kehamilan
5 Mitos dan Fakta Tentang Kesuburan Jelang Masa Perimenopause
HaiBunda
Minggu, 26 Oct 2025 21:30 WIB
Daftar Isi
-
Mitos dan fakta seputar kesuburan jelang perimenopause
- 1. Mitos: Begitu perimenopause datang, kesuburan langsung hilang
- 2. Mitos: Tidak perlu kontrasepsi karena tidak bisa hamil lagi
- 3. Mitos: Menstruasi tidak teratur berarti tidak subur lagi
- 4. Mitos: Kehamilan di usia 40-an selalu berisiko tinggi
- 5. Mitos: Terapi hormon bisa mengembalikan kesuburan
Memasuki usia 40-an sering kali membuat Bunda mulai bertanya-tanya: Apakah aku masih subur? Apakah masih bisa hamil? atau bahkan apakah sudah saatnya berhenti memikirkan kehamilan?
Faktanya, masa perimenopause, yakni masa transisi sebelum menopause adalah fase di mana tubuh wanita masih bisa subur, meski peluangnya mulai menurun. Masa perimenopause atau fase transisi sebelum menopause memang membawa banyak perubahan pada tubuh. Hormon mulai berfluktuasi, siklus haid jadi tidak teratur, dan muncul berbagai tanda seperti gangguan tidur atau perubahan suasana hati.Â
Di tengah semua itu, beredar pula banyak mitos seputar kesuburan yang kadang membuat bunda bingung membedakan mana yang benar dan mana yang hanya kepercayaan lama.
Padahal, memahami fakta medis di baliknya penting sekali, terutama bagi bunda yang masih mempertimbangkan kehamilan atau sekadar ingin menjaga keseimbangan hormonal.
Mitos dan fakta seputar kesuburan jelang perimenopause
Yuk, kita luruskan bersama 5 mitos dan fakta seputar kesuburan jelang perimenopause.
1. Mitos: Begitu perimenopause datang, kesuburan langsung hilang
Fakta: Tidak sepenuhnya benar.
Perimenopause adalah masa transisi yang bisa berlangsung antara 4 hingga 8 tahun sebelum menopause benar-benar terjadi. Selama fase ini, ovulasi masih bisa terjadi, meskipun tidak setiap bulan. Artinya, Bunda masih bisa hamil bila berhubungan tanpa perlindungan.
Menurut studi dari American Society for Reproductive Medicine (ASRM), meski jumlah dan kualitas sel telur menurun setelah usia 40, kemungkinan hamil secara alami tetap ada hingga beberapa tahun sebelum menopause.
2. Mitos: Tidak perlu kontrasepsi karena tidak bisa hamil lagi
Fakta: Salah besar.
Banyak perempuan perimenopause berpikir tidak perlu kontrasepsi karena siklus haidnya mulai tidak teratur. Padahal, selama masih menstruasi, peluang ovulasi tetap bisa terjadi secara tak terduga. Studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Obstetrics and Gynaecology Research menunjukkan bahwa sekitar 20Â persen kehamilan pada usia 40-an terjadi tanpa perencanaan, karena salah persepsi ini.
Jadi, jika Bunda belum ingin menambah momongan, tetap gunakan kontrasepsi sampai benar-benar dinyatakan menopause (tidak haid selama 12 bulan berturut-turut).
3. Mitos: Menstruasi tidak teratur berarti tidak subur lagi
Fakta: Tidak selalu.
Menstruasi yang acak dan tidak teratur adalah tanda fluktuasi hormon estrogen dan progesteron, ciri khas perimenopause. Namun, bukan berarti ovulasi berhenti total. Ada siklus di mana sel telur tetap matang dan bisa dibuahi. Karena itu, peluang hamil masih ada, walau lebih kecil.
Menurut penelitian dari Harvard Medical School, meski masa subur lebih sulit diprediksi, sekitar 5–10 persperempuan di usia 40-an masih bisa mengalami kehamilan alami.
4. Mitos: Kehamilan di usia 40-an selalu berisiko tinggi
Fakta: Tidak selalu, tergantung kondisi tubuh.
Memang benar, risiko komplikasi seperti tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, dan kelainan kromosom lebih tinggi pada usia 40-an. Tapi dengan pemantauan medis yang baik, banyak wanita berhasil menjalani kehamilan yang sehat di usia ini.
Dikutip dari National Institutes of Health (NIH), faktor utama yang menentukan keberhasilan bukan hanya usia, tapi juga gaya hidup dan kesehatan reproduksi.
Olahraga rutin, nutrisi seimbang, menjaga berat badan ideal, serta menghindari rokok dan alkohol bisa sangat membantu menjaga kesuburan.
5. Mitos: Terapi hormon bisa mengembalikan kesuburan
Fakta: Tidak benar.
Terapi hormon (HRT) sering digunakan untuk meredakan gejala perimenopause seperti hot flashes atau gangguan tidur, tapi bukan untuk mengembalikan ovulasi atau meningkatkan peluang hamil. HRT hanya menstabilkan kadar hormon agar tubuh merasa lebih nyaman, bukan menstimulasi pelepasan sel telur.
Namun, untuk Bunda yang masih ingin memiliki anak, dokter dapat merekomendasikan perawatan kesuburan seperti stimulasi ovulasi atau IVF (bayi tabung), tergantung kondisi rahim dan kadar hormon.
Ingat, setiap tubuh perempuan berbeda. Selama tubuh masih mengalami siklus haid, peluang untuk hamil tetap ada meski kecil. Karena itu, penting bagi Bunda untuk memahami perubahan tubuh sendiri, menjaga kesehatan reproduksi, dan berkonsultasi dengan dokter bila ingin merencanakan atau mencegah kehamilan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Pentingnya Tes Kesuburan bagi Kehidupan Seks Suami Istri
Kehamilan
Hamil di Usia 20, Seberapa Siap Mental dan Fisik Bunda?
Kehamilan
Bunda Ini Berhasil Dapatkan Kehamilan Berkat ChatGPT, Bagaimana Caranya?
Kehamilan
Tips Diet untuk Tingkatkan Kesuburan
Kehamilan
Bolehkah Ibu Hamil Minum Larutan Penyegar? Ini Penjelasannya
5 Foto
Kehamilan
5 Potret Kebahagiaan Anggika Bolsterli Jalani Kehamilan Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Kisah Bunda Mengira Menopause, Ternyata Hamil di Usia 45 Th
Bisakah Perempuan Hamil saat Masuki Masa Perimenopause?
Terbukti, Ibu Hamil yang Rutin Makan Buah Punya Anak Lebih Cerdas