kehamilan
Dampak dan Komplikasi Jangka Panjang Bayi Lahir Prematur, Bunda Perlu Tahu
HaiBunda
Senin, 17 Nov 2025 23:00 WIB
Daftar Isi
Ketika Si Kecil lahir lebih cepat dari waktunya, wajar kalau Bunda merasa khawatir. Bayi prematur memang membutuhkan perhatian lebih, bukan hanya saat baru lahir, tapi juga dalam tumbuh kembang jangka panjangnya. Namun memahami apa saja potensi komplikasi dapat membantu Bunda lebih siap mendampingi anak tumbuh sehat.
Apa yang dimaksud dengan bayi prematur?
 Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), organ-organ penting seperti paru, otak, dan sistem kekebalan belum sepenuhnya matang pada usia ini, sehingga bayi membutuhkan pengawasan medis yang lebih intensif.
1. Prematur sedang hingga akhir (34–36 minggu)
Pada kelompok ini, komplikasi biasanya lebih ringan. Namun, bayi tetap membutuhkan observasi karena beberapa fungsi tubuhnya mungkin belum matang sepenuhnya.
2. Prematur sangat dini (28–32 minggu)
Risiko komplikasi pada kelompok ini meningkat. Organ vital, terutama paru-paru dan sistem saraf, masih dalam tahap perkembangan sehingga bayi memerlukan bantuan medis intensif.
3. Prematur ekstrem (di bawah 28 minggu)
Ini adalah kategori paling berisiko. Bayi yang lahir sangat dini umumnya harus dirawat di ruang NICU dengan pemantauan ketat dan alat bantu untuk bernapas, menjaga suhu tubuh, hingga mendapatkan nutrisi yang sesuai.
Karena kondisi organ tubuhnya belum matang, bayi prematur sering memerlukan terapi tambahan, seperti bantuan inkubator untuk menjaga suhu tubuh, dukungan nutrisi khusus, dan pemantauan ketat terhadap pernapasan. Bunda dan Ayah juga biasanya akan dibimbing tenaga medis untuk memahami cara merawatnya dengan lebih tepat.
Dampak dan komplikasi jangka panjang pada bayi prematur
Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami beberapa masalah jangka panjang, antara lain:
1. Masalah perkembangan motorik
Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Child & Adolescent Health menjelaskan bahwa bayi prematur lebih berisiko mengalami keterlambatan dalam duduk, merangkak, hingga berjalan. Hal ini karena otot dan sistem saraf belum berkembang optimal saat lahir.
2. Gangguan belajar dan fungsi kognitif
Beberapa studi yang dirilis oleh Pediatrics menunjukkan bayi prematur memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kesulitan konsentrasi, memori, hingga masalah belajar saat usia sekolah. Semakin dini ia lahir, semakin tinggi risikonya.
3. Masalah pernapasan jangka panjang
Bayi prematur dapat mengalami kondisi bernama bronkopulmonari displasia (BPD) yang membuat paru-paru lebih sensitif. Menurut American Lung Association, anak dengan riwayat prematur lebih rentan terhadap asma dan infeksi saluran napas.
4. Risiko gangguan penglihatan
Retinopathy of Prematurity (ROP) adalah gangguan pada pembuluh darah retina yang lebih sering terjadi pada bayi lahir sangat prematur. Jika tidak ditangani sejak dini, komplikasi ini dapat memengaruhi penglihatan jangka panjang.
5. Gangguan pendengaran
Studi dari Journal of Perinatology menunjukkan bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pendengaran akibat ketidakmatangan sistem saraf pendengaran serta paparan alat bantu napas atau obat tertentu di NICU.
6. Tantangan imunitas
Karena sistem kekebalan belum berkembang sempurna, anak yang lahir prematur cenderung lebih mudah terkena infeksi ketika masih kecil. Meski begitu, kebanyakan akan membaik dengan pertambahan usia.
7. Risiko masalah emosional dan sosial
Beberapa penelitian dalam JAMA Pediatrics menemukan bahwa anak kelahiran prematur memiliki risiko sedikit lebih tinggi mengalami kecemasan, kesulitan bersosialisasi, hingga masalah regulasi emosi. Ini biasanya muncul saat usia sekolah.
Ilustrasi bayi prematur/ Foto: Getty Images/Ratchat |
Apa yang bisa Bunda lakukan untuk bantu tumbuh kembangnya?
Merawat bayi prematur memang membutuhkan perhatian ekstra, tetapi dengan langkah yang tepat, Bunda bisa membantu Si Kecil tumbuh sehat dan mengejar ketertinggalannya. Berikut beberapa hal penting yang bisa dilakukan di rumah maupun bersama tenaga medis:
1. Rutin kontrol pertumbuhan
Pantau berat badan, tinggi, lingkar kepala, serta milestone perkembangan secara berkala. Dokter biasanya menggunakan 'usia koreksi' untuk menilai apakah tumbuh kembangnya sesuai.
2. Dukungan ASI
ASI sangat penting bagi bayi prematur karena mengandung antibodi dan nutrisi yang mudah dicerna. Bila perlu, dokter bisa merekomendasikan fortifier (penambah nutrisi khusus).
3. Terapi sejak dini
Fisioterapi, terapi okupasi, atau terapi wicara dapat membantu mengatasi keterlambatan tertentu. Semakin cepat intervensi dilakukan, semakin baik hasil jangka panjangnya.
4. Jaga kebersihan dan lingkungan
Karena imunitas masih lemah, bayi prematur perlu dijauhkan dari kerumunan orang sakit, asap rokok, serta lingkungan yang tidak steril.
5. Pantau penglihatan dan pendengaran
Tes rutin diperlukan untuk memastikan tidak ada gangguan yang terlewat sejak dini.
Meski tantangannya besar, kabar baiknya adalah perawatan medis modern membuat semakin banyak bayi prematur dapat tumbuh dengan sehat. Dengan pengawasan rutin, pemenuhan nutrisi yang baik, serta dukungan penuh dari keluarga, peluang tumbuh kembang yang optimal tetap sangat besar.
Â
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Waspadai ISK, Penyakit yang Rentan Menimpa Ibu Hamil
Kehamilan
Pengaruh Berat Janin pada Peluang Melahirkan Normal
Kehamilan
Panas yang Ekstrem Bisa Bahayakan Ibu Hamil? Ini Penjelasan Pakar Bun
Kehamilan
Fenomena Cuaca Panas Bisa Berdampak Serius Pada Bumil, Waspadai Dehidrasi
Kehamilan
Hati-hati, Racun Sampah Elektronik Bisa Sebabkan Bayi Lahir Prematur
5 Foto
Kehamilan
5 Potret Kebahagiaan Anggika Bolsterli Jalani Kehamilan Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Ilustrasi bayi prematur/ Foto: Getty Images/Ratchat
Infeksi Flu Berat saat Hamil Bisa Pengaruhi Perkembangan Janin, Ini Kata Pakar
Ketahui Pentingnya Menjaga Jarak 1 Tahun untuk Hamil lagi Setelah Melahirkan
Studi Temukan Tes Darah Baru saat Hamil yang Bisa Deteksi Kelahiran Prematur