
kehamilan
Studi Terbaru Ungkap Penyebab Utama Morning Sickness Ibu Hamil, Bukan Hanya karena Hormon
HaiBunda
Selasa, 07 Oct 2025 08:30 WIB

Morning sickness merupakan salah satu tanda awal kehamilan yang mudah dikenali. Pada kebanyakan kasus, morning sickness akan berakhir pada awal trimester kedua atau usia kehamilan 14 minggu.
Menurut jurnal yang diterbitkan di Autonomic Neuroscience tahun 2017, setidaknya 70 hingga 80 persen ibu hamil mengalami morning sickness atau mual muntah di trimester pertama. Penyebabnya sering kali dikaitkan dengan perubahan hormon, Bunda.
Namun, tampaknya hormon bukan lagi menjadi penyebab utama morning sickness selama hamil. Studi terbaru yang dilakukan oleh University of California - Los Angeles (UCLA) menemukan hubungan antara gejala morning sickness dan respons peradangan alami tubuh yang kompleks terhadap perubahan biologis dan fisik selama kehamilan.
Menurut National Institutes of Health, hingga 80 persen ibu hamil di trimester pertama mengalami mual, muntah, dan keengganan terhadap makanan dan bau tertentu. Meskipun tidak nyaman, gejala-gejala tersebut biasanya bukan pertanda adanya masalah kesehatan ibu atau janin yang sedang berkembang, melainkan indikasi 'keseimbangan yang rapuh' yang hanya dialami oleh ibu hamil.
"Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh ibu menghadapi tantangan yang rumit, seperti ia harus melindungi dirinya dan janin dari infeksi, tetapi secara tidak sengaja juga dapat menyerang janin, yang identitas genetiknya dianggap asing karena setengahnya berasal dari ayah," kata profesor antropologi UCLA, Molly Fox, dilansir Science Daily.
"Biasanya, sistem kekebalan tubuh menyerang apa pun yang tampak asin. Jadi selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh ibu harus menyesuaikan diri dengan hati-hati untuk menjaga janin tetap aman sekaligus melindungi diri dari infeksi," sambungnya.
Para peneliti percaya bahwa 'keseimbangan yang rapuh', yang melindungi ibu dan janin, dicapai melalui perpaduan unik dari respons inflamasi. Respons-respons tersebut berfungsi untuk mencegah tubuh ibu menolak janin. Di samping itu, hal tersebut juga memicu mekanisme perilaku adaptif, seperti mual, yang mendorong ibu untuk menghindari makanan yang berpotensi berbahaya, terutama pada trimester pertama dan kedua kehamilan.
"Mual, muntah, atau keengganan terhadap makanan atau bau bukanlah indikasi adanya masalah pada ibu atau janin. Kemungkinan besar, hal itu merupakan indikasi bahwa semuanya berjalan normal, dan merupakan cerminan respons imun tubuh yang sehat," ujar profesor antropologi UCLA sekaligus rekan penulis makalah studi, Daniel Fessler.
Detail studi tentang morning sickness
Dalam studi yang diterbitkan di Evolution, Medicine and Public Health ini, tim antropolog dan epidemiolog yang dipimpin UCLA mengumpulkan dan menganalisis sampel darah untuk mengukur molekul sistem imun yang disebut sitokin. Sitokin adalah protein yang mengirimkan sinyal untuk membantu tubuh melancarkan pertahanan terhadap penyakit dan mengatur peradangan.
Peserta studi juga diminta mengisi kuesioner yang menanyakan tentang gejala-gejala yang berhubungan dengan morning sickness dan keengganan terhadap makanan dan bau selama tahap awal kehamilan. Peserta merupakan 58 perempuan Latina di California Selatan yang dipantau mulai dari awal kehamilan hingga pasca persalinan.
Menurut studi, 64 persen peserta mengalami keengganan terhadap bau atau makanan, terutama terhadap asap tembakau dan daging. Sementara itu, 67 persen melaporkan mual dan 66 persen mengalami muntah.
Tim peneliti kemudian mengukur sitokin yang memicu peradangan (pro-inflamasi) serta sitokin yang menekan peradangan (anti-inflamasi). Hasilnya, peneliti menemukan bahwa perempuan yang mengalami keengganan terhadap asap tembakau menunjukkan pergeseran yang nyata ke arah respons yang lebih inflamasi. Selain itu, keengganan terhadap makanan, mual, dan muntah juga dikaitkan dengan keseimbangan imun yang lebih pro-inflamasi.
Korelasi temuan tersebut konsisten dengan teori para peneliti bahwa gejala morning sickness mungkin merupakan bagian dari adaptasi evolusioner yang membantu tubuh ibu hamil meminimalkan paparan zat-zat berbahaya. Meski begitu, penulis studi tetap mengingatkan bahwa bukti yang ada belum pasti dan diperlukan penelitian lebih lanjut.
"Pada banyak mamalia, kompartemen janin memiliki penghalang yang memisahkannya dari suplai darah ibu, tempat sel-sel imunnya berada. Namun pada manusia, kita memiliki pengaturan yang unik, di mana sel-sel janin mendapatkan darah ibu. Manusia memiliki plasenta yang paling invasif, menggali jauh ke dalam jaringan ibu. Oleh karena itu, manusia membutuhkan strategi unik untuk mencegah sistem imun ibu menyerang janin," ungkap Fox.
Perubahan imunologis tersebut pada akhirnya dapat memicu mual, yang pada gilirannya mendorong ibu hamil untuk menghindari makanan tertentu.
"Keengganan terhadap bau dan makanan tertentu, serta mual dan bahkan muntah, tampaknya merupakan cara evolusi untuk mencapai tujuan yang sama," kata Fessler.
Demikian studi terbaru yang mengungkap penyebab utama morning sickness saat hamil. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Cegah Muntah Berlebih, Simak 4 Pengganti Air Putih untuk Ibu Hamil

Kehamilan
Mual dan Muntah di Awal Kehamilan, Ini 3 Manfaat Morning Sickness untuk Janin

Kehamilan
Morning Sickness Biasa Terjadi pada Usia Kehamilan Berapa Minggu?

Kehamilan
Bumil, Simak Yuk Bedanya Morning Sickness dan Hiperemesis Gravidarum

Kehamilan
7 Cara Mengatasi Mual Saat Hamil, Mudah Ternyata & Bunda Perlu Tahu


5 Foto
Kehamilan
7 Potret Kehamilan Kedua Dinda Hauw, Shaka bakal Punya Adik Perempuan Nih
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda