Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Tak Ada Batas Aman yang Jelas untuk Konsumsi Kafein pada Ibu Hamil, Ini Kata Studi Terbaru

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Jumat, 12 Dec 2025 08:30 WIB

Ibu Hamil Minum Kopi Berkafein
Tak Ada Batas Aman yang Jelas untuk Konsumsi Kafein pada Ibu Hamil, Ini Kata Studi Terbaru/Foto: Getty Images/iStockphoto/Wavebreakmedia
Daftar Isi
Jakarta -

Pecinta kafein rasanya memang sulit untuk berpisah sementara waktu meski tengah mengandung janin. Sementara, tak ada batas aman yang jelas untuk konsumsi kafein pada ibu hamil sehingga membuat kekhawatiran tersendiri. Sebenarnya, aman tidak ya mengonsumsinya selama kehamilan?

Mengonsumsi kafein saat hamil katanya masih diperbolehkan selama tidak berlebihan atau masih dalam batas aman. Namun, pada penelitian terbaru memperingatkan bahwa meskipun kafein dalam jumlah sedang dapat mencegah komplikasi serius pada ibu, penelitian tersebut memperingatkan bahwa dosis kecil sekalipun ternyata dapat secara halus menghambat pertumbuhan janin. Selain itu, belum adanya ambang batas aman yang benar-benar terkonfirmasi membuat para ibu hamil jadi ragu untuk mengonsumsinya.

Dalam tinjauan naratif terbaru yang diterbitkan di Nutrients, para peneliti menghimpun dan mensintesis penelitian selama puluhan tahun untuk menginterpretasikan dampak klinis konsumsi kafein ibu terhadap hasil kehamilan dan janin. 

Hasil studi tersebut mengungkapkan bahwa meskipun hasil pada manusia kurang parah dibandingkan yang diamati pada model hewan (hambatan pertumbuhan dan malformasi organ), konsumsi kafein ibu masih perlu dipertimbangkan dan harus ditangani dengan konseling yang cermat.

Secara spesifik, tinjauan tersebut mengungkapkan bahwa asupan kafein dalam jumlah sedang (di bawah 200 mg/hari, meskipun definisinya bervariasi di berbagai studi) umumnya tidak terkait dengan komplikasi serius seperti diabetes gestasional, hipertensi gestasional, atau preeklamsia, meskipun bukti yang ada masih belum konsisten di berbagai studi. 

Hal terpenting, beberapa studi melaporkan adanya hubungan, salah satunya dengan penurunan berat badan lahir. Terutama, hal ini menyoroti risiko yang bergantung pada dosis dan menunjukkan kemungkinan implikasi negatif dari konsumsi kafein selama masa kehamilan kritis.

Apa hubungan antara kafein dan kehamilan?

Kafein termasuk dalam teh dan kopi, mengalami popularitas global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya bukti yang menyoroti khasiat fisiologis dan peningkatan performanya.

Laporan terbaru memperkirakan bahwa hingga 85 persen dari seluruh orang dewasa mengonsumsi kafein setiap hari, termasuk ibu hamil. Sayangnya, terlepas dari manfaatnya yang tervalidasi dan profil keamanan fisiologisnya yang relatif kuat, investigasi mekanistik, terutama pada model hewan, menunjukkan bahwa zat psikoaktif tersebut dapat menyebabkan bahaya yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.

Dalam penelitian terbaru tersebut menemukan bahwa kemampuan ibu hamil untuk memetabolisme kafein melambat secara drastis seiring perkembangan kehamilan. Waktu paruh kafein yakni 4 hingga 5 jam pada orang dewasa yang tidak hamil dapat meningkat hingga 15 jam pada akhir kehamilan, sehingga ibu dan janin terpapar zat tersebut dalam jangka waktu yang jauh lebih lama daripada yang biasanya diantisipasi.

Kondisi tersebut membuat organisasi kesehatan besar seperti the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan the World Health Organization (WHO) telah menetapkan beberapa pedoman keamanan kafein pada ibu hamil seperti dikutip dari laman News Medical.

Dalam rekomendasinya, ibu hamil dapat membatasi asupan kafein mereka hingga  200 mg/hari (ACOG) atau di bawah 300 mg/hari (WHO). Namun, tinjauan tersebut menekankan bahwa tidak ada tingkat 'aman' yang diterima secara universal.

Sayangnya, mengingat hasil yang parah ketika pengamatan pada model hewan (hambatan pertumbuhan dan malformasi organ), para kritikus berpendapat bahwa pada dosis harian sedang ini mungkin tidak cukup untuk mencegah efek jangka panjang yang samar pada perkembangan anak, mulai dari perubahan perilaku hingga kesehatan metabolisme. Namun, tinjauan tersebut menekankan bahwa risiko tersebut masih dalam penyelidikan dan data pada manusia kurang definitif.

Temuan penting studi terkait kafein pada ibu hamil

Dalam tinjauan penting tersebut, disoroti pula mengenai perbedaan yang signifikan antara model hewan praklinis dan uji klinis pada manusia. Meskipun model hewan praklinis secara konsisten mengaitkan paparan kafein prenatal dengan berbagai efek samping yang parah yakni intrauterine growth retardation (IUGR), masalah metabolisme, dan kerusakan DNA, bukti terbaru menunjukkan bahwa hasil pada manusia jauh lebih ringan.

Bukti terkini menunjukkan bahwa asupan kafein ibu yang moderat tidak secara jelas terkait dengan risiko diabetes gestasional, hipertensi gestasional, atau preeklamsia yang lebih tinggi. Namun, temuan ini harus ditafsirkan secara hati-hati karena keterbatasan studi.

Meski demikian, konsumsi kafein dan pertumbuhan janin menunjukkan hubungan yang berulang meskipun bergantung pada dosis yang bervariasi (diketahui bahwa konsumsi kafein yang tinggi mengakibatkan berat badan janin yang lebih rendah), yang menunjukkan bahwa meskipun dengan asupan sedang.

Beberapa studi observasional juga menunjukkan kemungkinan hubungan antara asupan kafein yang lebih tinggi dan peningkatan risiko kelahiran prematur, meskipun meta-analisis secara keseluruhan melaporkan hasil yang tidak konsisten.

Data yang muncul juga menunjukkan potensi efek jangka panjang pada perkembangan saraf, perilaku, dan hasil metabolik anak, tetapi temuan ini masih awal dan memerlukan konfirmasi yang lebih kuat. Hasil tambahan yang dibahas dalam tinjauan ini mencakup kemungkinan hubungan dengan anemia ibu, keguguran berulang, dan komplikasi persalinan, meskipun bukti di area ini juga terbatas dan heterogen.

Tidak ada bukti ambang batas yang sepenuhnya aman

Dengan adanya penelitian tersebut, tinjauan baru melahirkan pemahaman ilmiah terkini tentang risiko kafein selama kehamilan serta menyoroti bahwa konsumsi sedang sekalipun tidak mungkin menyebabkan komplikasi maternal yang serius. Realitasnya, memang belum ada bukti tervalidasi mengenai ambang batas yang sepenuhnya aman terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan janin.

Mengingat penurunan metabolisme kafein yang drastis selama kehamilan, tinjauan ini menekankan perlunya pemantauan asupan yang cermat dan konseling individual, ketimbang berasumsi bahwa satu pedoman harian menjamin keamanan. Dalam hal ini, para penulis tidak menetapkan batasan kuantitatif baru, melainkan menekankan kehati-hatian dan pentingnya meminimalkan paparan jika memungkinkan.

Selain itu, para penulis juga menggarisbawahi bahwa sebagian besar bukti berasal dari studi observasional yang mengandalkan asupan kafein yang dilaporkan sendiri, yang rentan terhadap faktor perancu dan kesalahan klasifikasi. Keterbatasan ini pun berarti bahwa kesimpulannya harus ditafsirkan dengan hati-hati hingga muncul bukti yang lebih kuat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda