Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Benarkah Kehamilan Dapat Mengubah DNA Ibu? Simak Penjelasan Pakar

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 06 Oct 2025 21:20 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil
Ilustrasi Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tanaban chuenchay
Jakarta -

Kehamilan dapat mengubah kondisi tubuh seorang perempuan, Bunda. Tak hanya itu, kehamilan juga bisa mengubah kondisi mental yang memengaruhi suasana hati.

Namun, bisakah kehamilan mengubah struktur DNA yang bertindak sebagai materi genetik untuk menyimpan informasi tentang pewarisan sifat? Simak penjelasan lengkap dari Bubun berikut ini!

Benarkah kehamilan dapat mengubah DNA?

Perlu diketahui, DNA (deoxyribonucleic acid) adalah materi genetik yang ditemukan pada manusia dan hampir semua organisme lainnya. Melansir dari laman Medline Plus, hampir setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki DNA yang sama.

Sebagian besar DNA terletak di inti sel, dan sejumlah kecil DNA dapat ditemukan di mitokondria (mtDNA). Mitokondria merupakan struktur di dalam sel yang mengubah energi dari makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan sel.

DNA dalam tubuh seseorang tak akan berubah hanya karena terjadi kehamilan, Bunda. Begitu juga dengan genom atau rangkaian lengkap DNA dalam suatu organisme, yang berisi semua instruksi genetik yang dibutuhkan untuk membangun dan memeliharanya.

"Saya pikir terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa genom seseorang berubah selamanya setelah melahirkan," kata dokter spesialis kedokteran ibu-janin di Duke Health, Dr. Jeffrey Kuller, melansir dari laman Romper.

"Setelah melahirkan, terdapat sejumlah kecil DNA janin yang masih tersisa dalam sirkulasi tubuh ibu yang mungkin memiliki beberapa efek imunologis jangka panjang dan dapat menurunkan risiko preeklamsia, serta memodulasi penyakit autoimun. Namun, sebagian besar hal tersebut belum dapat dipahami dengan baik dan tentu saja tidak mengubah pola DNA seseorang secara keseluruhan," sambungnya.

Menurut Kuller, pemikiran tentang DNA yang berubah karena kehamilan mungkin muncul dari informasi bahwa DNA bayi sebenarnya bersirkulasi dalam aliran darah ibunya saat hamil atau disebut cell-free DNA. DNA inilah yang diuji ketika dokter mengambil darah untuk skrining prenatal dan ingin menilai risiko bayi mengalami kondisi seperti trisomi 18 atau sindrom Down.

Sebagian besar ibu hamil menjalani skrining ini, yang mungkin menjadi alasan mengapa beberapa orang menjadi penasaran atau bingung tentang hubungan antara kehamilan dan DNA.

Meskipun kehamilan mungkin tidak mengubah genom, beberapa peneliti percaya bahwa DNA janin tetap berada di tubuh ibu selama bertahun-tahun setelah bayinya lahir. Bagi mereka yang pernah mengalami keguguran, itu juga berarti bahwa sebagian dari janin yang telah keluar mungkin masih menjadi bagian tubuh ibunya.

Apakah DNA anak akan menetap di tubuh ibu setelah melahirkan?

Hal itu dapat terjadi dan disebut dengan mikrokimera janin (FMc), yakni ketika sejumlah kecil sel janin tetap berada di dalam tubuh ibu selama dan setelah kehamilan. Hal itu kemungkinan terjadi supaya sistem kekebalan tubuh ibu mengenali janin sebagai bagian dari dirinya, dan bukan organisme luar yang dapat diserang. Para peneliti telah menemukan sel-sel FMc dalam darah, otak, kulit, jantung, paru-paru, kelenjar getah bening, dan organ-organ lainnya pada perempuan.

Studi lain menyimpulkan bahwa DNA janin bersirkulasi dalam tubuh ibu hingga 27 tahun setelah bayi lahir. Para ilmuwan masih mempelajari apa yang dilakukan sisa-sisa janin ini selama periode tersebut, tetapi beberapa telah menemukan bukti bahwa FMc dapat bermanfaat bagi kesehatan, seperti membantu meregenerasi jaringan dan mengganti sel.

"Mungkin ada efek mikrokimera kecil di mana ada sedikit DNA yang tertinggal setelah persalinan, yang mana tidak terlalu aneh, dan mungkin dalam beberapa tahun ke depan kita akan menemukan bahwa hal itu memang berpengaruh pada berbagai macam imunologi dan biologi yang belum kita pahami sampai sekarang," ungkap Kuller.

"Tapi menurut saya, premis dasar bahwa DNA seseorang berubah selamanya setelah persalinan terasa terlalu berlebihan," sambungnya.

Penelitian tentang mikrokimera belum cukup untuk membuktikan kaitan kehamilan dan DNA. Mikrokimera merupakan keberadaan sel dari satu individu pada individu lain yang berbeda secara genetik. Namun, Kuller juga mengatakan bahwa hal itu belum terbukti salah.

"Saya rasa ini tidak mengada-ada. Kesimpulan saya adalah mungkin ada sesuatu di balik ini. Saya hanya merasa kita membutuhkan bukti lebih lanjut, dan saya pikir kita benar-benar belum tahu apa artinya dalam jangka panjang," katanya.

Demikian penjelasan pakar terkait kebenaran tentang kehamilan yang diyakini dapat mengubah DNA seorang perempuan. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda