Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

7 Cara Memilih Jenis Kelamin Bayi saat Program Hamil, Mana yang Lebih Akurat?

Annisa Karnesyia & Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Senin, 15 Dec 2025 15:05 WIB

Ilustrasi Suami Istri Hamil
Ilustrasi Jenis Kelamin Bayi/ Foto: iStockphoto/Getty Images/sorn340
Daftar Isi
Jakarta -

Jenis kelamin bayi ternyata dapat 'dipilih' saat pasangan suami istri menjalani program hamil (promil). Ada cara yang dianggap mitos belaka, tapi ada punya yang dianggap cukup menjanjikan.

Sebelum merencanakan kehamilan untuk mendapatkan jenis kelamin yang diinginkan, Bunda dan Ayah sebaiknya memahami bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom seks (X dan Y) dari orang tua.

Dalam hal ini, ibu selalu menyediakan kromosom X melalui sel telurnya, sedangkan sperma ayah membawa kromosom X atau Y. Ketika sel telur yang membawa kromosom X bertemu dengan sperma yang membawa kromosom X, maka terbentuk zigot XX, yang berarti jenis kelamin janin adalah perempuan. Sebaliknya, bila kromosom X bertemu kromosom Y, maka terbentuk XY atau jenis kelamin janin adalah laki-laki.

Cara memilih jenis kelamin bayi

Ada 7 cara yang dianggap dapat 'digunakan' untuk memilih jenis kelamin bayi. Melansir dari beberapa sumber, berikut penjelasan lengkanya:

1. Preimplantation genetic diagnosis (PGD)

Preimplantation genetic diagnosis (PGD) merupakan metode untuk memeriksa kromosom yang terkandung dalam embrio yang telah dibuahi, sehingga memungkinkan orang tua untuk memilih jenis kelamin bayi dengan embrio yang ingin mereka transfer. PGD umum digunakan pada program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).

Dilansir laman What to Expect, di metode ini, dokter akan mengekstraksi satu sel dari embrio yang membelah dengan cepat dan memeriksanya untuk ditentukan jenis kelamin yang diinginkan. Saat sudah didapat, embrio ini akan ditanam di dalam rahim calon ibu.

Perlu diketahui, PGD merupakan bagian dari preimplantation genetic testing (PGT), yang juga mencakup skrining preimplantation genetic screening (PGS). Dalam PGS, dokter menghitung jumlah kromosom dan menguji adanya kelainan kromosom.

2. Metode MicroSort

Metode MicroSort dikenal juga dengan istilah penyortiran sperma. Metode ini dilakukan dengan menggunakan flow cytometry, di mana sperma yang menghasilkan anak perempuan (X) dipisahkan dari sperma penghasil anak laki-laki (Y).

"Sperma yang menghasilkan anak perempuan mengandung sekitar tiga persen lebih banyak DNA daripada sperma penghasil anak laki-laki, dan ketika diwarnai dengan bahan fluoresen khusus di laboratorium, ia tampak bersinar lebih terang," kata ahli endokrinologi reproduksi, Aaron K. Styer, M.D.

Setelah disortir, sperma dari jenis kelamin yang diinginkan akan ditanam ke dalam rahim calon ibu melalui inseminasi intrauterin (IUI) atau digunakan untuk membuahi sel telur secara in vitro. Metode ini kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan PDG dalam memilih jenis kelamin anak.

3. Metode Shettles

Metode Shettles ini dianggap bisa memilih jenis kelamin bayi saat promil. Namun, tidak banyak peneliti yang mendukung metode ini, Bunda.

Dalam metode Shettles, sperma X bergerak lebih lambat tapi hidup lebih lama. Sedangkan, sperma Y bergerak lebih cepat tapi periode hidupnya lebih pendek.

Misalnya, untuk mendapatkan jenis kelamin anak perempuan, pasangan disarankan berhubungan seksual dua sampai empat hari sebelum ovulasi. Sementara itu, jika ingin anak laki-laki, maka disarankan berhubungan seksual sedekat mungkin dengan waktu ovulasi.

Ada beberapa hal lain yang harus dilakukan dalam metode Shettles untuk mengundang sperma X atau Y. Contohnya, posisi bercinta dan waktu orgasme perempuan yang tepat.

4. Metode Whelan

Metode Whelan untuk pemilihan jenis kelamin didasarkan pada teori yang mirip dengan Metode Shettles. Sama seperti Shettles, metode ini juga minim bukti medis.

Metode Whelan didasarkan pada gagasan bahwa perubahan biokimia dalam tubuh perempuan pada waktu-waktu tertentu dalam siklusnya dapat membuat sperma Y (laki-laki) lebih mungkin membuahi sel telur. Sementara pada waktu lain, biokimia tubuh perempuan akan lebih mendukung untuk membuat sperma X (perempuan).

"Menurut teori tersebut, pasangan dapat mencoba berhubungan seks empat hingga enam hari sebelum ovulasi. Untuk mendapatkan anak perempuan, mereka dapat berhubungan intim dua hingga tiga hari sebelum ovulasi atau pada hari perempuan tersebut berovulasi," ujar Styer.

"Selain kurangnya data aktual yang menunjukkan bahwa Metode Whelan berhasil, para ahli juga mengatakan bahwa berhubungan seks empat hingga enam hari sebelum ovulasi terlalu jauh sebelum waktu pelepasan sel telur untuk bisa hamil, karena sperma tidak dapat bertahan hidup selama itu."

5. Metode Babydust

Metode Babydust dikembangkan oleh ahli mikrobiologi dan penulis Kathryn Taylor. Metode ini merupakan versi modern dari metode Shettles.

Serupa dengan metode Shettles, metode Babydust percaya bahwa waktu berhubungan seksual di sekitar ovulasi dan frekuensi berhubungan seksual, dapat memengaruhi jenis kelamin bayi. Jika berhubungan seksual mendekati atau pada hari ovulasi, maka Bunda akan memiliki peluang lebih tinggi untuk mendapatkan anak laki-laki. Sedangkan, jika berhubungan seksual beberapa hari sebelum ovulasi, maka Bunda akan memiliki peluang lebih tinggi untuk hamil anak perempuan.

6. Diet dan konsumsi nutrisi tertentu

Beberapa teori mengatakan bahwa mengonsumsi makanan rendah sodium dan tinggi kalsium dapat meningkatkan peluang memiliki anak perempuan. Teori lain mengklaim bahwa peluang juga akan meningkat kalau Bunda mengonsumsi telur, yogurt, dan cokelat. Sementara bila menginginkan anak laki-laki, perempuan dianjurkan konsumsi daging merah, makanan kaya kalium seperti pisang, dan hidangan asin.

Masih banyak orang percaya kalau diet tertentu dapat membantu meningkatkan peluang memilih jenis kelamin anak. Faktanya, sampai saat ini tidak ada diet yang dapat meningkatkan peluang untuk mengandung anak laki-laki atau perempuan.

7. Posisi seks

Posisi seks yang tepat juga dikaitkan dengan peluang hamil anak perempuan, Bunda. Misalnya, beberapa orang percaya bahwa posisi seks dengan penetrasi yang lebih dalam, dapat meningkatkan kemungkinan memiliki anak laki-laki. Hal tersebut diduga karena air mani akan berada lebih dekat ke serviks dan sperma pria bisa berenang lebih cepat sehingga dapat membuahi sel telur.

Faktanya, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung hal tersebut. Namun, yang perlu diketahui adalah, meski penetrasi yang dalam selama ovulasi tidak akan memengaruhi jenis kelamin bayi, hal itu dapat meningkatkan kemungkinan pembuahan terjadi.

Demikian 7 cara memilih jenis kelamin dan faktanya menurut pakar. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda