Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ternyata Stres pada Ibu Hamil Bisa Pengaruhi Temperamen Bayi

Amrikh Palupi   |   HaiBunda

Jumat, 24 Oct 2025 18:45 WIB

Bunda wajib tahun nih! Ternyata stres pada ibu hamil bisa memengaruhi temperamen bayi, lho. Untuk lebih tahu lebih dalam, simak penjelasan berikut yuk.
Ternyata Stres pada Ibu Hamil Bisa Pengaruhi Temperamen Bayi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PonyWang
Jakarta -

Stres pada ibu hamil ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan sang ibu, tetapi juga bisa memengaruhi temperamen dan respons stres bayi sejak lahir lho, Bunda. Simak yuk penjelasan berikut.

Sebuah studi terbaru dari Michigan State University (MSU) dan University of Michigan meneliti secara mendalam dampak stres selama 27 minggu masa kehamilan. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology ini menjadi yang pertama menilai tingkat stres pada ibu hamil selama 27 minggu kehamilan untuk mengidentifikasi kapan stres paling memengaruhi respons stres dan temperamen bayi baru lahir. Dua indikator penting dalam mengukur reaktivitas bioperilaku bayi.

"Stres selama kehamilan sudah lama diketahui memiliki hubungan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan kesehatan mental pada anak maupun orang dewasa.

Namun, sebagian besar studi menyimpulkan bahwa efek terbesar terjadi pada anak perempuan. Penelitian kami menemukan hal yang berbeda, bukan soal besar efeknya, melainkan perbedaan waktu terjadinya dampak tersebut," ujar Alytia Levendosky, peneliti utama sekaligus profesor di Departemen Psikologi MSU dikutip dari laman Msutoday.

Penelitian tentang stres pada ibu hamil

Penelitian ini melibatkan 396 ibu hamil yang tergolong dalam populasi berisiko tinggi mengalami stres, seperti mereka yang berpenghasilan rendah atau terpapar kekerasan pasangan intim. Selama masa kehamilan, para partisipan diminta menilai tingkat stres mereka setiap minggu mulai dari minggu ke-15 hingga ke-41 kehamilan melalui email atau pesan teks.

Enam bulan setelah melahirkan, para peneliti mengukur tingkat kortisol bayi hormon yang berhubungan dengan stres, baik sebelum maupun sesudah menjalani tugas laboratorium yang sedikit menegangkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana sistem hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA axis) bayi merespons stres. Para ibu juga diminta melaporkan temperamen bayi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat periode sensitivitas tinggi terhadap stres pada pertengahan dan akhir masa kehamilan. Namun, efeknya ternyata berbeda antara bayi laki-laki dan perempuan.

  • Stres pada pertengahan kehamilan (sekitar minggu ke-20 hingga 27) berdampak pada sistem HPA dan temperamen bayi perempuan.
  • Stres pada akhir kehamilan (sekitar minggu ke-35 hingga 41) justru lebih memengaruhi bayi laki-laki.

Temuan ini memperlihatkan bahwa stres pada ibu hamil tidak memengaruhi semua janin dengan cara yang sama. Perbedaan jenis kelamin dapat menentukan kapan janin paling rentan terhadap pengaruh hormon stres yang dialami ibu.

Ilustrasi Janin SehatIlustrasi Janin Sehat/ Foto: Shutterstock/

Butuh penelitian yang lebih mendalam 

Menariknya, sebagian besar penelitian-penelitian sebelumnya hanya memantau tingkat stres hingga minggu ke-32 atau ke-34 kehamilan. Karena penelitian ini berlangsung hingga minggu ke-41, tim MSU berhasil menemukan periode paling sensitif bagi janin laki-laki, yang selama ini sering terlewat dalam studi lain.

"Penelitian ini merupakan langkah penting untuk memperbaiki pemahaman kita tentang efek stres prenatal pada bayi laki-laki dan perempuan," ujar Joseph Lonstein, peneliti dalam studi ini sekaligus profesor di Departemen Psikologi MSU.

"Kami berharap temuan ini dapat memicu penelitian lanjutan agar kita bisa lebih memahami perkembangan otak janin selama kehamilan dan bagaimana stres memengaruhinya," imbuhnya. 

Penelitian ini tidak berhenti di sini. Tim dari MSU berencana untuk melanjutkan pemantauan hingga anak-anak berusia 4 tahun, dengan penilaian tambahan pada usia 2,5 dan 4 tahun.

AmyNuttall, salah satu penulis studi sekaligus profesor di Departemen Pengembangan Manusia dan Studi Keluarga di MSU, juga menyatakan harapannya untuk melanjutkan penelitian ini hingga masa kanak-kanak yang lebih lanjut.

Begitulah penjelasan tentang stres pada ibu hamil bisa pengaruhi temperamen bayi ya, Bunda. Semoga informasinya bermanfaat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda