
kehamilan
Mual Parah saat Hamil Dapat Tingkatkan Risiko Masalah Kesehatan Mental, Ini Hasil Studi
HaiBunda
Minggu, 28 Sep 2025 07:50 WIB

Menjaga kesehatan mental saat hamil sangatlah penting, Bunda. Sudah banyak studi mengungkap dampak masalah kesehatan mental pada kehamilan, termasuk bisa menyebabkan komplikasi.
Risiko kesehatan mental saat hamil ternyata bisa meningkat karena berbagai faktor. Salah satunya adalah gejala kehamilan yang parah atau ekstrem, seperti mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan di The Lancet Obstetrics, Gynaecology & Women's Health, ibu hamil yang didiagnosis hiperemesis gravidarum memiliki risiko lebih dari 50 persen untuk mengalami berbagai masalah kesehatan mental, termasuk psikosis pasca persalinan dan gangguan stres pasca trauma.
Tak hanya itu, Bunda. Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum juga memiliki risiko hampir tiga kali lipat mengalami depresi pasca persalinan, serta risiko gangguan makan sampai lebih dari dua kali lipat.
"Banyak ibu hamil mengalami mual dan muntah, tetapi pada perempuan dengan hiperemesis gravidarum, gejala terjadi pada tingkat yang jauh dari 'normal' dan dapat sangat mengganggu," kata peneliti utama dari Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di King's College London, Hamilton Morrin, dilansir laman US News.
Studi ini secara khusus menganalisis data pada 477.000 perempuan yang didiagnosis mengidap hiperemesis gravidarum di 18 negara berpenghasilan tinggi dan menengah. Mereka yang diteliti ini rata-rata berusia 27 tahun, Bunda.
Tim peneliti lalu meninjau catatan kesehatan untuk mencari tanda-tanda dari 24 gangguan kesehatan mental dan neurologis. Selain temuan masalah kesehatan mental, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan dengan hiperemesis gravidarum memiliki risiko dua kali lipat terkena ensefalopati Wernicke, yakni suatu kondisi neurologis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 dan sindrom refeeding atau komplikasi yang terjadi ketika orang yang kekurangan gizi saat diberi makan terlalu cepat.
"Banyak dari kondisi ini memerlukan rujukan segera ke dokter spesialis untuk penilaian dan perawatan segera guna memastikan keselamatan ibu dan anak," ujar Morrin.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan dengan hiperemesis gravidarum ringan mungkin berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, dibandingkan dengan mereka yang mengalami hiperemesis gravidarum parah sehingga mereka mengalami malnutrisi atau dehidrasi.
Dari hasil tersebut, para peneliti merekomendasikan agar semua ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum menjalani skrining untuk masalah psikologis, terlepas dari tingkat keparahan gejalanya.
"Tingkat keparahan hiperemesis gravidarum tidak berkorelasi langsung dengan dampaknya terhadap kesehatan mental, dan sebagai dokter, kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan para perempuan ini menerima perawatan terpadu yang memadai, baik untuk kesehatan fisik maupun mental," ungkap Morin.
Peneliti senior dari King's College London, Dr. Thomas Pollak, juga sependapat dengan Morgan. Menurutnya, masalah kesehatan mental akibat dari hiperemesis gravidarum perlu mendapatkan perhatian dari tim medis.
"Sampai saat ini, terdapat kesenjangan antara bagaimana komunitas medis memandang dampak hiperemesis gravidarum terhadap kesehatan mental dan bagaimana perempuan itu sendiri menggambarkan pengalaman mereka," ujar Pollak.
"Temuan kami menunjukkan bahwa kesenjangan ini tidak hanya nyata tetapi juga bisa sangat serius. Hiperemesis gravidarum dapat dikaitkan dengan gangguan kejiwaan berat yang memerlukan deteksi segera dan perawatan kesehatan fisik dan mental terpadu sejak awal kehamilan," sambungnya.
Apa itu hiperemesis gravidarum?
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah berlebihan selama hamil. Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum umumnya tidak dapat melakukan aktivitas harian akibat mual dan muntah berlebihan.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), hiperemesis gravidarum terjadi pada tiga persen kehamilan. Kondisi ini dapat didiagnosis ketika ibu hamil kehilangan lebih lima persen dari berat badannya, disertai dengan masalah lain yang berkaitan dengan dehidrasi dan kehilangan cairan tubuh, hingga mengakibatkan ketosis urine.
Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan medis, bahkan harus sampai dirawat di rumah sakit. Perawatan bertujuan untuk menghentikan muntah dan mengembalikan cairan tubuh yang hilang.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, Bunda. Namun, ada beberapa teori yang mengaitkan kondisi ini dengan kehamilan, perubahan hormon, perubahan di sistem pencernaan, faktor genetik, dan defisiensi vitamin B6.
Hiperemesis gravidarum yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan janin. Beberapa komplikasi dari kondisi ini seperti kelahiran prematur hingga berat badan lahir rendah (BBLR).
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
3 Perjuangan Bunda Seleb Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum, Ada yang Sampai Dirawat

Kehamilan
Keluhan Hipermesis Gravidarum Terjadi di Usia Kehamilan Berapa Minggu? Simak Cara Mengatasinya

Kehamilan
Penyebab & Bahaya Hiperemesis Gravidarum (HeG), Mual Muntah Berlebihan pada Ibu Hamil

Kehamilan
9 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil & Cara Mengatasinya

Kehamilan
Kate Middleton Akui Melahirkan Lebih Mudah daripada Hamil berkat Hypnobirthing


5 Foto
Kehamilan
7 Potret Kehamilan Kedua Dinda Hauw, Shaka bakal Punya Adik Perempuan Nih
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda