Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Hormon Reproduksi Ditemukan di Kerangka Manusia Purba, Hasilnya Bisa Tentukan Riwayat Hamil & Keguguran

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 14 Nov 2025 20:30 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil
Ilustrasi Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Para Ilmuwan hingga kini masih mempelajari cara manusia purba bertahan hidup di masa lalu. Salah satu yang juga dipelajari adalah cara manusia purba mengetahui kehamilan dan melahirkan bayinya.

Baru-baru ini, studi yang diterbitkan di Journal of Archaeological Science menemukan cara menguji sisa-sisa kerangka manusia purba yang terkait dengan hormon kehamilan. Terobosan baru ini memungkinkan para arkeolog untuk menentukan apakah seorang perempuan sedang hamil atau baru saja melahirkan pada saat kematiannya.

Dalam studi ini, para ilmuwan menemukan hormon reproduksi utama, yakni hormon estrogen, progesteron, dan testosteron dalam jaringan keras, seperti tulang dan gigi pada kerangka yang berusia hingga 1.000 tahun.

"Kami menemukan 'arsip hormon' dalam kerangka dan gigi," kata penulis utama studi dan arkeolog dari University of Sheffield, Aimee Barlow, dilansir CNN.

"Ini yang pertama. Belum pernah ada yang bisa mendeteksi hormon spesifik pada gigi atau kalkulus gigi sebelumnya. Ini juga pertama kalinya progesteron berhasil diukur pada jaringan tulang manusia," sambungnya.

Perlu diketahui, kehamilan cukup sulit dideteksi pada sisa-sisa kerangka manusia purba. Para ilmuwan sebelumnya juga meyakini bahwa komposisi jaringan keras sangat anorganik (tidak dapat terurai), sehingga apa yang terkandung di dalamnya tidak bisa terdeteksi, Bunda.

Meski begitu, ilmuwan tetap memutuskan untuk menguji sejumlah sampel dari tujuh kerangka perempuan dan tiga kerangka laki-laki yang berasal dari abad pertama hingga abad ke-19. Kerangka lalu diuji menggunakan uji imunosorben terkait enzim (ELISA), yakni teknik untuk mendeteksi dan mengukur molekul peptida dan protein seperti progesteron. Melalui tes ini, ilmuwan juga dapat menemukan kadar estrogen dan testoteron yang meningkat meski levelnya tidak sama.

Hasil uji ELISA mengungkapkan bahwa estrogen, progesteron, dan testosteron dapat diukur di sampel tulang, serta bagian gigi seperti dentin, email, kalkulus dan akar gigi.

"Kadar progesteron yang tinggi dalam struktur gigi dan kalkulus, keberadaan estrogen dalam tulang, dan kurangnya testoteron dalam jaringan keras ditemukan konsisten dengan kehamilan yang terjadi pada saat kematian," ujar tim penulis studi.

Hasil studi dapat mengetahui riwayat kehamilan hingga keguguran

Menurut peneliti, hasil studi ini juga menunjukkan kelayakan dan potensi dari metode ELISA untuk mendeteksi hormon seks dalam sisa-sisa kerangka manusia untum memeriksa riwayat reproduksi populasi di masa lalu.

Lebih lanjut, Barlow mengatakan bahwa pembuktian tentang kerangka dapat mengawetkan hormon juga dapat membantu para peneliti dalam menentukan usia pertama kali seorang perempuan hamil, apakah ia mengalami keguguran, dan berapa lama jarak antara kelahiran bila ia memiliki lebih dari satu anak.

"Ini akan sangat berguna untuk periode sejarah di mana tidak ditemukannya catatan tertulis," ujar Barlow.

"Kedua, kita perlu memahami ilmu dasar. Kita perlu mempelajari bagaimana hormon-hormon ini menyatu dan tersimpan di dalam berbagai jaringan ini, dan kita perlu mengeksplorasi bagaimana hormon-hormon ini diawetkan dan dipecah (terdegradasi) seiring waktu di berbagai lingkungan."

Profesor ilmu kedokteran forensik di Queen Mary University of London, Nikolas Lemos, mengatakan bahwa temuan ini bakal menjadi perintis dari studi-studi lainnya yang terkait. Pasalnya, informasi terkait kehamilan di kehidupan zaman purba masih sulit digali, termasuk keterlibatan hormon reproduksi.

"Singkatnya, meski temuan ini merupakan terobosan, temuan ini harus dipandang sebagai bukti konsep, bukan sebagai alat diagnostik rutin. Meski penelitian masih dalam tahap awal, ini merupakan langkah luar biasa menuju pemahaman dimensi hormonal dari kehidupan dan kematian di masa lalu," ungkap Lemos.

Demikian hasil studi terbaru yang menemukan adanya hormon reproduksi pada kerangka manusia purba. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda