwa ia diberikan sperma yang tidak bersih, tidak aman, dan membawa risiko. Ia juga menyadari bahwa bayang-bayang kanker akan terus menghantui hidup mereka sepanjang hayat.
"Kami tidak tahu kapan, kami tidak tahu jenis kanker apa, dan kami tidak tahu berapa kali. Saya memahami bahwa kemungkinan terjadinya sangat tinggi dan ketika itu terjadi kami akan melawan. Jika terjadi beberapa kali kami akan melawan berkali-kali," ucap Celine.
Sperma donor digunakan oleh 67 klinik fertilitas di 14 negara
Meski sperma tidak dijual di klinik-klinik, sebagai hasil dari investigasi ini, otoritas di Denmark pada hari Senin memberi tahu Human Fertilisation and Embryology Authority (HFEA) Inggris bahwa sejumlah perempuan Inggris telah bepergian ke negara tersebut untuk menjalani perawatan kesuburan menggunakan sperma donor itu.
Peter Thompson, kepala eksekutif HFEA mengatakan bahwa jumlahnya sangat kecil dimana perempuan yang terdampak telah diberi tahu tentang donor tersebut oleh klinik di Denmark tempat mereka menjalani perawatan.
"Tidak diketahui apakah ada perempuan Inggris yang menjalani perawatan di negara lain tempat sperma donor tersebut didistribusikan," ucapnya.
"Orang tua yang khawatir disarankan untuk menghubungi klinik tempat mereka menjalani perawatan serta otoritas fertilitas di negara tersebut."
Lemahnya regulasi donor sperma global
Kasus ini menyoroti fakta penting bahwa tidak ada undang-undang internasional yang membatasi berapa kali sperma seorang donor boleh digunakan secara global.
European Sperm Bank mengakui bahwa batasan tersebut, sayangnya telah dilanggar di beberapa negara dan menyatakan bahwa pihaknya sedang berdialog dengan otoritas di Denmark dan Belgia.
Contonya di Belgia, sperma dari satu donor seharusnya hanya digunakan oleh enam keluarga. Namun pada kenyataannya, 38 perempuan berbeda melahirkan 53 anak dari donor tersebut. Sementara itu, batasan di Inggris adalah 10 keluarga per donor.
Prof Allan Pacey, yang pernah mengelola bank sperma di Sheffield dan kini menjabat sebagai wakil wakil presiden Fakultas Biologi, Kedokteran, dan Kesehatan di University of Manchester, mengatakan bahwa banyak negara kini bergantung pada bank sperma internasional besar dan setengah dari sperma yang digunakan di Inggris saat ini diimpor.
"Kami harus mengimpor dari bank sperma internasional besar yang juga menjualnya ke negara lain, karena dari situlah mereka memperoleh keuntungan. Di situlah masalahnya bermula, karena tidak ada hukum internasional yang mengatur seberapa sering sperma boleh digunakan," tuturnya.
Ia menambahkan bahwa kasus ini sangat mengerikan bagi semua pihak yang terlibat, namun mustahil membuat sperma benar-benar sepenuhnya aman.
"Anda tidak bisa menyaring segalanya. Saat ini kami hanya menerima 1 persen atau 2 persen dari semua pria yang mendaftar sebagai donor sperma dalam sistem skrining yang berlaku. Jika skrining dibuat lebih ketat lagi, kami tidak akan memiliki donor sperma sama sekali, di situlah letak keseimbangannya," tuturnya.
European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) baru-baru ini menyarankan batas langsung 50 keluarga per donor, dengan tujuan akhir kurang dari 15 keluarga per donor.
Namun, organisasi tersebut menyatakan bahwa langkah ini tidak akan mengurangi risiko pewarisan penyakit genetik langka. Sebaliknya, pembatasan tersebut dinilai lebih bermanfaat bagi kesejahteraan anak-anak yang kemudian mengetahui bahwa mereka memiliki ratusan saudara tiri.
"Masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah keluarga di seluruh dunia yang lahir dari donor yang sama," kata Sarah Norcross, direktur Progress Educational Trust, sebuah lembaga amal independen bagi orang-orang yang terdampak infertilitas dan kondisi genetik.
“Kami belum sepenuhnya memahami dampak sosial dan psikologis dari memiliki ratusan saudara tiri. Hal itu berpotensi menimbulkan trauma,” imbuhnya.
Sementara European Sperm Bank menyatakan penting, terutama dengan adanya kasus ini, untuk mengingat bahwa ribuan perempuan dan pasangan tidak memiliki kesempatan untuk memiliki anak tanpa bantuan sperma donor.
"Secara umum, memiliki anak dengan bantuan sperma donor lebih aman jika donor sperma telah menjalani skrining sesuai dengan pedoman medis,"
Kesimpulannya Bunda dari kasus donor sperma di Eropa dengan 197 anak berisiko kanker menjadi pengingat keras bahwa kemajuan teknologi reproduksi harus diiringi regulasi, etika, dan perlindungan jangka panjang. Meski donor bertindak dengan itikad baik, sistem yang longgar telah menciptakan tragedi kemanusiaan berskala besar.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Dapat Donor Sperma, Natalie Imbruglia Melahirkan di Usia 44 Tahun
Kehamilan
10 Persiapan Sebelum Jalani Program Hamil
Kehamilan
Kisah Nyata Pria Pendonor Sperma Hasilkan 67 Anak di Eropa Ternyata Turunkan Gen Kanker Langka
Kehamilan
Jadi Ayah dari Lebih 500 Anak, Pria Belanda Diminta Setop Donor Sperma & Didenda Rp1,4 M
Kehamilan
Saat Program Hamil, Dukungan untuk Suami Juga Penting Diberikan
10 Foto
Kehamilan
10 Bunda Seleb Pernah Gagal Program Bayi Tabung, Ada yang Mencoba Enam Kali
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Kisah Bunda Mengetahui Kehamilan Sebelum Operasi Tumor Seberat 9 Kg, Simak Kondisi Sang Bayi
Kisah 'Bayi Raksasa' yang Tak Dapat Membuka Mata hingga 3 Hari karena BB Terlampau Besar
Kabar Terbaru Bayi yang Lahir dari Ibu Mati Otak, Masih Dalam Pengawasan Medis