kehamilan
Kisah Bunda 2 Kali Alami Hiperemesis Gravidarum, Trauma Psikologis untuk Hamil Lagi
HaiBunda
Sabtu, 25 Oct 2025 12:30 WIB
Daftar Isi
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah ekstrem yang terjadi selama kehamilan. Tak sedikit Bunda hamil mengalami hiperemesis gravidarum hingga harus dirawat di rumah sakit saat hamil.
Kisah Bunda mengalami hiperemesis gravidarum pernah dibagikan di laman Parents. Bunda yang tidak disebutkan identitasnya ini sampai harus berhenti dari pekerjaannya sebagai guru lantaran mengalami hiperemesis gravidarum.
"Ketika saya hamil sembilan minggu, rasanya sungguh tak tertahankan. Saya harus berhenti dari pekerjaan saya sebagai guru, serta posisi saya sebagai instruktur kebugaran. Saya tidak tahu apa yang salah dengan diri saya sampai saya mengunjungi dokter kandungan saya ketika saya hamil 10 minggu. Saat itulah saya didiagnosis hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang menyebabkan mual dan muntah parah selama kehamilan," katanya.
Selama menjalani kehamilan pertamanya, Bunda tersebut diharuskan mengonsumsi obat. Gejala hiperemesis gravidarum sempat mereda. Namun, gejala kembali muncul di akhir kehamilan hingga ia harus dirawat karena mengalami dehidrasi parah.
Keputusannya untuk dirawat di rumah sakit sudah tepat. Ia pun dapat melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan tanpa mengalami komplikasi.
"Saya diresepkan Zofran 4 miligram (mg) dua kali sehari. Gejala hiperemesis gravidarum saya berlanjut hingga usia kehamilan 18 minggu dan mereda, tetapi muncul kembali pada usia kehamilan 36 minggu," ungkapnya.
"Saya dirawat di rumah sakit tak lama kemudian karena dehidrasi dan gejala persalinan prematur. Saya diperbolehkan pulang dan putri saya lahir sehat sesuai perkiraan lahirnya tanpa komplikasi."
|
Baca Juga : Hiperemesis Gravidarum
|
Setelah melewati suka duka kehamilan pertama karena diagnosis hiperemesis gravidarum, Bunda ini merasa yakin untuk melakukan program hamil anak kedua. Ia merasa sudah siap untuk menjalani kehamilan lagi.
"Membayangkan memiliki anak kedua tidak terlalu menakutkan bagi saya setelah kelahiran anak pertama. Saya merasa tahu apa yang akan terjadi jika saya mengalami hiperemesis gravidarum lagi untuk kedua kalinya. Saya pikir saya sudah siap," ujarnya.
Kembali alami hiperemesis gravidarum di kehamilan kedua
Rencana Bunda ini untuk hamil anak kedua terwujud. Namun, ia kembali harus melewati cobaan yang sama, yakni mengalami hiperemesis gravidarum di kehamilan keduanya.
Berbeda dari kehamilan pertama, hiperemesis gravidarum di kehamilan kedua ini lebih parah. Ia bahkan tidak bisa melakukan aktivitas apa pun lantaran terlalu sering muntah.
"Saya hamil anak laki-laki saya kurang dari tiga tahun kemudian. Hiperemesis gravidarum kembali muncul dan kali ini di usia kehamilan enam minggu. Selama kehamilan kedua, gejalanya jauh lebih agresif dan muncul sangat cepat," kata Bunda ini.
"Akhir pekan pertama, saya pergi bersama suami ke New York bagian utara, dan saya tidak pernah keluar dari kamar hotel. Saya bolak-balik antara tidur dan bangun untuk muntah di toilet, siklus yang sama terus berulang selama tiga hari di akhir pekan," lanjutnya.
Di kehamilan kedua, Bunda ini kembali memutuskan untuk berhenti bekerja. Ia juga tinggal bersama orang tua untuk membantunya mengurus anak pertama.
Bunda ini kembali harus dirawat di rumah sakit karena mengalami dehidrasi. Kali ini, gejala hiperemesis gravidarum yang dialaminya lebih lama dibandingkan sebelumnya.
"Saya harus tinggal bersama orang tua selama lima minggu agar mereka dapat membantu saya merawat putri saya yang saat itu berusia tiga tahun karena suami saya bekerja penuh waktu. Saya diberi resep Zofran dan dirawat di rumah sakit di usia kehamilan tujuh minggu karena dehidrasi. Kali ini, hiperemesis gravidarum berlanjut hingga 21 minggu," ujarnya.
"Syukurlah, putra saya juga lahir sehat tanpa komplikasi hanya empat hari sebelum hari perkiraan lahirnya. Tapi saya tidak akan pernah melupakan kata-kata pertama sesaat setelah dia lahir, 'Syukurlah saya tidak akan hamil lagi!'."
Ilustrasi Ibu Hamil Dirawat karena Alami Hiperemesis Gravidarum/ Foto: Getty Images/iStock/EvgeniyShkolenko |
Mengalami dampak psikologis untuk promil lagi
Hiperemesis gravidarum yang dialami Bunda ini meninggalkan dampak emosional dan psikologis. Setelah dua kali mengalami kondisi yang sama, ia pun memutuskan untuk tidak program hamil lagi. Ia mengaku khawatir dan takut mengalami hiperemesis gravidarum lagi.
"Membayangkan hamil untuk ketiga kalinya sangat mengkhawatirkan. Hal itu langsung membuat saya cemas. Rasa sakitnya tidak hanya luar biasa, terutama untuk yang kedua kalinya, tetapi juga membebani saya secara emosional dan psikologis," ungkapnya.
"Kenangan menderita HG dua kali terasa terlalu nyata bagi saya. Kata dokter, sepertinya saya mengidap semacam gangguan stres pasca trauma. Hal itu wajar bagi orang yang menderita HG selama kehamilan," sambungnya.
Apa itu hiperemesis gravidarum?
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah berlebihan selama hamil. Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum umumnya tidak bisa melakukan aktivitas harian akibat mual dan muntah berlebihan.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengatakan bahwa hiperemesis gravidarum terjadi pada tiga persen kehamilan. Kondisi ini dapat didiagnosis ketika ibu hamil kehilangan lebih lima persen dari berat badannya, disertai dengan masalah lain yang berkaitan dengan dehidrasi dan kehilangan cairan tubuh, hingga mengakibatkan ketosis urine.
"Hiperemesis gravidarum bukan sekadar rasa mual dan muntah ringan di awal kehamilan yang dapat diredakan hanya dengan menghindari makanan dan bau tertentu atau mengonsumsi makanan hambar dan biskuit," kata dokter spesialis kandungan dan ginekologi bersertifikat di Santa Monica, California, Lisa Masterson, MD.
"Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual dan muntah yang menyiksa dan tak henti-hentinya, serta dapat menyebabkan muntah lebih dari empat kali sehari."
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang menyebabkan rasa pusing. Kondisi ini juga dapat menyebabkan rawat inap, serta hilangnya rasa bahagia dan percaya diri selama kehamilan.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan jelas, tetapi diperkirakan memengaruhi 0,3 hingga 10,8 persen kehamilan. Sejauh ini, penanganannya dapat berupa pemberian obat-obatan dan cairan melalui infus dan penggunaan selang untuk mendapatkan nutrisi.
Demikian kisah Bunda alami dua kali hiperemesis gravidarum di dua kehamilan hingga mengalami dampak psikologis untuk program hamil anak ketiga.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Keluhan Hipermesis Gravidarum Terjadi di Usia Kehamilan Berapa Minggu? Simak Cara Mengatasinya
Kehamilan
Penyebab & Bahaya Hiperemesis Gravidarum (HeG), Mual Muntah Berlebihan pada Ibu Hamil
Kehamilan
9 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil & Cara Mengatasinya
Kehamilan
Kenali Penyebab Hiperemesis Gravidarum, Muntah Berlebihan saat Hamil
Kehamilan
Kate Middleton Akui Melahirkan Lebih Mudah daripada Hamil berkat Hypnobirthing
5 Foto
Kehamilan
7 Potret Kehamilan Kedua Dinda Hauw, Shaka bakal Punya Adik Perempuan Nih
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Ilustrasi Ibu Hamil Dirawat karena Alami Hiperemesis Gravidarum/ Foto: Getty Images/iStock/EvgeniyShkolenko
Beda Morning Sickness dan Hipermesis Gravidarum, Penyebab Ibu Hamil Muntah Berlebihan
3 Tingkatan Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil, Penyebab & Cara Mengatasinya
Keluhan Hipermesis Gravidarum Terjadi di Usia Kehamilan Berapa Minggu? Simak Cara Mengatasinya