Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Uji Genetik Embrio IVF Ini Bisa Percepat Kehamilan untuk Perempuan Usia 35+

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 23 Sep 2025 18:30 WIB

tes kehamilan
Uji Genetik Embrio IVF Ini Bisa Percepat Kehamilan untuk Perempuan Usia 35+ Th/Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH
Daftar Isi
Jakarta -

Hamil di usia 35 tahun ke atas menjadi tantangan besar, apalagi kualitas sel telur menurun seiring bertambahnya usia. Namun, perempuan usia 35 tahun lebih bisa lebih cepat hamil dengan uji genetik embrio melalui program bayi tabung (IVF).  

Mengutip laman News.sky, tes genetik pada embrio IVF dapat membantu perempuan berusia di atas 35 tahun untuk lebih cepat hamil. Pada perempuan yang lebih tua lebih mungkin menghasilkan embrio dengan jumlah kromosom yang salah, yang dapat menyebabkan kesulitan hamil, dan meningkatkan risiko keguguran.

Dari penelitian, dengan tes genetik embrio dapat menurunkan risiko kegagalan implantasi dan keguguran. Selain itu, bebasn emosional akibat harus menjalani siklus IVF berulang kali dapat dikurangi.

Apa itu uji genetik embrio (PGT-A)?

Tes genetik embrio ini dikenal dengan nama Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A).  Tujuan tes adalah untuk memastikan bahwa embrio memiliki jumlah kromosom yang tepat (euploid) yakni 46 sebelum ditanamkan ke dalam rahim. Alhasil, peluang hamil yang sehat lebih tinggi.

Jumlah perempuan yang memulai keluarga di atas usia 35 tahun terus meningkat dan perempuan dalam kelompok usia ini lebih mungkin menghasilkan embrio dengan jumlah kromosom yang salah.

Akibatnya, risiko gagalnya implantasi dan keguguran meningkat. Penggunaan PGT-A yang ditargetkan pada kelompok usia dapat membantu lebih banyak perempuan lebih cepat memiliki bayi.

Perempuan berusia di atas 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami aneuploidy, karena kualitas sel telur biasanya menurun seiring usia. Dalam kondisi aneuploid perempuan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal, bisa berlebih atau berkurang dari jumlah normal 46 kromosom.  

Hal ini dapat menyebabkan keguguran, cacat lahir, hingga gangguan genetik seperti sindrom Down.

Tes genetik embrio sangat berguna untuk:

  • Perempuan usia reproduksi lanjut yakni 35+.
  • Riwayat keguguran berulang.
  • Gagal IVF berulang.
  • Faktor infertilitas pria.
  • Riwayat kehamilan dengan kelainan kromosom.

Uji genetik embrio bisa percepat kehamilan pada perempuan usia 35+?

Pada penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Medicine melibatkan 100 perempuan berusia 35 hingga 42 tahun. Perempuan tersebut menjalani perawatan kesuburan di King’s Fertility, Inggris.

Setengah dari peserta penelitian menjalani IVF dengan tambahan tes PGT-A, sedangkan sisanya tidak. 

Hasil penelitian menunjukkan:

  1. Perempuan yang menjalani PGT-A berhasil hamil dengan jumlah percobaan IVF lebih sedikit. Ini menunjukkan percepatan kehamilan dengan mengurangi waktu pembuahan, serta mengurangi siklus IVF yang berulang.
  2. Tingkat kelahiran hidup lebih tinggi setelah tiga kali transfer embrio, mencapai 72 persen pada kelompok PGT-A, dibandingkan dengan 52 persen pada kelompok tanpa tes.

Ini merupakan studi percontohan dan perbedaannya belum mencapai signifikansi statistik karena ukuran sampel yang kecil, tren yang terlihat menunjukkan adanya potensi manfaat yang layak untuk diteliti lebih lanjut dalam uji coba multi-sentra dengan skala yang lebih besar.

"Penelitian ini merupakan bukti dedikasi dan keahlian tim di King's Fertility. Tidak hanya semua pasien direkrut dan dirawat di sini, tetapi pekerjaan embriologi juga dilakukan oleh staf laboratorium kami," kata Dr. Ippokratis Sarris, Direktur King's Fertility dan salah satu penulis studi ini.

Menurutnya, tim peneliti bangga telah memimpin uji coba perintis ini, yang menjawab salah satu pertanyaan terpenting dalam perawatan IVF untuk perempuan usia 35+ tahun.

Ke depannya, penulis studi menyarankan untuk merancang uji klinis acak di masa mendatang, yang mengukur perbedaan tingkat kelahiran hidup dan tingkat keguguran, merekrut populasi partisipan yang lebih beragam, dan memiliki desain multisenter.

Meski begitu, informasi dari uji coba percontohan dapat digunakan untuk membantu menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan secara klinis.

Risiko dan keterbatasan PGT-A

Tes PGT-A tidak tersedia di layanan kesehatan nasional (NHS) dan memiliki sejumlah risiko. Badan regulator fertilitas Inggris, HEFA, menjelaskan bahwa tes ini melibatkan pengambilan biopsi dengan cara mengangkat satu atau beberapa sel dari embrio. 

Proses ini terkadang dapat merusak embrio dan mencegahnya berkembang setelah dipindahkan ke dalam rahim. HEFA juga menambahkan bahwa ada kemungkinan terjadinya salah diagnosis dalam tes ini.

Pada panduan NICE, penggunaan rutin PGT-A tidak direkomendasikan. Ini mendorong perempuan untuk tes secara pribadi atau bahkan tidak melakukannya sama sekali.

Panduan ini didasarkan pada bukti sebelumnya dari studi-studi yang melibatkan peserta dengan usia rata-rata muda, di mana tingkat aneuploidi (jumlah kromosom abnormal dalam sel) lebih rendah. 

Untuk itu, konsultasi dengan dokter spesialis fertilitas sangat penting sebelum memutuskan untuk menjalani tes ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda